webnovel

HIGH CLASS JOMBLO

Cerita ini bermula dari persahabatan tiga orang wanita cantik bernama Agesti, Wilia dan Oliv yang kemudian mengalami nasib nahas yang serupa. Ketiga nya sama-sama dikhianati sang pacar. Akhirnya, mereka bertiga memutuskan untuk membuat sebuah geng bernama High Class Jomblo, yang berarti ketiga nya menobatkan diri sebagai jomblo-jomblo yang berkulitas. "Gue yakin, dengan berdiri nya geng High Class Jomblo ini, harga diri kita gak akan terinjak laki-laki lagi." (Shintya Agesti Munaf) COVER BY : RIA_GRAPHICC

Mufy_Mc · Teen
Not enough ratings
280 Chs

PERKARA SISIR

Dengan wajah yang di tekuk, Agesti berjalan ke arah kamar kosan nya setelah di turunkan oleh taksi yang di sewa nya di depan gang.

Kedua sahabatnya menggerutu sepanjang jalan karena mereka merasa kesal dengan sikap Agesti yang tidak profesional.

Oliv yang semula berniat untuk membungkus makanan di prasmanan langsung mengurungkan niat nya saat Wilia menarik mereka luar dari gedung tempat resepsi berlangsung.

Meskipun nampak kesal, namun Wilia dan Oliv merasa kasihan kepada Agesti yang tengah bersedih hari ini.

---

Bruk!

Agesti melempar tas kecil nya ke atas kasur kemudian ia langsung terlentang di tempat yang sama setelah masuk ke dalam kamar nya.

Kedua sahabatnya menyusul dan berjalan ke arah Agesti untuk menenangkan hati Gadis tersebut.

"Gue laper." Ucap Agesti saat Wilia baru saja membuka mulut nya untuk berbicara.

Oliv dan Wilia saling berpandangan beberapa saat sebelum menyalahkan Agesti.

"Lagian kenapa tadi Lo malah datengin orang tua nya Tio? Bukan nya ikut kita makan." Sindir Oliv sambil melipat tangan nya di samping Agesti.

"Iya, makanan nya enak-enak Loh, Ges! Coba aja kalo tadi Lo gak bikin masalah di sana, pasti kita pulang ke sini enggak dengan keadaan tangan kosong." Pungkas Wilia mendukung ucapan Oliv."

"Maksud nya?"

"Maksud Gue, kita pasti bakalan bungkus semua hidangan di acara itu." Ulang Wilia dengan intonasi sedikit meninggi.

"Enggak, bukan.. tadi Lo bilang Gue bikin masalah? Maksud nya apa? Emang nya Gue bikin masalah apa di sana?" Tanya Agesti keheranan.

"Jelas bikin masalah lah! Lo ngapain nangis sesenggukan di sana? Asal Lo tau ya, semua tamu undangan pada ngeliatin ke arah Lo." Jawab Oliv menjelaskan dengan detail.

Agesti menghela nafas dalam-dalam mengakui kekonyolan nya.

Maksud hati menghadiri acara pernikahan Tio agar tidak di anggap belum bisa move on, ternyata Agesti malah menceburkan dirinya sendiri di hadapan banyak orang.

Bukan hanya Tio, Lola dan orang tua mereka yang menyaksikan tangisan Agesti saat itu, melainkan beberapa teman sekampus dan teman-teman sekolah mereka dulu.

Untung nya, Wilia segera membawa Agesti pulang ke kosan mereka sebelum sahabat nya tersebut di permalukan oleh Lola yang mungkin saja sedang menyusun rencana agar mantan kekasih suaminya tersebut kapok datang ke acara tersebut.

---

Hari Minggu yang kelabu mereka habiskan di dalam kamar kos berukuran kecil itu dengan aktivitas yang membosankan.

Wilia dan Oliv seperti biasa menonton serial drama Korea kesukaan mereka dengan ekspresi berkaca-kaca. Kedua gadis itu memang sangat menyukai serial-serial menyedihkan sehingga hampir setiap hari membuat Agesti merasa ingin menyewa kamar kos sendiri karena muak melihat kedua sahabatnya.

Namun, Agesti merasa ia bukan siapa-siapa tanpa mereka. Wilia dan Oliv adalah sayap nya yang senantiasa membuat Agesti bisa terbang bebas menemui kebahagiaan - pikir gadis berperawakan tinggi tersebut sambil memeluk bantal guling tanpa sarung tersebut.

Sudah pukul empat sore, tampak nya dapur umum mereka sudah ramai di kunjungi oleh beberapa tetangga kosan yang bersiap untuk memasak makan sore mereka.

Agesti menoleh ke arah rice cooker milik nya di samping Wilia. Gadis itu baru ingat bahwa mereka belum sempat menanak nasi karena sejak pagi sibuk mempersiapkan diri untuk pergi ke acara pernikahan Tio dan Lola.

Agesti melempar Oliv dengan boneka Pikachu kesayangan sahabat nya tersebut. Membuat Oliv menoleh ke arah Agesti dengan tatapan kesal. "Apaan sih Lo? Ganggu momen aja." Sungut Oliv sembari membuang muka dan kembali menatap layar laptop nya.

Wilia masih asik mengemil kuaci sambil menatap ke arah yang sama dan tidak begitu menghiraukan kedua sahabat nya.

"Kita belum punya nasi." Ucap Agesti memberitahu Oliv - si juru masak.

"Ah! Sekali-kali Lo atau Wilia dong yang masak! Gue udah pengen pensiun jadi koki kalian."

Wilia mengangkat sudut bibir nya sambil menatap wajah Oliv dengan sinis. Seperti nya dari tatapan Wilia, Gadis itu sudah menolak dengan keras keinginan Oliv untuk bertukar nasib dengan nya.

"Gue sih, ogah." Jawab Agesti dari belakang.

Oliv hanya bisa mendengus kesal setelah mendapat penolakan dari kedua sahabat nya yang pemalas.

"Inget ya! Suatu saat nanti, kalian bakalan punya suami, punya anak! Harus nya kalian belajar masak, jangan males-malesan! Kalo kalian gak mau belajar, nanti suami sama anak kalian di kasih makan sama siapa? Jangan bilang kalian mau rekrut Gue jadi jongos di rumah kalian? Ogah banget." Cerocos Oliv sambil beranjak mengambil beras untuk segera ia cuci bersih sebelum di masukan ke rice cooker.

Wilia menoleh ke arah Agesti sambil menahan tawa saat mendengar ocehan Oliv kepada keduanya.

Sebenarnya ucapan Oliv seratus persen benar, dan sudah di akui oleh Wilia dan Agesti sendiri. Tapi, kalau Oliv masih mau menjadi pelayan mereka, kenapa mereka harus turun tangan? Ya, Wilia dan Agesti seperti dua kakak tiri bagi Oliv si anak bungsu yang tertindas.

"Jangan marah dong Liv, nanti cantik nya ilang loh." Rayu Wilia sambil mengedipkan sebelah mata nya ke arah Oliv.

Gadis yang tengah sibuk dengan beras nya yang baru ia cuci itu tampak menatap ke arah Wilia sambil bergidik jijik.

"Kalo ada mau nya aja, Gue di bilang cantik."

---

Minggu pun berlalu dengan kesan menyakitkan bagi Agesti seorang. Wilia dan Oliv tidak begitu merasa ikut berkabung karena keduanya bukan pemeran utama dalam kisah pengkhianatan tersebut.

Agesti tampak beberapa kali menyisir rambut nya yang tidak terlalu panjang itu sambil menunggu kedua sahabatnya selesai mandi dan bersiap akan pergi ke kampus.

"Cepetan dong, udah siang nih." Ucap Agesti kepada kedua gadis yang sibuk berebut sisir di samping nya.

"Ini si Oliv, udah Gue bilangin kalo ada kelebihan harta itu beli sisir! Jangan beli yang gak jelas terus.. masa dari dulu pinjem sisir punya Gue mulu." Sahut Wilia dengan wajah cemberut.

"Cie elah.. bahasa nya tinggi banget - kelebihan harta, udah kayak mau naik haji aja Lo." Agesti terkekeh di tempat duduk nya.

Sementara itu, Oliv hanya menanggapinya dengan senyuman menyebalkan yang membuat Wilia semakin kesal karena ekspresi nya.

"Udah yuk! Kita pergi, udah siang nih." Celetuk Oliv tanpa dosa.

Ketiga nya pun beranjak pergi dari kamar kosan nya untuk segera bertolak ke kampus tercinta.

Agesti si satpam kosan langsung mengunci kamar mereka dan memasukkan kunci tersebut ke dalam tas sebelum pergi menyusul kedua sahabatnya yang sudah lebih dulu berjalan menjauhi area kosan.

"Buset, tungguin Gue." Teriak Agesti sambil berlari kecil menyusul Wilia dan Oliv.

"... Iya, deh. Hari ini Gue bakalan beli sisir biar Gue gak pinjem sisir punya Lo lagi, Wil." Ucap Oliv sambil merangkul Wilia yang masih menekuk wajah nya.

"Aduh, perkara sisir belum selesai juga?" Tanya Agesti dengan satu alis yang terangkat karena heran.

Oliv mengangkat bahu nya menanggapi pertanyaan Agesti.

Sementara itu Wilia enggan berkomentar sehingga ia berjalan mendahului kedua sahabatnya yang tidak mengerti perasaan nya saat ini.

"Sisir adalah benda keramat buat Gue, dan Gue gak suka kalo benda penting kesayangan Gue itu di pinjem sama orang." Batin Wilia diam-diam.