webnovel

BAB 7

Setelah bertemu dengan Rayna tadi Sabda pulang kerumah, langsung masuk ke kamar. Dia rebahkan tubuhnya ke kasur. Dia tidak menghubungi Rayna karena dia tau Rayna langsung tidur ketika mereka sampai rumah Rayna tadi. Bahkan di perjalanan pulang saja Rayna sempat ketiduran. Kuliah Rayna pun sedang sibuk karena mau KKN juga. Sabda tau Rayna pasti capek. Sabda membuka handphone nya. Terpampang fotonya bersama Rayna sedang tersenyum. Dia pun tersenyum melihatnya sambil mengusap wajah Rayna di layar handphone nya. Terlintas raut wajah Vero yang seperti tidak baik-baik saja ketika hadir di acara pertunangan kemarin.

Benaknya terus bertanya 'apa yang lu sembunyiin Ver? Gue bodoh ver, baru sadar lu nggak baik-baik aja selama ini. Apakah keluarga lu baik - baik saja? Apa begitu berat lu sekarang menggantikan posisi bokap lu menjadi tulang punggung keluarga? atau... apa lu ada rasa sama Rayna? Atau gue punya salah apa sama lu?' Mata Sabda sampai enggan terpejam karena memikirkan hal itu. Rasanya dia ingin cepat - cepat melewati malam hari dan bertemu pagi.

Paginya selesai sarapan dirumahnya, Sabda duduk santai di gazebo dekat kolam renang rumahnya. Dinginnya angin pagi yang dia rasakan membuatnya enggan menceburkan diri ke kolam. Padahal niat awal nya tadi akan berenang sebentar agar penatnya hilang karena memikirkan Vero semalam. Dia teringat Rayna. Belum sempat dia mengirim pesan untuk kekasihnya itu sedari pagi. Rayna pun belum ada kabar.

" Mungkin sibuk nih cewek gue." Kata sabda pada dirinya sendiri lalu mengetik pesan untuk Rayna. My Sunshine Begitu nama kontak Rayna di handphone Sabda. Bucin memang.

Hari ini aku main agak siang ya sayang, aku mau ke rumah Vero dulu. Siapa tau dia udah pulang, Aku ada urusan sebentar ma dia.

Send

Tak lama ada balasan dari Rayna

Iya sayang, tapi jangan lama-lama ya, kangen tau. Pengen ketemu.

Sabda tersenyum membaca pesan dari Rayna. Kemudian dia membalas dengan emoticon cium dan hati berdetak.

Selang lima menit kemudian dia beranjak dari tempatnya duduk dan bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi dia langsung menuju ke garasi.

"Maaaa Sabda mau keluar!!" Teriak Sabda dari depan pintu yang menghubungkan garasi dan dapur. lalu menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja dekat pintu garasi. Dia memang selalu pamit dengan cara seperti itu.

"Mau kemana lu?" Tanya Anton, kakak Sabda yang baru datang bersama anak dan istrinya.

"Mau patroli lah, biar kota ini aman... iya kan Runa... uhhhh lucunya keponakan om...." Jawab Sabda sambil menciumi anak anton yang masih bayi sampai bayi itu menggeliat.

"Udah ih, ganggu Bayi lagi tidur aja!" Kata Anton. Sabda terkekeh lalu ngeloyor ke garasi.

" Iya iya yang udah jadi bokap - bokap. Nowel dikit aja ngga boleh!" Ucap Sabda pada Anton yang dibalas oleh lemparan sandal Anton tapi meleset dari sasaran.

Tidak sampai sepuluh menit Sabda sudah sampai di rumah Vero. Rumah mereka memang tidak jauh. Karena itulah mereka sudah berteman dari kecil. Mama Vero yang menemui Sabda dan mengatakan Vero masih keluar kota.

Papa Vero sendiri sudah meninggal dua tahun lalu. Bersama mama nya dan adik perempuan yang baru kuliah semester satu lah Vero tinggal.

Di dalam mobil Sabda mencoba menghubungi Vero.

tut....tut...

"Halo, Ada apa bro?"

"Lu kemana aja sih Ver? Gue dari rumah lu nih. Kata nyokap lu, lu di luar kota sampe minggu depan?"

Suara tertawa terdengar dari Vero "Tumben lu nyariin gue? Biasanya juga gue keluar kota ngga ada yang nyariin. Palingan Dimas tu yang selalu ngingetin bawa oleh - oleh."

"Masalahnya lu ngga pernah ya pergi lama kayak gini. Gue pengen ketemu lu, Ver. Kita temen dari kecil bro! Gue ngerasa lu lagi mendem sesuatu deh. Lu kenapa dah? Cerita dong."

"Gue fine. Emang kenapa? Apa ada yang aneh dari gue?"

"Bro, gue tau lu gimana kalau lagi mikir sesuatu. Gue tau kalau lu lagi nyantai, walaupun ekspresi lu standard gitu gitu aja, tapi gue tau lu, Bro! Kita udah barengan dari kecil. Lu sedih gue ikut sedih. Lu bahagia gue juga ikut bahagia." Kata Sabda. Mendengar ucapan Sabda, Vero seperti tertampar. seharusnya dia juga ikut bahagia ketika Sabda bahagia. Benar kata Sabda.

"Bro, gue ngga kenapa kenapa. Beneran deh. Oke gini deh, kalau gue pulang nanti kita ngopi santai di tempat biasa. Sorry nih gue tutup dulu teleponnya ya. Ada barang caffe datang nih. bye." Vero menutup sambungan teleponnya.

Sabda memijit pelipisnya pelan. Pikirnya 'Semoga bener cuma perasaan gue aja, Ver. Gue ngga akan bisa kalau harus kehilangan sahabat kayak lu.'

Ting!

Suara notifikasi di hp nya memnculkan nama My Sunshine

Masih lama sayang?

dibalasnya pesan kekasihnya itu

OTW sayang

Tak lama - lama Dia langsung menancap gas ke rumah kekasihnya.

Sedangkan ditempat lain Vero hanya melihat ke arah pantai sambil mencoba menenangkan perasaannya. Setelah mendapat telepon dari Sabda dan tertampar dengan ucapan Sabda 'kalau lu bahagia gue juga bahagia' dia menyadari bahwa sahabatnya itu pasti merasakan perubahan dari dirinya. Dia memang tidak bohong karena memang ada pembukaan caffe baru disini. Tapi hanya sehari, selebihnya dia hanya berusaha lari dari kenyataan.

"Sabda." Vero menyebut nama temannya lirih. Rasa bersalah muncul dalam benaknya. Dia tau ini salah. Ini hanya kebodohannya.

"Sorry, gue masih butuh waktu. Gue hanya akan muncul ketika semua rasa ini bisa tertata kembali. Satu hal yang ingin gue lakuin, Sab. Gue pengen bisa menyebut nama calon istri lu tanpa ada gemuruh di dada gue. Gue pengen ketika kita semua bertemu dan gue bisa menyapa istri lu seperti yang lain tanpa ada sesuatu yang memenuhi dada gue. Hanya 'hai Rayn!' Oh God! Sebodoh itu kah gue sampe harus berpura-pura kuat aja susah banget! Come On Vero! Lu laki! Lu yang gantle! Kenapa lu harus lari dari kenyataan melihat orang yang lu sukai bahagia sama orang lain! Orang lain itu sahabat lu! Mereka akan bahagia Ver! Come on Ver! Move On!" Vero mencoba menyemangati dirinya sendiri. Dirinya tertantang untuk segera pulang dan bertemu mereka.

Dari dulu tiap bertemu Rayna, Vero hanya tersenyum singkat lalu menunduk. Tidak seperti teman-temannya yang minimal menyapa "Hai Rayn!". Vero bertekad akan menghadapi semuanya. Vero tidak mau Sabda sampai tau dia menyukai Rayna. Dia harus berusaha lebih keras lagi untuk membuka hatinya pada yang lain. Dia bangkit lalu mengendarai mobil yang telah disewanya. Menuju hotel lalu checkout.

" rayn, Sab! Gue bisa kok move on! Gue bakal buktiin ke diri gue sendiri gue bisa!" Kata Vero pada dirinya sendiri.