webnovel

BAB 6

Sudah seminggu sejak pertunangannya dengan Rayna, Sabda sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan Rayna juga berangkat kuliah sendiri naik taksi online. Sabda selalu melarangnya bawa mobil sendiri, padahal Rayna juga sering nganterin mama nya kemana-mana nyetir mobil sendiri. Tapi untuk kebaikan bersama, Rayna nurut aja sama Sabda karena tiap Rayna pulang kuliah juga Sabda yang menjemput walaupun sampai rumah Rayna dia nggak sempat mampir.Dia tau Sabda pasti lelah. Dia banyak ngerjain kerjaan yang tertunda karena mengorbankan banyak waktu kerjanya untuk persiapan pertunangan mereka yang dadakan itu.

Malam minggu ini Sabda sudah datang ke rumah Rayna. Dia berpamitan pada orang tua Rayna untuk mengajak Rayna keluar.

"Sabda, jangan pulangin Rayna larut malam ya!" kata pak Handoyo yang sedang menonton televisi di ruang tengah.

"Enggak kok pa, palingan pagi. hehehe." Jawab Sabda dengan cengengesannya.

"Sabda....sabda... suka banget godain papa." Kata mama Rayna.

"Hehehe biar suasananya nggak mencekam ma, apalagi nanti kalau udah jadi menantunya. Pasti deh hari papa makin berwarna karena ada Sabda." Kata Sabda. Benar-benar deh anak itu. Nggak ada takutnya sama calon mertua.

"Ada apa sih, rame bener bertiga." Kata Rayna yang baru keluar dari kamar. Mama cuma tersenyum sambil geleng-geleng.

"Tuh, calon suamimu papa kasih tau jangan pulangin kamu larut malam. Kalian belum sah jadi suami istri, jangan aneh-aneh." Papa memang selalu mengingatkan dua anak itu tiap sabda pamit mengajak Rayna keluar malam.

"Iya pa... Rayna keluar dulu ya, pa." Pamit Rayna pada papa nya kemudian menyusul mama di dapur untuk pamit juga.

"Lagian ih papa, udah berkali - kali loh papa ngingetin begitu. Sabda sampe hafal, pa." kata Sabda lalu berlari ke dapur menyusul Rayna karena mau di lempar koran sama papa. Meskipun begitu papa Rayna tidak keberatan dengan interaksinya dan Sabda. Dia selalu kesepian kalau Sabda beberapa hari tidak main kerumahnya. Belum jadi menantunya aja Sabda sudah seperti anaknya sendiri.

Sabda mengajak Rayna ke rooftop caffe. Tempat favorit mereka berdua. Dari sana mereka bisa melihat ramainya kota dari atas, seminggu tidak bertemu membuat mereka saling rindu. Mereka rasa berkomunikasi lewat Handphone hanya menambah rindu mereka. Kebetulan di Caffe itu ada beberapa privat room dengan view keramaian kota.

"Akhirnya bisa berduaan lagi ya sayang." kata Sabda sambil membelai rambut Rayna. Hal yang sangat disukai Sabda. Membelai rambut sambil sesekali mencium kening Rayna.

"Pasti kamu seneng kan dari kemarin sok sibuk, nggak berduaan sama aku? bisa lama-lama di kantor sama sekretaris kamu itu." Kata Rayna. Dia tidak berkata serius. Hanya ingin menggoda Sabda. Tapi reaksi Sabda sudah panik.

"Ya engga dong sayang. Kamu kalau cemburu tambah manis dan cantik deh. Justru tiap kerja aku selalu kebayang kamu. Toh aku selalu ngabarin kamu kan aku lagi dimana, aku mau kemana, aku ngapain. Aku kerja sama mas Anton juga loh sayang. Lagian Arumi itu udah punya anak udah punya suami sayang."

"Jadi kalau single kamu mau sama dia?" Rayna berpura-pura merajuk. Sabda semakin panik. Bagi Sabda berbicara dengan wanita memang harus sabar. Karena wanita selalu ingin menang kan? Ups!

Tidak banyak bicara lagi Sabda langsung mencium bibir Rayna yang sedari tadi manyun. Rayna hanya tersenyum lalu membalas ciuman itu singkat.

"Ih, curi-curi kesempatan." Kata Rayna padahal tadi dirinya juga terbuai sesaat.

"Bukannya kamu suka." Goda Sabda lalu mengecup kening Rayna. Membuat Rayna malu. "Lagian sayang, beneran deh, aku cinta nya cuma sama kamu. Bener ngga boong deh!" lanjut Sabda.

"Iya sayang. Aku cuma godain kamu kok." Kata Rayna sambil tertawa. Sabda justru malah mengulangi ciuman tadi.

"Jangan pernah minta lebih dari ini ya." Kata Rayna sesaat ketika terlepas dari ciuman Sabda. Sabda mengangguk sambil tersenyum. Dia pastilah ingin malam pertamanya nanti spesial.

"Gimana kalau kita nikahnya besok sayang? Ngga kuat abang dek kalau nahan lama-lama." Kata Sabda sambil memainkan alis mata nya.

"Apaan sih! geli liatnya!" kata Rayna. Rayna dan Sabda tertawa bersama sambil berpelukan.

"Oh ya sayang, kamu tau, Satria sama Lita udah jadian?" Sabda memulai ghibah nya. Kadang mereka emang suka ghibahin temen mereka. Cuma Vero yang nggak pernah mereka ghibahin. Dasar, Pasangan yang kompak!

"Oh... pantesan di acara kita mereka berduaan melulu."

"Dan si Dimas juga pengen dikenalin sama Anin."

"Terus?"

"Ya, aku suruh dia kenalan sendiri lah!"

"Kok mereka berdua belum cerita ke aku sih."

"Coba kita telponin nih pasti Satria lagi pacaran ma Lita." Kata Sabda lalu memvidio call Satria.

"Apaan woy?!" Tanya Satria dengan sebalnya. Terlihat juga Lita sedang makan di sampingnya.

"Tuh kan sayang... mereka lagi malam mingguan. Tuh mereka lagi makan bareng."kata Sabda lalu memperlihatkan layar ke arah Rayna.

"Hau Sat! Hai Lit!" Sapa Rayna sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke Lita yang ada di belakang Satria.

" Hai Rayn! Di rooftop ya kalian?" tanya Satria.

"Iya Sat, sini aja kalian gabung ma kita." Kata Rayna.

"Iya deh rayn, ntar ya kalau sempet, hehehe..." jawab Satria.

"Pastilah sempet. Gue tunggu sampe jam 10 malam kalian harus udah datang. Coba gue sambungin ke Lucky juga ya. Biar kita triple date. Mau ngajakin Dimas ma Vero juga kasian mereka kan jomblo." Kata Sabda lalu mencari kontak Lucky.

"Serah lu deh, Sab!" Kata Satria pasrah. Mau gimana lagi, teman nya satu itu emang rada jahil.

tut....tut... Suara dering dari Lucky.

"Halo. Apaan?" Jawab Lucky setengah kesel. Dia cuma keliatan kepala doang.

"Sini, ke rooftop." Kata Sabda.

"Hah? Ngga bisaaa." Kata Lucky sambil meringis pelan.

"Lu sembelit ky?" tanya Sabda.

"Ah, sembelit apaan, daritadi keliatan kepala doang, Lu di apartment kan? Ngen**t Lu! Kamvret!" Kata Satria setengah berteriak. Lucky cuma ketawa, Suaranya udah mulai serah-serak.

"Ah, Ganggu aja lu pada!" Kata Lucky lalu memutus sambungan vidiocall nya.

"Sial lu! Udah tau si breng**k itu doyan begituan masih aja lu telpon, udah tau malam minggu pasti lah di Ngew*!" Satria masih aja nggak terima. Sedangkan Sabda malah ketawa ngakak.

"Napa? Pengen lu?" Tanya Sabda.

"Iyalah!" Jawab Satria lalu terdengar dia berteriak karena Lita nyubit pinggangnya. Rayna dan Lita cuma geleng - geleng kepala lihat kelakuan pacar mereka.

"Ya Udah, cepet kesini habis makan ya!" kata Sabda lalu mematikan telepon. "Kita nikmatin dulu waktu berdua ya sayang, sebelum Satria ma Lita datang." Kata Sabda lalu merangkul pundak Rayna dan menyandarkan kepala Rayna di bahunya.