webnovel

Bab 22 Suprise!

"Kak Putri, nanti jangn kaget ya!"

Entah mengapa ucapan Via barusan, justru membuat perasaan Putri semakin tidak enak. Ia kembali menimbang-nimbang apakah keputusannya untuk ikut ke rumah Via yang ada di Bandung tepat atau tidak.

Via mengatakan bahwa mamanya sedang sakit dan sangat ingin bertemu dengan Putri, oleh karena itu mau tidak mau ia setuju untuk ikut dengan Via ke rumahnya.

"Menurut kamu, kakak bakalan kaget, nggak?" tanya Putri pelan.

Via tidak menjawab, dan hanya menunjukan cengiran aneh yang langsung membuat Putri bergidik ngeri. Mungkin kepuusan yang ia buat bukanlah keputusan yang benar, melihat cengiran Via yang terlihat sangat mengerikan.

Tak lama setelahnya, sebuah panggilan masuk ke handphone Putri. Gadis itu menghela napas berat sebelum mengangkat panggilan dari tak lain dan tak bukan adalah Alif.

"Halo?" saa Putri begitu telepon tersambung.

"Put, kata mama, lo lagi perjalanan ke sini sama Via, beneran?" tanya Alif yang terdengar terkejut.

"Iya, bukannya kamu udah tahu? Via bilang udah izin kamu buat ngajak aku ke Bandung!" sahut Putri cepat.

Terdengar umpatan pelan dari sebrang sana.

"Lo dikibulin Via! Kalo memungkinkan, lo puter balik aja, batalin rencana ke Bandung!"

Putri melongo saking bingungnya. Suara Alif terdengar begitu panik, entah apa yang sebenarnya terjadi.

"Tapi, ini udah deket rumah kamu, Al!" seru Putri kebingungan.

Bagaimana ia bisa meminta supir untuk putar balik? Mereka sedang menaiki mobil travel yang membawa dua penumpang lainnya. Sungguh tidak mungkin ia melakukan itu.

Lagi-lagi terdengar suara umpatan Alif dari telepon.

"Ya udah, pokoknya entar kalau sampai rumah, lo langsung ke kamar gue aja!" seru Alif.

Putri menghela napas panjang sambil melirik ke arah Via. Si biang kerok itu tengah asik memainkan handphone-nya. Sungguh, entah apa yang Via rencanakan. Akan tetapi, apa pun itu, pasti bukan hal yang bagus.

"Gimana kalau kamu tunggu di luar rumah aja?!" usul Putri.

"Nggak bisa, gue lagi dikurung di kamar!"

Mata Putri langsung terbuka lebar, bagaimana bisa Alif terkurung di kamarnya? Atau, untuk apa seseorang mengurung Alif? Apa pria itu melakukan sesuatu yang salah?

"Kok bisa?!" pekik Putri bingung.

"Ceritanya panjang, pokoknya nanti sesampainya di sini, lo langsung ke kamar gue aja! Jangan matiin teleponnya sampai kita ketemu!"

"Duh, kenapa sih? Kamu tuh bikin aku bingung tahu nggak! Ada apa sebenernya?!"

"Ribet kalo nyeritain dari telepon, ntar lo syok terus pingsan lagi!"

Putri mempoutkan bibirnya kesal. Ia benci saat di mana ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, apalagi jika itu menyangkut dirinya.

Putri melirik tajam ke arah Via yang seolah menulikan telinganya.

"Vi, kamu pasti tahu apa yang sebenernya terjadi, 'kan?!" seloroh Putri kesal.

"Kagak, Kak! Beneran deh, mama kemaren sakit, pengen ketemu sama Kak Put! Tapi, mengingat gimana sifat mama, keknya bakalan sesuatu yang tidak terduga di rumah!" sahut Via pelan.

Ingin Putri bertanya lagi, akan tetapi gadis di sampingnya itu buru-buru memakai earphone-nya, dan memalingkan wajahnya ke arah Jendela.

Putri menunggu dengan gelisah sepanjang perjalanan menuju rumah Via, dan setibanya merek di sana, gadis itu sangat terkejut melihat rumah Via yang begitu ramai, dan dihiasi dengan sedemikian rupa.

"Al, kok rumah kamu seramai ini?!" pekik Putri terkejut.

Bukankah mama Via sakit? Lalu kenapa seperti ada acara besar di rumah ini?

"Lo minta ke Via buat bawa lo ke kamar gue lewat jalan rahasia!" perintah Alif.

"Jalan apa, Al?"

"Jalan rahasia buat ke kamar gue!" jels Alif singkat.

Putri menahan lengan Via ketika gadis itu hendak turun dari mobil.

"Kenapa, Kak?" tanya Via bingung.

"Kata Alif, kammu disuruh bawa kakak ke kamar Alif pakai jalan rahasia!" seru Putri setengah berbisik.

Via merengut kesal. Ia sangat yakin jika abangnya itu memiliki sebuah rencana untuk membawa Putri kabur dari rumah. Akan tetapi, ia juga tidak berani menolak perintah Alif, karena abangnya itu sangat mengerikan jika marah. Jadi, mau tidak mau, ia harus melakukan perintah abangnya itu.

Kedua gadis itu pun turun dari mobil, lalu Via menuntun Putri melewati sebuah ruangan kecil di sebelah garasi, dan melewati lorong sempit, dan tangga kecil menuju sebuah Pintu.

"Itu kamar Bang Alif, Kak!" seru Via sambil menunjuk pintu kecil yang berada di atas mereka.

Putri tidak merespon ucapan Via, dan bergegas menuju pintu tersebut. Ada sebuah kunci yang menempel di gagang pintu tersebut.

"Al!" panggil Putri begitu ia melewati pintu.

Alif yang tengah duduk dengan gelisah di tepian kasur, langsung berdiri dan menghampiri gadis itu. 

"Via mana?" tanya Alif sambil celingukan.

Tak lama, Via pun masuk ke kamar Alif, lalu melemparkan tubuhnya di kasur, dan melirik santai ke arah Alif dan Putri.

"Heh, Bocah! Lo pasti tahu apa yang mama rencanain, 'kan?" todong Alif tanpa basa-basi.

"Vi nggak tahu, mama cuman ngasih tugas Via buat bawa Kak Putri ke rumah, udah itu doang!" sahut Via dengan santainya.

"Jangan bohong lo!" sergah Alif dengan tatapan tajam.

"Beneran Bang, Via nggak tahu! Via juga nggak nyangka kalau rumah bakalan seramai ini! Via pikir, mama cuman undang temen-temen arisannya buat pamer pacar Bang Alif," ucap Via tanpa ragu.

Putri hanya bisa terdam tanpa tahu harus mengucapkan, atau melakukan apa. Ia hanya berusaha menguatkan mental menunggu apa yang akan terjadi kepadanya.

"Kalau gitu, sekarang gue kasih lo tugas buat nyelidikin apa yang mama rencanain! Cepetan!"

Via merengut kesal, ia lalu menegakkan tubuhnya, dan duduk bersila sambil mengeluarkan handphone dari saku celananya. Dengan cepat, gadis itu mengetikkan sesuatu di layar handphone-nya.

Alif mengalihkan pandangannya ke arah Putri, dan menepuk lengan gadis itu pelan.

"Sorry ya, Put," ucap pria itu begitu sarat akan penyesalan.

"Nggak apa-apa." hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Putri.

"Oh, God!" pekik Via sambil menutupi mulutnya dengan sebelah tangannya.

Baik Alif maupun Putri, lagsung menoleh dengan kompak ke arah Via.

"Kenapa?" tanya Alif cepat.

"Via bilangin, tapi kalian jangan kaget, ya!" seru Via dengan ragu.

Putri mengangguk cepat, sedangkan Alif tidak bereaksi dan hanya menatap adiknya itu tajam.

"Mama ngumpulin keluarga besar kita, buat ngelamar Kak Putri!" seru Via cepat.

"Kok gitu?!" pekik Alif terkejut.

"Kata Tante Mina, mama bilang mumpung Bang Alif punya pacar, jadi harus segera dinikahkan, takut kalian putus, terus Bang Alif balik jadi belok!" jelas Via.

Alif langsung menganga tak percaya mendengar penjelasan adiknya itu. Seserius itukah keluarganya mengangganya gay?

Putri yang sama terkejutnya, langsung menepuk punggung Alif, untuk memberi semangat pada pria yang sepertinya langsung kena mental, itu.

"Gimana dong, Kak? Kak Putri siap dilamar sekarang?" tanya Via yang langsung membuat lutut Putri terasa lemas seketika.