webnovel

Bab 15. Segelas Wine

"Vi, kamu pernah nggak pergi ke klub malam?"

Via langsung tersedak begitu mendengar pertanyaan Putri. Es teh yang baru diseruputnya, langsung muncrat ke wajah Gilang yang kebetulan ada di dekatnya.

"Gila lo, Vi! Muka ge weh!" amuk Gilang.

"Ya maaf, Bang! Salahin Kak Put noh yang bikin Vi keselek!" protes Via sambil menatap nanar Putri yang duduk di sampingnya.

Putri sendiri hanya meringis tanpa dosa sambil mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja.

"Langsung luntur dah kegantengan gue, sialan lo ah Vi!" gerutu Gilang sambil beranjak meninggalkan meja makan.

"Makanya, kalau minum itu yang fokus, muka orang di sembur-sembur, untung itu si Gilang, kalau sempet Kevin atau Reyhan, mampus lo Vi!" samber Lusi yang entah sejak kapan masuk ke ruang makan.

"Iya, syukur cuman Bang Gilang. Ini semua gegara Kak Put!" Via masih saja menyalahkan Putri yang bahkan sendirinya tidak tahu di mana letak kesalahannya.

"Aku cantik, aku diam." sahut Putri tanpa mau menoleh ke arah Via.

"Lagian, kenapa coba seorang Kak Put nanyain klub malam? Kan Via syok!"

Lusi langsung menatap penuh selidik ke arah Putri.

"Lo mau main ke klub? Ikut dong weh! Kebetulan gue lagi badmood nih," ucap Lusi sambil tersenyum penuh arti ke arah Putri.

"Vi juga ikut!" seru Via penuh semangat.

"Tapi ya, gue jadi penasaran. Kenapa lo tiba-tiba mau ke klub? Kek nggak biasa banget gitu loh, Put!" sela Lusi.

Putri menggeleng pelan.

"Aku pernah bac postingan orang di medsos, katnya tempat terbaik buat ngilangin beban, ya di klub. Eh, tapi emang bener ya?"

"Bener banget! Nggak usah banyak mikir, lo akan tahu bener apa enggaknya kalau udah ke sana! Lo tenang aja, lo pergi bareng kita, jadi aman!"

Mendengar ucapan Lusi, Putri langsung bersemangat.

"Okay, kita pergi malam nanti!" seru Via kelewat semangat.

***

Putri langsung menyesali keputusannya begitu merek masuk ke dalam klub. Demi apa pun, kenapa musik harus diputar sekencang ini?

"Lihat muka Putri!" Lusi menyikut pelan lengan Via. Gadis termuda di antar mereka pun langsung tertawa begitu kerasnya.

"Have fun Kak Put! Di sini, Kak Put bebas!" seru Via setengah berteriak.

Putri langsung menggeleng pelan. Bebas dari apa?

Lusi langsung memilihkan tempat duduk yang tak jauh dari dance floor. Setelahnnya, seorang pelayan menghampiri mereka untuk mencatat pesanan mereka.

"Lo mau minum apa?"

"Jus Jeruk." jawab Putri sambil menyandarkan punggungnya pada sofa.

Via tertawa renyah, sementara Lusi hanya menggeleng tak percaya. Jika ingin memesan jus jeruk, kenapa mereka tidak pergi ke kafe saja?"

"Kenapa? Emangnya nggak ada ya?" tanya Putri bingung.

"Ada sih, tapi kek sayang aja gitu udah di sini tapi yang dipesen jus jeruk!" sahut Lusi.

"Ya terus, apa yang harus kupesan?"

"Santai, Kak Put biar Vi yang pesenin."

"Jangan yang mengandung alkohol ya Vi!" pesan Putri.

Via mengangguk pelan. Ia lalu memesankan wine spesial dengan kandungan alkohol 0%.

"Kak, itu ada temen Via. Vi sapa dia dulu ya!"

Via langsung pergi meninggalkan tempatnya begitu Putri mengijinkannya pergi.

"Mungkin lo masih gak terbiasa sama suasananya, tapi coba aja nikmatin Put, kek coba aja hempas kelur masalah lo sekenceng musik yang lagi diputer!"

Putri mengangguk mendengar saran dari Lusi.

Tak lama kemudian, minuman dan cemilan yang mereka pesan sudah datang. Setelah minum seteguk, Lusi mengajak Putri untuk turun ke dance floor, tapi tntu saja gadis itu menolaknya, akhirnya Lusi pergi dan meninggalkan Putri seorang diri.

Putri memperhatikan setiap orang yang ada di sana. Mereka semua terlihat sangat senang, dan tanpa beban. Ada yang memilih minum seorang diri, berdansa, mengobrol, dan tidur. Putri tertawa pelan melihat sesosok pria yang tertidur di sofa dengan meja yang hanya berisi cemilan tanpa minuman. Bisa dipastikan jika ia tidak teler dan benar-benar hanya tidur di sana. Bagaimana seseorang bisa tidur di tempat seberisik ini?

"Hei cantik, nggak keberatan kalau gue traktir lo minum?"

Putri sempat terkejut saat seorang pria duduk di dekatnya sambil membawakan segelas wine untuknya. Cukup tampan, tapi sayang sekali wajahmya tidak bisa dipercaya.

"No, thankyou." jawab Putri setenang mungkin.

"Udah deh, nggak usah sok jual mahal gitu, lo nggak akan nyesel kalau kenal sama gue!" sinis pria itu.

Putri mengabaikan ucapan pria itu. Ia hendak beranjak menyusul Via atau Lusi, siapa pun asal tidak bersama pria asing yang mengajaknya minum itu.

"Mau ke mana lo?!" pria itu menarik pergelangan tangan Putri hingga gadis itu terjatuh di sofa.

"Mau kamu apa sih?!" sentak Putri kesal.

"Berhenti jual mahal! Kalau gue mau, gue bisa dapetin cewek yang jauh lebih sexy dari lo, jalang!"

Putri cukup terkejut mendengar makian dari si pria asing. Sungguh, ini pertama kalinya ia dimaki dengan begitu kasarnya oleh seseorang.

"Kalau gitu, ya udah sana pergi!" sentak Putri.

Pria itu nampak kesal. Putri langsung menutup rapat-rapat matanya saat tangan pria itu terangkat ke arahnya.

Bugh!

Putri tersentak kaget saat mendengar suara pukulan yang begitu keras, dan masalahnya, ia merasa baik-baik saja, jadi ....

"Satria?!" pekik Putri saat melihat Satria ada di hadapannya, dengan si pria asing yang tersungkur di lantai.

Pria itu terlihat semakin kesal. Ia memecahkan gelas, dan bersiap menyerang Satria. Namun kemudian pria itu berhenti saat melihat wajah Satria.

"Lo tahu nggak bijak buat nyari masalah sama gue, 'kan?" sentak Satria.

Si pria asing langsung meletakkan pecahan gelas yang ia pegang, dan berlari ketakutan saat melihat Satria.

Tak lama kemudian, beberapa penjaga datang menghampiri mereka dan bertanya jika mungkin terjadi sesuatu di sana.

"Nggak ada masalah." sahut Satria dengan begitu dingin.

"Kak Put, ada masalah apa?" tanya Via panik.

Putri masih sangat kebingungan hingga ia tak sanggup menjawab pertanyaan Via.

"Sorry, tpi kayaknya Putri masih syok, kalau gue bawa dia keluar dari sini, ngak apa-apa, 'kan?" tanya Satria kepada Via.

Via tentu mengingat siapa Satria. Si Oppa Korea yang pernah menjemput Putri tempo hari. Karena itulah, ia mengijinkan Satria pergi membawa Putri.

Satria membawa Putri pergi ke kafe yang tak jauh dari klub tersebut.

"Lo baik-baik aja,'kan?" Satria menatap lekat-lekat wajah Putri.

Putri mengangguk pelan. Ia lalu meneguk kopi hangat yang telah Satria pesankan untuknya.

"Untung gue kenal dia, kalau enggak, udah habis dia sama gue." gerutu Satria sambil mengaduk-aduk kopinya.

"Kamu kenal sama dia?" tanya Putri.

Satria mengangguk pelan.

"Dia anak temen bokap."

"Kok dia kayak takut banget sama kamu?"

"Karena dia tahu betul gimana gue kalau udah ngamuk. Lagian, lo ngapain sih pergi ke tempat begituan? Banyak orang brengsek di sana!"

Putri hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Satria. Tapi, setelah ia mengamati pria itu, ia langsung tertawa dengan sangat keras.

"Kenapa lo ketawa?" tanya Satria bingung.

"Kamu yang tadi tidur di sofa di seberang tempatku, 'kan? Aku inget Jaket kamu! Kamu ngapain tidur di sana?"