webnovel

Asem! Di sini File, Di sana File

"Baik Pak, Mas, Egy," jawab Feni gugup.

"Ch, kamu tidak sedang sakit kan?" tanya Egy sambil bersedekap.

"Tidak Mas Egy ," ucap Feni menyeringai.

"Oke langsung kerjakan. Saya ada perlu dulu. Ingat, setelah saya kembali harus sudah ada di meja kerja saya."

Sekali lagi Egy mempertegas perkataannya. Wajah Feni yang sejak tadi sudah terlihat gugup tambah semakin tertekan mendengar intonasi yang terlontar dari mulut Egy.

Tap tap tap

Klek

"Fiuhh.. kenapa dia wajahnya nyeremin banget sih," ungkap Feni sambil berjalan menuju meja kerjanya.

"Bukan wajahnya Fen, tapi sikapnya dingin parah. Kalau wajahnya sih tampan dan kece parah, haha.." ucap Ola sambil menutup mulutnya khawatir terdengar.

"Sstt hati-hati, kita anak baru."

Feni dan Ola tertawa kecil menuju tempatnya masing-masing. Mereka tidak menyangka setelah masa training yang menyenangkan berakhir, mereka harus bertemu dan dipimpin oleh supervisor yang dingin dan tidak acuh seperti itu.

Tanpa membuang waktu lagi, Feni langsung bergegas menuju ruang khusus penyimpanan berkas perusahaan. Sesuai dengan permintaan supervisornya, Feni mengamati setiap rak lemari dengan bermodalkan catatan petunjuk yang dia dapatkan dari data komputer.

"Hmm.. file rencana kerja, file project berjalan, file laporan tahunan, file rekanan perusahaan. Nah, ini dia. Bulan kemarin mana yah?"

Satu persatu dokumen dalam susunan rak tersebut diperiksa oleh Feni. Tidak luput satu pun dari penglihatannya.

"Haduh, ini bulannya kenapa tidak berurutan sih. Berantakan sekali menyimpan filenya. Siapa sih bagian yang bertanggung jawab dengan berkas perusahaan ini? bikin repot saja," gerutu Feni.

Mau tidak mau, Feni mengangkat dan meletakkan file yang tersimpan tidak beraturan itu. Beberapa file yang tersimpan disana sungguh membuat kepala Feni seperti benang kusut. Bagaimana tidak, perintah yang diberikan oleh supervisornya saja belum dia temukan, tapi dia harus berjibaku dengan pekerjaan lain yang bukan tanggung jawabnya.

Feni sampai tidak berkedip, berharap tidak ada satupun file yang terlewat dari pandangannya. Tapi harapannya itu nihil. Sudah hampir empat puluh lima menit dia belum juga menemukan file yang dimaksud. Semakin lama dirinya mencari, semakin gundah perasaannya.

"Haish.. sudah dicek berulang kali, tapi kenapa tidak ketemu juga? Habis deh nih kena teguran lagi."

Tok tok

Sontak Feni terkejut bukan kepalang dan menoleh kearah pintu. Seorang karyawan wanita berdiri dan berbicara pada Feni.

"Sorry Feni, kamu dipanggil sama mas Egy."

"Hah, mas Egy sudah datang?"

"Sudah, baru saja. Ditunggu katanya."

"Ah iya. Makasih. Aku segera kesana."

Karyawan wanita itupun berlalu menuju meja kerjanya kembali. Sementara Feni terlihat sangat kalut karena belum berhasil menemukan file yang dicarinya.

'Gimana nih, dia pasti ngomel deh. Mungkin benar kata Ola. Jangan-jangan aku bakal berurusan dengannya terus. Mencari file saja gak bisa, gimana diperitah kerjaan lain Feniiii,' gumam Feni sambil menepuk pelipisnya.

Sambil membunyikan jari-jari tangannya seraya meredakan ketegangan, Feni melangkah perlahan menuju ruang supervisor. Degupan jantung yang saling memukul semakin terasa kencang manakala pintu ruangan semakin mendekat.

"Huft," sesaat menghela napas.

Tok tok tok

Ceklek

Feni melangkah masuk dan melihat Egy tengah sibuk dengan ponselnya. Tanpa dikomando, Feni langsung menyampaikan apa yang ingin disampaikannya.

"Maaf mas Egy, saya sud.."

Ucapan Feni tertahan karena Egy mengulurkan telapak tangannya kearah Feni. Memberi isyarat bahwa dirinya tidak ingin mendengarkan ucapan lebih panjang lagi dari wanita dihadapannya.

'Oke, pasrah saja kau Feniii. Sekarang dia pasti akan mencak-mencak lagi. Sudah berapa lama mencari file? Kenapa belum ketemu? Kerjaan mudah seperti itu, tidak bisa kamu selesaikan. Ya, ya, ya,' gumam Feni pasrah sambil menggigit bibir bawahnya.

Egy yang semula fokus dengan ponselnya, sekarang mulai mengangkat kepala dan memandang kearah Feni.

"Saya sudah tahu apa yang ingin kamu sampaikan. Cari file yang saya pinta tadi di rak sebelah sana," titah Egy sambil menunjuk lemari disisi kanan meja kerjanya.

"Hah, di lemari buku itu?" tanya Feni menegaskan.

"Ya iya, dimana lagi. Cepat, saya perlu file itu sekarang."

Dahi Feni mengkerut mendengar perintah seenak jidat dari supervisornya. Menurutnya, jika file itu ada di ruangan ini kenapa tidak dia ambil sendiri saja.

Feni melangkah menuju rak lemari yang dimaksud. Ada beberapa partisi yang memisahkan file satu dengan yang lainnya. Tentu saja Feni dapat menemukan file rekanan bulan kemarin yang dari tadi dicarinya.

Tidak ada semenit, Feni langsung mendapatkan file yang diincarnya. Tanpa susah payah sedikitpun seperti sebelumnya.

'Dia ini sebenarnya tahu atau tidak sih kalau file ini ada diruangannya? Gila kali dari tadi aku disuruh cari diruang berkas-berkas,' gumam Feni sambil menyipitkan kedua matanya.

"Hei Feni. Kalau sudah ketemu bawa kesini. Kamu tidak menyimak kalau saya membutuhkan file itu sekarang!" oceh Egy.

"I-iya Mas Egy maaf," jawab Feni sambil memberikan file tersebut.

"Oke, kamu ingat ya baik-baik. File dua bulan kebelakang itu masih ada diruangan saya. Setelah itu, semua file baru masuk ke ruangan penyimpanan berkas-berkas."

Whaaatt…

'Berarti dia tahu kalau file itu pasti tidak akan ada di ruangan penyimpanan. Feni-feni, sampai beruban juga kamu tidak akan menemukannya,' gumamnya kesal.

Glek

"Maaf Mas Egy, kalau begitu kenapa tadi menyuruh saya mencari file itu di ruangan berkas-berkas ya? kan sudah pasti tidak ada," protes Feni pelan.

"Siapa suruh kamu tidak bertanya dengan karyawan yang lain? lagi pula mana mungkin saya mengizinkan orang lain berada diruangan ini saat saya tidak ada ditempat."

"Tapi kan bisa menyuruh saya nanti setelah.."

"Kalau sudah tidak ada keperluan lain, silakan bekerja dan kembali ke mejamu," sergap Egy cepat.

Seketika bola mata Feni membesar. Ingin sekali dia meracau dihadapan supervisornya. Senang sekali pria itu memotong perkataannya saat dia ingin protes. Oke, Feni menyadari bahwa dia karyawan baru yang sepatutnya menerima semua perlakuan yang tidak mengenakkan ini.

Siapa tahu atasannya itu sedang mengetes mentalnya dalam bekerja. Feni mencoba menghela napas perlahan dan izin pamit keluar ruangan. Sebelum itu, Feni menatap tajam Egy yang tengah disibukkan dengan pekerjaannya.

"Kenapa kamu lihat-lihat? Dengarkan perintah saya?"

Seketika Feni terlonjak kaget bukan kepalang. Baru saja dia ingin menyumpah serapahi atasannya itu dalam hati, tapi sudah keburu ketahuan.

"Iya Mas Egy, ini saya mau keluar ruangan," jawab Feni sambil membuka pintu.

"EH TUNGGU! File di ruangan berkas-berkas tadi sudah kamu susun rapi kan? soalnya berantakan. Oke, pekerjaanmu tidak sia-sia," celoteh Egy santai.

Glek

'Apaaa, jadi dia sengaja melakukan ini semua. Maunya apa sih? Kenapa dia mengerjai aku seperti itu? Dasar menyebalkan. Seenak jidat memerintah orang,' gumam Feni kesal.

Braakkk

**