webnovel

Forgotten Hero

Benci, kesal, marah, dan dendam, itulah yang tengah aku rasakan saat ini. "K-kau.. kau itu mesum, tidak tahu diri, dan tidak sadar terhadap apa yang aku berikan kepadamu. Tetapi kini.. kini kau.. kau mengkhianati ku!" Wajahku hanya menunduk ke bawah. Saking takutnya terhadap sang Raja, aku jadi tidak berani melihatnya. Tetapi... tetapi... "Penjaga. Cepat, usir orang ini! Jika tidak, maka tempat ini akan jadi berbahaya oleh orang seperti dirinya." Tegas sang Raja. Penjaga mulai mendatangi ku. Menaruh beberapa senjata mereka dileher lalu menatapku layaknya buronan mereka. Sementara aku, aku hanya memasang wajah kesal, sedih, dan benci harus berakhir seperti ini. "Berdiri!" *Buk "Aduh!" Keluh ku akan tendangan dari salah satu penjaga mereka. Dengan cepat aku berdiri dengan wajah yang masih menunduk. "Cepat, keluarkan orang itu! Jika dia masih disini, maka aku akan jijik melihatnya." Menggigit kedua gigiku sehingga saling beradu. Di satu sisi aku merasa terpuruk akan semua ini, dan di satu sisi lagi aku merasa bahwa ini semua adalah hal yang menyebalkan. "Cepat, ikuti kami!" Mendorong tubuhku ke depan. Aku hanya bisa parah, menyerah, dan tidak tahu harus melakukan apa. Sementara hatiku, hatiku merasakan seluruh perasaan negatif. Marah, benci, kesal, dendam, bahkan semua emosi negatif menyelimuti perasaan ini. Melewati gerbang istana, lalu kami pun melewati kota-kota kecil ini. "Hei, lihat itu!" "Wah! Ada apa ya kira-kira?" "Mana ku tahu? Tetapi yang jelas, aku rasa ia berbuat salah kepada sang Raja." Cih, kenapa? Kenapa mereka menatapku seperti orang-orang di kastil? Aku.. Alasan aku seperti ini adalah karena pria tua itu. Oleh sebab itu, aku.. aku akan membalas perbuatannya itu nanti. Pikirku dengan rasa benci dan muak yang sudah tidak tertahankan dari lubuk hati terdalam. Genre:Hero, Drama, Shounen, Action, War, Pet, Demon, Kingdom, Psychology.

akiyamashinjo · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

Ch. 1:Penyambutan

Kerajaan Hando.

Perlahan-lahan Hiragaki membuka matanya. Terlihat ruangan yang berbeda dibanding sebelumnya. Perlahan-lahan Hiragaki bangun dari tidurnya.

"Dimana ini?"

Terlihat suasana yang berbeda. Mulai dari kursi kayu berwarna hitam, meja yang panjangnya 1x4 dengan warna coklat, rak buku yang tinggi dengan buku yang terpajang rapih di setiap raknya. Rak baju yang panjang dengan tiga pintu berwarna krem dan memiliki kaca di pitu tengahnya. Kasurnya terlihat megah dan panjang. Sekilas mirip sofa tetapi dengan desain yang indah dan mewah. Bahkan gorden jendelanya berwarna merah dengan hiasan berwarna emas.

"Tempat apa ini?"

Hiragaki masih kagum dalam wajah diam. Dilihat oleh matanya sendiri kamar bernuansa elegan dan elite ini.

Higaraki berdiri lalu berjalan mencari sesuatu di dalam kamar tersebut. Sedikit demi sedikit ia buka setiap apa yang ia lihat. Baik itu rak buku, rak baju, rak meja, serta apa yang ia lihat dibawah ranjang kasurnya.

Sesaat Hiragaki terkejut terhadap apa yang ia lihat dari balik rak baju. Terdapat sepasang underwear wanita dewasa di rak paling atas. Sementara rak kedua berisikan pakaian, gaun, dan beberapa busana wanita. Sementara yang ketiga, yang ketiga berisi sebuah bawahan yaitu rok pendek, rok panjang, bahkan celana jeans panjang juga ada didalamnya.

Usai mencari seluruh tempat, ia kembali duduk. Direnungkan olehnya beberapa pikiran yang ia lihat. Dimana dirinya bersama temannya, Yama dan Mitaki. Kemudian ia masuk kedalam gelombang aneh lalu berakhir di tempat seperti ini, tempat dimana para lelaki seharusnya dilarang.

"Kenapa tidak ada orang disini? Mungkinkah mereka tengah pergi?"

Masih dalam bingung dan heran, Hiragaki masih belum bisa melanjutkan mencari sesuatu. Karena saat ini dirinya, dirinya berada dalam situasi yang berbahaya. Situasi yang dimana jika salah langka maka akan berakibat fatal.

Apa aku harus keluar saja dari kamar ini? Tapi, dimana pintu keluarnya?

Perlahan-lahan matanya memperhatikan ke sekitar ruangan. Matanya kini mendapati kedua pintu di ruangan ini.

"Mari kita lihat. Biasanya pintu yang berada di depan kiri dekat dengan rak adalah kamar mandi. Sementara pintu di depan mata ialah pintu keluar."

Hiragaki mulai kembali berdiri. Rasa penasaran terhadap kedua pintu dan teori terhadap ruangannya sendiri itulah yang membuat Hiragaki yakin bahwa ia tidaklah salah dalam memilih pintu.

Dipegang olehnya gagang pintu. Dengan rasa yakin ia membukanya secara perlahan-lahan.

*Kriet~

Pintu pun terbuka. Terlihat seorang wanita dengan gaun putih dan rok putih panjang. Sementara rambut pirangnya dihiasi dengan bandana mawar merah. Kulitnya yang putih, manik matanya berwarna ungu muda, dan bibir merah mudanya yang mengkilap.

Hiragaki hanya terdiam dengan mulut terbuka dan tatapannya yang terpusat pada apa yang ia lihat. Wajah Hiragaki juga memerah terhadap apa yang ia lihat saat ini. Karena bagi Hiragaki ini adalah pertemuan pertamanya dengan perempuan.

Semasa dia bersama temannya dahulu, ia tidak pernah memiliki teman wanita atau melihat wanita dari jarak sedekat itu. Tetapi kali ini berbeda. Kali ini ia dapat melihatnya dengan jarak yang dekat sekitar 5 inchi dari mereka berdua.

Wanita itu tersenyum kecil pada Hiragaki. Kemudian tangan kanannya menarik tangan kiri Hiragaki. Mendapati sambaran tangan dari wanita itu, Hiragaki panik dan kaget. Namun di balik kaget dan paniknya, ia berusaha tenang dan mengikuti kemana wanita itu membawa dirinya.

*****

Alun-alun Kerajaan Hando.

Orang-orang pada berkumpul di alun-alun. Keluarga bangsawan, penasihat raja, raja, bahkan keluarga raja berkumpul di sekitar alun-alun.

"Akhirnya kau datang juga ya, Airen."

Perempuan berambut pirang, dan mengenakan gaun putih yang disebut Airen itu menunduk dengan hormat dan elegan. Sedangkan Hiragaki terdiam menatap Airen yang tengah menunduk kepada seorang pria tua di atas kursi.

"Dan kau.."

Pria tua dengan mantel dan jubah di punggungnya itu menatap Hiragata. Hiragata hanya memasang wajah heran atas apa yang pria itu lihat. Selain itu, pria yang tengah melihat Hiragata terlihat lebih tua dibanding usianya.

"Apakah kau seorang pahlawan?"

"Pahlawan?"

"Ya, pahlawan." Angguk sang raja dengan wajah yakin.

Pria tua di atas kursi lebar dan tinggi itu berdiri dengan gagahnya. Perlahan-lahan pria tua itu berjalan ke Hiragaki bahkan pria tua itu mampu menuruni beberapa anak tangga agar ia sampai ke tempat Hiragaki.

"Dimana di dunia ini terdapat orang yang terpilih yaitu sang pahlawan. Pahlawan tersebut sangat berpengaruh besar terhadap dunia. Melawan kejahatan, membasmi monster, menghancurkan bangsa demon, dan yang terakhir ialah bertanggung jawab dalam tugas yang ia emban kedepannya nanti." Jelas pria tua itu dengan sangat rinci.

"Sebentar! Maksudmu monster itu.."

Pria tua itu mengangguk dalam diam. Terlihat sorot mata tajam dan menyala dari pria tua itu. Sementara hati pria itu merasakan perasaan marah, benci, dendam, dan kesal terhadap apa yang para iblis itu lakukan.

"Ya. Monster itu adalah lawan dari umat kita, umat manusia. Sedangkan mereka, para iblis, mereka hanya bisa menjadikan kami sebagai budak mereka, makanan mereka, serta menjadikan kami bahan percobaan."

"Bahan.. percobaan?"

Seketika wajah Hiragaki mulai pucat saat ia menelan mentah-mentah perkataan dari pria tua tadi.

"Ya. Itu adalah hal yang tabu dan hal yang dilarang oleh umat manusia."

Airen berdiri dengan wajah serius. Lalu ditatapnya Hiragaki yang tengah menatap Airen.

"Jadi, apa yang mereka lakukan?"

"Banyak. Menjadikan kami sebagai bahan percobaan seperti monster, iblis, serta hal-hal yang tak masuk akal."

Airen berputar ke depan lalu ke belakang dengan wajah serius. Sementara pria tua itu, ia hanya terdiam dengan wajah sedih dan tatapan yang kecewa.

"Bahkan mereka mencoba melakukan itu pada ibuku."

Seketika Hiragaki terkejut. Hati Hiragaki sebenarnya merasa sakit dan merasa simpati terhadap ibunya, namun ia berusaha untuk tetap tegar dihadapan mereka.

"Yah.. lupakan itu dulu. Pokoknya, untuk saat ini kau akan jadi pahlawan kami. Selain itu, kau akan kami latih mulai besok pagi di pelatihan prajurit. Apa kau mengerti?"

Hiragaki mengangguk kecil kepada pria tua yang menyela perkataan Airen. Pria tua itu tersenyum kecil. Kemudian pria tua itu pergi menuju ke kursinya kembali dan duduk dengan gaya kepemimpinan.

»»»»»●«««««

Cuaca mulai berubah. Mulai dari mataharinya yang panas dan berada di atas langit, langitnya yang cerah, serta awan-awan yang putih pucat, kini tergantikan oleh gelapnya malam, dipenuhi bintang, dan cahaya dari sinar rembulan yang menyinari beberapa kota serta hutan.

Dibalik suasana yang berubah, terdapat keramaian dalam kerajaan Hando. Dimana saat ini mereka tengah menyelenggarakan pesta besar-besaran atas keberhasilan mereka dalam memanggil seorang pahlawan.

Biasanya, mereka hanya dapat memanggil sebuah peliharaan. Tetapi kali ini berbeda, mereka dengan mudahnya mempelajari sihir pemanggilan pahlawan dari dunia lain menuju dunia ini.

"Bersulang!"

Prajurit penjaga mengangkat tinggi-tinggi gelas yang berisikan alkohol dengan wajah senang dan bangga.

"Bersulang!"

Semuanya ikut mengangkat tinggi-tinggi gelas mereka masing-masing. Disentuh gelas mereka masing-masing sehingga menghasilkan bunyi benturan pelan dari kaca. Usai bersulang, mereka meminumnya dengan kuat dan cepat bahkan lebih cepat meminumnya dibanding orang yang kehausan dalam waktu seharian.

Sementara di sisi yang berbeda, terlihat seorang pria yang tengah melamun didepan hidangan yang mewah, megah, dan masih hangat. Pria itu tidak lain adalah Hiragaki. Alasan kenapa Hiragaki masih melamun adalah ia masih belum mengetahui apa yang terjadi di dunia yang ia tidak kenali.

"Ada apa, Tuan Pahlawan? Sepertinta kau ada masalah ya."

Airen yang melihat dirinya pun mendekat ke arah Hiragaki. Hiragaki hanya memasang senyum kecil kepada Airen. Tetapi Airen tetap duduk di kursi hadapannya, dan ia pun semakin yakin bahwa pria itu tengah memikirkan sesuatu.

"Ada apa? Coba katakan apa yang ingin kau katakan, Tuan Pahlawan."

Sekali lagi Hiragaki memasang senyum kecil dengan wajah yang sedikit ia paksakan agar tetap tenang dan biasa. Mendapati senyuman Hiragaki, Airen terdiam dengan wajah biasa. Kemudian Airen berdiri lalu pergi dari mejanya agar membiarkan dirinya tenang.

Hiragaki PoV

Bingung, heran, dan penasaran, itulah yang tengah aku rasakan dan pikirkan saat ini.

Melirik kembali ke beberapa orang dalam pesta megah di aula lantai ini yaitu lantau dasar. Terlihat beberapa dari mereka ada yang menari, ada yang mabuk-mabukan, dan ada juga yang tengah membahas sesuatu dengan suara lantang dan keras sehingga aku dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.

Mengalihkan pandanganku dari mereka ke arah gelas berisikan es jeruk. Hening dan tenang, itulah apa yang aku lihat dalam es jeruk ini.

Diriku kembali bertanya-tanya tanpa mampu menjawabnya. Bahkan di kepalaku terpenuhi beberapa pertanyaan tentang apa yang aku lhat dan dengar kali ini.

Siapa ras iblis? Mengapa mereka menjadikan umat manusia sebagai makanan, budak, serta bahan percobaan mereka. Lalu kenapa mereka membutuhkan pahlawan? Bukankah dengan kekuatan mereka, mereka dapat melakukannya secara berkelompok?

Menyudahi pemikiran itu untuk sesaat lalu memegang sedotan yang berada di dalam gelas tersebut. Perlahan-lahan aku meminum es jeruk tersebut. Terasa manis dan sedikit pahit didalamnya, tetapi ada rasa yang berbeda lagi yaitu rasa spesial. Rasa spesial itu tidak lain adalah rasa dari beberapa cokelat halus diatasnya, parutan keju, dan beberapa jelly didalamnya.

"Bagaimana, Tuan Pahlawan? Apakah terasa nikmat untukmu?"

Aku mendengar suara dari belakang. Terasa seperti suara Pak tua itu.

Dengan cepat aku menoleh ke belakang. Ternyata benar itu adalah Pak tua yang berada di tahtanya. Namun pakaian yang ia kenakan saat ini, terlihat berbeda dengan apa yang ia kenakan saat berada di aula kerajaan.

"Ada apa? Tampaknya kau terlihat terkejut dengan pakaianku ini."

Dia mengetahui apa yang aku pikirkan. Tanpa berpikir lama, aku mengatakan padanya apa yang aku lihat dari dirinya.

"Begitu ya. Hahahaha. Jangan kau pikirkan, Tuan Pahlawan. Karena besok, kau akan berlatih di tempat ini, tempat yang penuh dengan fasilitas hebat di kerajaan Hando."

"Fasilitas hebat?"

Pria tua itu mengangguk kecil. Kemudian ia menjelaskan secara rinci tentang fasilitas tersebut. Fasilitas yang ia maksud adalah fasilitas pelatihan. Dimana terdapat tiga fasilitas di kerajaan ini, antara lain ialah fasilitas pelatihan prajurit, fasilitas sihir, dan fasilitas peneletian terhadap sebuah objek.

Tak hanya fasilitas bertarung, tetapi ada fasilitas lainnya juga. Fasilitas lain itu tidak lain ialah fasilitas ruang makan, kolom renang yang luas dan megah, pertemuan keluarga, serta pemandangan taman dan alam yang indah.

"Jadi, bagaimana? Apakah jau tertarik untuk berkunjung besok setelah latihan?"

Sesaat aku memikirkan kata-katanya. Tetapi di satu sisi, aku rasa tawarannya boleh juga.

"Tentu. Mungkin, aku akan melihat-lihatnya setelah selesai latihan besok."

Pak tua itu tersenyum kecil. Wajah bangga dan bahagia masih terlihat di tatapan dan matanya.

"Kalau begitu, besok, tepat pukul 07.00, kau harus datang ke pelatihan prajurit. Masalah kau tahu atau tidaknya, kau akan diantar oleh pelayan di kerajaan ini."

Pak tua itu bangun lalu pergi ke ruangan yang pintunya terbuka.

Disaat aku masih melamun, perempuan itu balik ke arahku. Terlihat wajah khawatir dan cemas terhadap apa yang ia lihat tadi.

"Apakah ayah mengatakan sesuatu yang buruk?"

"Tidak-tidak... tunggu! Ayah?"

Aku baru sadar akan satu hal yang tidak aku sadari saat ini. Alasan kenapa ia menarik ku ke aula, dan alasan kenapa ia memanggil pak tua itu dengan sebutan ayah.

"Ya, itu adalah ayahku. Silvaire Zuke, raja dari kerajaan Hando sekaligus ayahku."

Aku tersedak minuman. Perlahan-lahan aku mencoba menenangkan diriku untuk beberapa waktu. Usai menenangkannya, aku mulai mendengarkan kembali penjelasan dari perempuan ini, perempuan yang dipanggil dengan nama Airen.

"Hei, Airen. Apakah ayahmu juga lah yang mengatur seluruh kerajaan ini?"

Airen sedikit terkejut atas nama yang aku panggil. Sesaat wajahnya menunduk, itu membuatku sedikit panik dan cemas terhadap apa yang aku katakan padanya.

"Ah! Ma-maaf! Maaf jika aku langsung memanggil namamu itu."

Airen mengangkat wajahnya kembali. Terlihat senyum kecil di bibirnya, dan wajah senang atas tingkahku yang sedikit panik dan cemas.

"Tidak, tidak apa-apa. Lagipula kau itu adalah pahlawan. Jadi, kau boleh memanggilku dengan sebutan itu."

Tertegun atas apa yang ia katakan. Aku yang tadinya berdiri dan panik, kini duduk dalam wajah diam dan pipi yang memerah.

"Oh ya, tadi kau menanyakan itu kan?"

Aku hanya mengangguk kecil padanya.

"Benar. Ayahku yang mengatur semua ini. Mulai dari kerajaan, sistem kerajaan, serta ibukota Rimania, semua diatur oleh ayah."

"Ibukota?"

Airen mengangguk pada pertanyaan ku. Kemudian ia menjelaskan semua hal yang tidak aku ketahui. Itu sangat bermanfaat bagiku. Karena dengan pengetahuan, itu semua akan sangat mudah.

*****

Membuka pintu lalu masuk ke dalam. Berjalan perlahan-lahan lalu aku dorong punggungku ke belakang, dimana terdapat kasur empuk dan nyaman.

Sesaat aku memikirkan apa yang ia katakan. Tetapi, aku rasa hal ini mirip seperti apa yang aku lihat dalam cerita anime maupun novel fantasy yang aku baca.

Memejamkan mata sesaat sembari mengingat apa yang Airen katakan sewaktu penyambutan.

Dia menjelaskan semuanya terlalu rinci. Ayahnya yang menjadi raja di kerajaan Hando. Ibunya yang telah lama tiada akibat ras iblis tangen menjadikannya sebagai percobaan, dan yang terakhir ialah alasan kenapa mereka memanggilku kemari.

Semua itu yang aku tahu. Tetapi, ada cerita tragis yang ia selipkan di penjelasan itu.

Cerita dimana umat manusia pernah dibantai habis oleh iblis sehingga tidak ada harapan bagi mereka untuk hidup. Tak hanya itu, ras iblis juga menawarkan hidup kepada mereka dengan jaminan mereka harus menjadi sama seperti iblis.

Selain itu, Airen juga menceritakan bahwa dirinya pernah bermimpi sesuatu. Mimpi itu dikatakan bisa jadi kenyataan bisa juga tidak. Alasannya adalah ia bermimpi bertemu seseorang yang ia dambakan. Namun perlahan-lahan, orang yang ia dambakan dan ia harapkan berubah menjadi sesuatu yang mengerikan. Berbentuk seperti iblis, tetapi memiliki tubuh manusia. Ia juga memiliki mata merah dengan bola matanya berwarna hitam.

Tetapi, bukankah itu hanya mimpi? Kenapa orang-orang di dunia ini selalu khawatir terhadap apa yang mereka mimpikan?

Membuka mataku dan berpikir lagi tentang kenapa dia memiliki mimpi seperti itu. Biasanya mimpi adalah kembang tidur. Jadi, tidak semua orang percaya terhadap mimpi.

Yah, lupakan itu. Untuk saat ini aku lebih baik tidur lalu bangun untuk berlatih beberapa kemampuan besok.

Karena besok..

Mataku perlahan-lahan tertutup lalu secara tidak sengaja, aku tertidur.

Bersambung...