webnovel

Aconite (2)

Alvaros berlari keluar, ia menoleh ke kanan dan ke kiri namun ia tak menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Alvaros lalu lari kembali ke dalam.

"Semuanya, kemasi barang-barang kalian! Jim dan Cliff, pakailah mantel untuk menutupi kepala kalian! Cepat!"

"Tunggu, memangnya ada apa?" Tanya Cliff.

"Akan kujelaskan nanti, sekarang cepat lakukan yang tadi kuminta! Sebelum penjaga kemari!"

Oliver, Cliff dan Jim segera mengemasi barang-barang mereka. Mereka membawa semua barang-barang penting dan benda-benda yang ada hubungannya dengan Dragnite sementara Alvaros berjaga di pintu masuk.

"Sudah semua, kami siap pergi." Lapor Oliver.

"Kita harus pergi dari sini. Yang membawa bunga ini pasti Rashuna, dia menguping pembicaraan kita tadi."

"Perempuan tadi?" Tanya Oliver.

Alvaros mengangguk, "Jim, saluran air itu di mana?"

"Ikut aku, sebaiknya kita membaur dengan kerumunan." Kata Jim.

Mereka lalu berjalan cepat, membaur dengan kerumunan orang.

Sementara itu...

"Tolong beberapa orang ikut aku ke Kyarnum. Aku menemukan beberapa mata-mata Dragnite di sana!" Kata Rashuna kepada beberapa penjaga.

Tanpa berlama-lama, empat orang penjaga mengikuti Rashuna ke Kyarnum Aevintri.

Sesampainya di sana, para penjaga menggeledah tempat itu namun tidak menemukan apapun.

"Maaf nona, kami tidak menemukan apapun di sini. Apa anda yakin mengenai mata-mata itu?"

Tanya salah seorang penjaga.

"Tentu saja! Aku mendengar pembicaraan mereka dengan telingaku sendiri! Pasti mereka sudah kabur begitu mengetahui ada yang mengetahui mereka!" Kata Rashuna.

Rashuna berpikir sejenak.

"Kau, lapor ke komandan. Pastikan dia menutup semua akses keluar dan masuk kota. Yang lain, segera lakukan pencarian pada mata-mata itu." Kata Rashuna menunjuk para penjaga itu.

"Mereka ada 4 orang, salah satu dari mereka adalah pelayan Kyarnum, satunya lagi berambut biru dan memakai baju putih." Lanjut Rashuna.

"Aku akan ikut mencari mereka juga. Ini salahku karena membiarkan mereka kabur. Sekarang, segera lakukan apa yang tadi kuminta!"

"Siap!"

Para penjaga dan Rashuna melakukan pencarian ke seluruh sudut kota.

"Aranel.... Tak kusangka ternyata kau seorang mata-mata." Pikir Rashuna.

Alvaros dkk sampai di permukiman kumuh, tempat para pencuri, perampok, pengemis dan orang-orang suram lainnya.

"Nanti kalian tinggal lewat terowongan ini, kalau beruntung kalian akan sampai di sungai bagian luar." Kata seorang penduduk kumuh pada Alvaros dkk.

"Terima kasih, pak." Kata Alvaros.

"Gak butuh makasih." Kata pria itu sambil menggesekkan jari jempol dan telunjuknya.

"Ah iya, ini." Kata Oliver sambil menyodorkan beberapa keping uang.

"Segini doang?" Kata pria itu.

"Kasih semuanya, Ivar." Kata Alvaros pada Oliver.

"Tapi pak..."

"Sudah, kasih saja."

Oliver menyodorkan sekantung uang pada pria itu.

Mereka lalu masuk ke terowongan itu.

"Ughhh.... Tempat ini menjijikkan." Kata Cliff.

"Namanya juga saluran air bawah tanah, pasti menjijikkan." Kata Oliver.

Mereka berjalan lebih dalam, semakin dalam terowongan itu makin gelap.

"Kenapa kita nggak bawa lentera?" Tanya Cliff.

"Karena kita buru-buru dan nggak ada waktu buat mengeluh." Kata Alvaros tegas.

"Hei! Aku nggak mengeluh!" Bantah Cliff.

"Aku nggak berkata kalau itu kau." Kata Alvaros.

"Bicara seenaknya, sekarang kau jadi brengsek ya." Kata Cliff dengan nada agak tinggi.

"Gara-gara kau kita harus mengalami ini semua kan, kalau saja kau tidak kehilangan ramuan itu!" Lanjut Cliff.

"Kau ini..." Saat ini Alvaros merasa sangat tersinggung dengan perkataan Cliff, ingin sekali rasanya untuk memukul wajahnya dengan sangat keras.

"Sudah, sudah kalian berdua..." Oliver melerai mereka berdua.

"Di sini sangat gelap dan licin, kita harus fokus pada langkah kita. Jangan malah bertengkar." Sahut Jim.

Alvaros menghela napas, "Kalian benar... Maaf, aku hanya merasa tidak enak dengan kalian."

"Pokoknya, semua ini salahmu!" Seru Cliff.

"Cliff, diam kau!" Bentak Oliver.

Cliff langsung terdiam.

"Memang ini situasi yang sulit, pak. Tapi kita pasti bisa melaluinya." Kata Oliver.

"Terima kasih." Balas Alvaros.

Mereka berjalan lebih dalam lagi. Terowongan itu semakin gelap lagi. Terkadang terdengar sesuatu di sekitar mereka.

Tiba-tiba mereka mendengar sesuatu yang menggeram, sesuatu yang besar.

"Ap...Apa itu tadi? Kalian mendengarnya?" Kata Cliff.

"Ya... Mungkin itu adalah monsternya." Jawab Jim.

Mereka lalu menghunus pedangnya masing-masing, bersiap kalau-kalau monster itu keluar.

Suara itu terdengar lagi.

"Hiii... Su...Suara itu lagi!" Kata Cliff, ketakutan.

"Ssstt.. .! Tenanglah!" Bisik Alvaros.

Mereka lalu berjalan lagi lebih dalam.

...

Seekor buaya yang sangat besar keluar dari kegelapan.

"A... APA... APA-APAAN ITU!!!???" Teriak Cliff.

Mendengar teriakan Cliff, buaya itu mulai mengejar mereka.

"LARI!!" Seru Alvaros.

Mereka melarikan diri dari buaya itu.

Sementara itu di mulut terowongan...

"Kau yakin mereka masuk ke sini?" Tanya Rashuna pada seorang pria.

"I...Iya, nona. Mereka tadi meminta aku menunjukkan jalan, kami berpisah di sini." Kata pria itu gugup namun dengan tatapan birahi.

"T...Tapi menurut saya mereka tidak akan selamat di dalam." Lanjut pria itu.

"Kenapa kau berkata demikian?" Tanya Rashuna.

"A...Ada seekor buaya raksasa di dalam terowongan ini, nona. Mereka pasti akan mati begitu bertemu dengan buaya itu." Jawab pria itu.

"Hmm... Baiklah, terima kasih atas informasinya." Kata Rashuna.

Rashuna lalu berjalan mendekati terowongan itu.

"A..Anu... Apa perlu saya temani, nona?" Kata si pria dengan tatapan mesumnya.

Rashuna melihat ke arahnya, "Tidak perlu, dan kau jangan berpikir macam-macam kalau mau selamat."

Mendengar ancaman Rashuna, pria itu kabur.

Rashuna berjalan masuk ke terowongan itu.

"Tenanglah... Aku... Pasti... Bisa... Melakukannya..." Kata Rashuna gemetaran.

Dari kejauhan terdengar teriakan dan langkah dari beberapa orang dan sesuatu yang besar.

Rashuna bersiap.

"AAAKUUUU BELUMM MAU MATIIII, TOLOOONG!!" Cliff berteriak dengan sangat keras.

"DIAMLAH DAN LARI SAJA!" Seru Alvaros kepadanya.

Dari kejauhan, Alvaros melihat Rashuna yang bersiap dengan tongkat sihirnya.

Alvaros menelan ludah, "Glek... Masalah baru..." Pikirnya.

"TONITRUS!" Seru Rashuna, diikuti sebuah cahaya ungu yang ditembakkan dari tongkat sihirnya.

Cahaya itu mengenai kepala buaya itu, seketika gerakan buaya itu terhenti.

Melihat gerakan buaya itu terhenti, Cliff berteriak girang.

"AKU SELAMAATTT!"

Rashuna berjalan menuju Alvaros yang terjatuh di belakangnya.

"Bangun."

"Ughhh... Apa yang...?"

"BANGUN!"

Rashuna meraih kerah Alvaros, menariknya supaya Alvaros bangun.

"Kau... Kau..." Kata Rashuna.

"Sesuai yang kaupikirkan." Balas Alvaros.

"Kau... Mengelabuiku... Memanfaatkanku... Semua itu..." Kata Rashuna.

"Ya." Balas Alvaros.

Meski Alvaros sebenarnya berpikir sebaliknya.

"Yang minta bantuan kamu, yang minta ditemenin kamu, Bahkan aku nggak pernah sekalipun memintamu melakukan sesuatu, sekarang aku yang disalahin." Pikir Alvaros.

Tiba-tiba, buaya yang sudah tumbang tadi kembali berdiri dan bersiap menyerang.

Alvaros mendorong Rashuna ke samping.

Buaya itu memakan Alvaros bulat-bulat.

Rashuna melihat ke arah buaya raksasa itu dengan tatapan terkejut.

"Ti...Tidak mungkin..."

Buaya raksasa itu kembali menyerang, kali ini ia mengarah ke Rashuna.

Dengan cepat Oliver menarik Rashuna sehingga ia terhindar dari serangan buaya raksasa.

"Kendalikan dirimu!" Kata Oliver padanya.

"Mohon maaf, tapi bisakah kau membantu kami di sini?" Pinta Jim kepada Rashuna.

"Akan merepotkan juga bagi kota ini bila seekor buaya raksasa berkeliaran, bukan?" Tambahnya.

Rashuna menyadari bahwa saat ini bukan waktunya untuk memikirkan hal lain, ia lalu bangkit berdiri.

Ia menyadari sesuatu yang ganjil dari buaya itu.

"Chimera? Kalau benar, itu menjelaskan kenapa ia masih bisa bergerak setelah menerima serangan telak tadi." Pikirnya.

"Hei, kalian bertiga! Aku akan membantu kalian, tapi cobalah untuk membuat buaya itu sibuk! Aku akan menyerangnya menggunakan sihirku, tapi butuh waktu untuk merapalkannya!" Kata Rashuna kepada Oliver, Jim dan Cliff.

Mereka bertiga mengangguk, "Serahkan pada kami, lakukan saja apa yang kau bisa!"

Mereka bertiga lalu memancing buaya raksasa itu kembali masuk ke terowongan.

"KENAPA HARUS BEGINIIII!!??" Teriak Cliff.

"TERUSLAH LARI!" Seru Oliver.

Mereka terus berlari semakin ke dalam terowongan.

"HEI, KENAPA KITA TIDAK LARI SAJA SAMPAI PINTU KELUAR?" Seru Jim.

"ITU YANG SEDANG KITA LAKUKAN!" Seru Oliver.

Rashuna sudah selesai merapalkan mantranya, namun jarak antara mereka dengannya cukup jauh, terpaksa Rashuna mengejar mereka.

Namun, ia terhenti begitu melihat terowongan yang begitu gelap.

"Urrggghhh... Merepotkan sekali!" Katanya kesal, ia berlari masuk terowongan.

"Tamatlah kita..." Kata Cliff.

"Sial..." Kata Jim.

"..." Oliver diam saja.

Mereka bertiga terjebak di dalam terowongan gelap itu, mereka salah memilih jalan, ternyata mereka berlari menuju jalan yang buntu.

Buaya itu bersiap untuk menerkam mereka. Namun tiba-tiba...

"MORTALIS BESTIA MAIOR!" Teriak Rashuna diiringi tembakan sebuah cahaya putih yang amat terang.

Cahaya itu mengenai buaya raksasa tadi, menyebabkan tubuh buaya itu bersinar lalu perlahan-lahan pecah menjadi debu.

Dari debu itu, keluar seseorang.

"Apa ini... Surga? Kok gelap ya?" Kata Alvaros begitu keluar dari tumpukan abu.

"Pak, syukurlah anda selamat." Kata Oliver.

"Oliver? Kau... Jadi.... Tunggu, aku belum mati ya?" Kata Alvaros dengan nada sedikit kecewa.

Alvaros lalu melihat Rashuna yang tertegun.

"Kau... Jadi kau membantu kami?"

"Pergilah."

"Hah?"

"Kubilang PERGI! Sebelum aku berubah pikiran!"

Alvaros lalu mengajak Oliver, Cliff dan Jim pergi dari situ.

Mereka lalu pergi meninggalkan Rashuna di situ.

"Papiliones Luminum." Bisik Rashuna, pelan.

Dari tongkatnya keluar puluhan kupu-kupu yang bercahaya terang.

Kupu-kupu itu menerangi terowongan yang begitu gelap.

"Pelan-pelan, di sini sangat gelap." Kata Jim

"Hei lihat, apa itu?" Kata Cliff.

"Kupu-kupu bercahaya... Ini kan..." Alvaros menyadari bahwa itu adalah sihir Rashuna, sihir yang sama ketika mereka hendak masuk ke goa fenrir.

"Kupu-kupu? Yang benar saja, mana ada kupu-kupu yang mengeluarkan cahaya." Kata Cliff.

"Bahkan cahayanya lebih terang daripada kunang-kunang." Tambah Jim.

Alvaros tersenyum, "Dasar wanita yang merepotkan." Katanya pelan.

Berkat kupu-kupu itu, mereka bertiga akhirnya bisa sampai di pintu keluar dengan selamat.

Terowongan itu menghubungkan daerah kumuh Strondum dengan sungai di luar.

Begitu mereka sampai di luar terowongan, kupu-kupu itu menghilang.