webnovel

Aconite (1)

Hari sudah mulai malam, matahari sudah mulai tenggelam di arah barat..

Udara panas siang hari mulai berganti menjadi dingin.

Cahaya matahari mulai meredup, sinarnya yang kemerahan terlihat seperti memisahkan daratan dengan cakrawala.

Alvaros dan Rashuna akhirnya sampai di Strondum.

Strondum, sebuah kota yang tidak terlalu besar namun cukup ramai.

Dilindungi oleh dinding-dinding batu yang mengitari kotanya.

Dilalui oleh sebuah sungai kecil yang bercabang-cabang hingga ke berbagai penjuru kota.

Terdapat sebuah benteng yang cukup besar di tengah kota, tempat para prajurit dan penyihir Ceres yang bertugas di situ.

"Nah, kita sudah sampai." Kata Rashuna.

"Akhirnyaaa... capek sekali aku berjalan." Kata Alvaros.

Sampai di gerbang kota, mereka dicegat oleh penjaga.

"Berhenti! Sebutkan tujuan kalian!" Kata salah seorang penjaga.

"Ah... Aku baru pulang dari Irenbelle." Kata Rashuna.

"Oh, Nona Rashuna! Baik, silakan masuk. Mohon segera melapor ke komandan!" Kata penjaga tersebut.

Penjaga itu lalu melihat Alvaros. "Tunggu! Siapa kau?"

Rashuna segera memberitahu kepada penjaga itu mengenai Alvaros.

"Tenang, dia bersamaku. Meskipun wajahnya nggak meyakinkan dan kadang nggak ngotak, tapi dia sama sekali nggak berbahaya."

Mendengar kalimat Rashuna, Alvaros menjadi agak jengkel.

"Ngg..Nggak ngotak!?"

"Kalau anda begitu yakin, berarti memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Baiklah kalian boleh masuk." Kata penjaga itu.

Mereka lalu masuk ke Strondum.

Suasana Strondum saat itu tidak terlalu ramai. Banyak rumah-rumah yang mulai memasang lampu. Beberapa orang masih berlalu-lalang namun tidak terlalu banyak.

"Nah, kita berpisah di sini." Kata Rashuna.

"Kau silakan ke tempat kenalanmu. Bertanyalah pada orang-orang di jalan kalau kau tidak tahu tempatnya. Aku harus pergi ke markas untuk melapor." Lanjut Rashuna.

Alvaros mengangguk, mereka lalu berpisah.

Alvaros mengingat-ingat nama tempat yang menjadi tujuannya.

"Hmm... Kalau tidak salah jenderal bilang di sebuah tempat minum-minum."

Alvaros bertanya pada beberapa orang yang lewat di jalan mengenai rumah minum yang ada di Strondum.

Rupanya di Strondum ada beberapa rumah minum. Alvaros menelusuri semuanya sampai akhirnya ia menemukan rumah minum yang ia tuju.

Sebuah bar bertuliskan "Kyarnum Aevintri" dengan sayap naga di atasnya.

Alvaros kemudian masuk ke dalam rumah minum tersebut.

Di dalam terdapat beberapa orang yang minum-minum dan seorang pelayan yang melayani pesanan mereka semua.

Alvaros berjalan mendekat ke pelayan tersebut.

Ia memanggil pelayan itu

"Ada yang bisa saya bantu, pak?"

Alvaros berbisik dalam Bahasa Dragnite, "Semoga kita semua seperkasa sang naga."

Pelayan itu berpikir sejenak lalu mengiyakan perkataan Alvaros.

"Baik, pak. Tunggu sebentar."

Pelayan itu berjalan ke belakang, mengambil sebuah botol yang berisikan minuman khas Dragnite, Dragon Tear.

"Ahh... Minuman ini... Sudah lama aku tidak meminumnya." Gumam Alvaros.

Alvaros tetap berada di situ sampai tempat itu tutup.

Pelayan tadi lalu mengajak Alvaros ke belakang.

"Baik pak, silakan kemari."

Mereka berdua lalu masuk ke bagian belakang rumah minum itu.

Di situ Alvaros menjumpai dua orang yang berpakaian seperti orang Ceres namun rambutnya berwarna pirang dan coklat, tidak seperti orang Ceres yang memiliki pigmen beraneka ragam.

"Ini Cliff dan Jim. Saya Oliver, pak." Pelayan itu memperkenalkan dua orang itu kepada Alvaros.

Cliff dan Jim memberi hormat kepada Alvaros dan langsung dibalas olehnya.

Alvaros lalu memperkenalkan dirinya. "Namaku Alvaros. Langsung saja, bagaimana situasi di sini?"

Oliver menjelaskan situasi mereka saat itu. "Seperti yang anda lihat, pak. Rambut mereka sudah kembali ke warna semula. Kalau seperti ini mereka tidak bisa ke mana-mana. Ramuan terakhir yang tersisa saya gunakan sehingga rambut saya saja yang masih berwarna biru."

"Sepertinya itu menjelaskan mengenai pesan kalian. Tapi aku sangat minta maaf, karena ramuan yang kubawa sepertinya hanyut di laut saat aku hendak menuju Ceres." Kata Alvaros dengan nada penyesalan.

Mendengar perkataan Alvaros, mereka terkejut dan langsung lemas.

"Kalau begitu, bagaimana kami bisa melanjutkan penyelidikan?" Sahut Cliff.

"Tenanglah, aku mengingat bahan-bahannya. Sebelum aku berangkat, aku sempat melihat simbah membuat ramuan itu. Yang jadi masalah, bagaimana kita mencari bahan-bahannya?" Jawab Alvaros.

"Mungkin kita bisa tanya pada tukang obat di kota." Oliver menimpali, "Aku akan tanya kepadanya besok."

"Oke, bisa kita coba. Lalu, siapa yang akan membuka barnya?" Tanya Alvaros.

"Tenang, bar dibuka pada siang hari sampai malam. Tidak ada yang mau minum pada pagi hari, kan? Mungkin besok bapak juga bisa membantu saya." Jawab Oliver.

"Membantu? Membantu apa?" Tanya Alvaros lagi.

"Saya harus membeli beberapa bahan makanan untuk bar. Karena saya sendirian, beberapa hari ini saya cukup kerepotan karena barang yang harus dibeli tiap hari lumayan banyak." Jelas Oliver.

"Baiklah kalau begitu. Mungkin kita cukupkan saja malam ini, aku lelah sekali karena perjalanan yang lumayan jauh." Kata Alvaros.

Terdengar burung-burung berkicau dan suara kota yang mulai hidup kembali.

Alvaros terbangun di salah satu kamar dari rumah minum. Sinar matahari mencoba menembus tirai jendela kamar. Alvaros segera membuka tirai kamarnya dan turun ke lantai bawah.

"Pagi pak, baru bangun?" Sapa Oliver.

Alvaros dengan muka bantal membalas sapaan Oliver, "Hoaahhemmm.... Ya. Jadi, kapan kita berangkat?"

"Segera setelah sarapan, pak." Kata Oliver sambil menyodorkan semangkuk sup dan sepotong roti kepada Alvaros. Alvaros menerimanya dan memakannya.

Mereka berbincang sedikit sembari sarapan.

"Jadi, apa nama samaran kalian?" Tanya Alvaros kepada mereka bertiga.

"Ivar" Kata Oliver.

"Juno" Sahut Jim.

"Caden" Jawab Cliff.

"Aku Aranel. Baiklah, akan kubiasakan memanggil kalian dengan nama itu. Kalian juga tolong panggil aku dengan nama samaranku." Kata Alvaros.

Seusai sarapan, Alvaros dan Oliver pergi untuk menemui tukang obat.

Saat terang, suasana kota ternyata cukup berbeda dibandingkan dengan saat malam hari. Strondum begitu ramai, banyak orang dari berbagai tempat juga berada di situ. Ada pedagang, petualang, prajurit, bahkan orang dari Dwipa juga terlihat berlalu-lalang.

Alvaros dan Oliver berhenti di sebuah toko obat.

"Apa-apaan ini? Masa ini harganya 500 Kronos? Kau mau memerasku?"

"A... Anu... Itu tanaman langka, jadi..."

"Apanya yang tanaman langka! Aku bahkan bisa menemukannya di gunung. 200! Ambil atau gak?"

"T...Tolong lah, nona... Aku sulit sekali mencarinya, masa cuma 200?"

"Yaudah, aku pergi nih."

"350! Gimana kalau 350!?"

"Dadah."

"I...Iya, iya deh. 200 kan? 200 deh ambil!"

"Nah gitu dong. Itu namanya baru bisnis."

Saat mereka hendak masuk, terdengar suara dua orang sedang berdebat, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki.

"Permisii..." Kata Oliver ketika masuk bersama Alvaros.

"Lah? Aranel?" Kata perempuan yang di situ.

Ternyata perempuan itu adalah Rashuna.

"Sialan, kenapa dia lagi..." Pikir Alvaros.

"Kau ngapain di sini?" Tanya Rashuna.

"Nggak liat? Ini kan di toko obat. Udah jelas kan aku mau ngapain." Jawab Alvaros ketus.

"Lagi-lagi menjawab seenaknya."

Rashuna melihat ke arah Oliver.

"Oh, jadi ini kenalanmu? Eh, tunggu... Bukannya kau ini pelayan di Kyarnum?" Kata Rashuna.

Oliver terkejut, ia tidak menyangka seorang penyihir Ceres mengenalnya.

"I... Iya, benar sekali. Saya pelayan di sana." Jawab Oliver.

"Mmmm... Sebentar, siapa yah namamu? Aku lupa." Tanya Rashuna kepada Oliver.

"Bisa nggak tinggalkan kami berdua?" Alvaros menyela.

"Oke, oke. Tapi jangan lupa ya, aku menyelamatkanmu dua kali." Kata Rashuna dengan senyum mengejek.

Alvaros geram, namun mencoba tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Pak, ada barang-barang ini gak?" Kata Alvaros sembari menyodorkan sebuah catatan kepada tukang obat.

"Kau mengabaikanku!?" Kata Rashuna kesal.

"Umm... Saya punya kalau barang-barang ini, tapi ini... Maaf, saya nggak punya." Kata tukang obat sambil menunjuk bunga Rainbow Lily di daftar milik Alvaros.

"Saya ada kalau tanaman-tanaman yang lain. Kalau yang ini... Saya nggak pernah dengar. Maaf." Lanjut si tukang obat.

"Ya udah, nggak papa. Kasih aja yang ada." Kata Alvaros.

Rashuna menjadi penasaran pada apa yang mereka bicarakan. Dengan cepat ia merebut daftar milik Alvaros dari si tukang obat.

"Hei! Kembalikan!" Kata Alvaros panik.

"Hmm... Jadi yang nggak ada itu bunga Rainbow Lily ya?" Kata Rashuna sambil menahan Alvaros.

"Iya, saya nggak pernah mendengar tanaman itu." Jawab si tukang obat.

"Pantesan kau menjual ini dengan harga tinggi." Kata Rashuna sambil menunjuk tanaman yang tadi ia beli.

"Pak, sepertinya anda butuh lebih banyak eksplorasi. Semakin banyak anda mengerti tentang tanaman, semakin banyak ramuan yang bisa anda buat. Itu penting untuk seorang tukang obat, atau saya menyebutnya herbalis seperti anda." Kata Rashuna.

"Kembalika..!"

"Nih!" Kata Rashuna sambil mengembalikan daftar belanjaan itu.

"Hei, aku bisa membantu kalian mencarinya kalau kalian mau." Kata Rashuna.

"Kami nggak butuh bantuanmu, dasar nenek sihir."

...

"Gimana, gimana?" Kata Rashuna dengan raut wajah kesal.

"Kubilang kami nggak butuh bantuanmu." Jawab Alvaros.

"Nggak, setelah itu." Kata Rashuna.

"Apaan? Nenek sihir...."

"KAU PANGGIL AKU APA!?"

"AKU KAN BARU AJA BILANG! KAMI NGGAK BUTUH BANTUANMU, DASAR NENEK SIHIR!"

Alvaros dan Rashuna beradu mulut dengan suara yang cukup keras.

"Anu... Ini totalnya berapa?" Tanya Oliver kepada si tukang obat.

"Ah, semuanya 835 Kronos." Jawab si tukang obat.

Oliver membayar semua belanjaannya.

"Terima kasih. Maaf ya, mungkin yang untuk bunga yang terakhir itu toko lain ada yang menjualnya."

"Ah, tidak apa-apa. Lagipula barang-barang yang lain ada, jadi kami tidak perlu repot-repot mencarinya juga. Kami permisi."

Oliver kemudian menarik Alvaros dari situ.

"Ayo pergi, pak."

"PERGI KAU NENEK SIHIIIIR!!" Teriak Alvaros sambil mengacungkan jari tengahnya.

"Maaf untuk yang tadi" Kata Alvaros pada Oliver.

"Yah, tidak apa-apa pak. Tapi tadi itu sangat memalukan." Ujar Oliver.

Mereka melanjutkan berjalan menuju pasar untuk membeli kebutuhan rumah minum.

"Kenapa tadi nggak diterima saja pak, bantuan dari perempuan itu?" Tanya Oliver.

"Kuberitahu satu hal, perempuan tadi memang kelihatannya baik. Tapi kau dengar kan tadi dia bilang mengenai 'menyelamatkanku dua kali'? Dia itu membantu hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ditambah lagi, sebaiknya kita juga jangan terlalu berhubungan dengan orang-orang yang memiliki posisi sepertinya, salah ngomong sedikit saja bisa-bisa identitas kita ketahuan. Aku saja sudah di-skak tiga kali olehnya saat perjalanan kemari." Jelas Alvaros.

"Yah... Masuk akal juga. Terserah anda saja, pak."

Mereka membeli beberapa barang di pasar. Rupa-rupanya barang belanjaan mereka cukup banyak, tak heran bila Oliver meminta Alvaros untuk membantunya.

"Hei, Oli... Maksudku Ivar. Kau selalu seperti ini setiap hari?" Tanya Alvaros sambil membawa seikat besar sayuran.

"Yah, begitulah pak. Tapi ketika Cli... Ahem, maksudku Caden dan Juno masih di sini kami bergantian untuk belanja. Kalau belanjaannya banyak seperti sekarang, kami pergi bersama." Jelas Oliver.

Selang beberapa menit, mereka pun sampai.

Oliver dan Alvaros menurunkan belanjaan mereka, Cliff dan Jim membantu mereka menata barang-barang.

"Dapat nggak?" Tanya Cliff.

"Kurang satu barang." Jawab Alvaros.

"Terus gimana dong?" Tanya Cliff lagi.

"Ya cari lah." Jawab Alvaros.

Seusai menata barang-barang, Alvaros dan Oliver pergi lagi ke beberapa toko di Strondum untuk mencari bunga Rainbow Lily. Sayang sekali, semua toko di situ tidak ada yang menjualnya. Mungkin bunga itu tidak terlalu lazim di sini, bahkan tukang obat yang ahli tentang tanaman saja tidak mengetahuinya.

Mereka lalu kembali ke rumah minum.

"Ketemu?" Tanya Cliff.

Alvaros menggeleng.

Mereka menjadi gelisah.

"Duh, apa yang harus kita lakukan?" Kata Jim.

"Kalian gak keluar saja dari kota? Kurasa lebih aman ketika kalian di luar." Tanya Alvaros.

"Sulit... Untuk keluar dari sini harus melewati penjagaan yang ketat. Aku rasa juga tidak akan ada yang mau membantu kita juga." Jawab Oliver.

"Sebenarnya ada sebuah jalan keluar lewat saluran air bawah tanah. Tapi dari yang kudengar ada monster besar yang tinggal di situ, sehingga akan sulit juga bagi kita untuk melewatinya." Tambah Jim.

Alvaros lalu teringat dengan bagaimana ia masuk ke kota. Mungkin kalau tidak dengan bantuan Rashuna, ia tidak mungkin bisa masuk kota.

Bantuan Rashuna...

"Mana mungkin aku mau meminta tolong padanya." Pikir Alvaros.

"Kita tidak punya banyak waktu lagi, aku tidak tahu kapan rambutku akan berubah juga." Ujar Oliver.

Alvaros berpikir keras bagaimana caranya mereka keluar dari masalah ini. Namun tetap saja satu-satunya cara adalah mencari bunga Rainbow Lily untuk membuat ramuan pengubah warna rambut.

"Sial!" Alvaros memukul dinding, ia merasa bertanggung jawab atas masalah ini. Bagaimanapun, ia adalah orang yang dikirim untuk mengantarkan ramuan itu.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Aku yakin kita pasti bisa keluar dari masalah ini. Kalau memang sudah tidak ada jalan, terpaksa kita harus keluar dari sini." Kata Jim, menenangkan Alvaros.

"Keluar? Katamu sulit untuk keluar dari sini." Kata Alvaros.

"Sulit bukan berarti mustahil kan? Tadi kukatakan bahwa ada jalan keluar kota melalui saluran air bawah tanah." Balas Jim.

"Bukannya..." Sebelum menyelesaikan perkataannya, Oliver menyela Alvaros, "Mengenai monster itu, sebenarnya kami juga belum tahu bentuk dan keganasannya. Mungkin bagi orang Ceres monster itu ganas, tapi bagi orang Dragnite? Bisa saja itu hanya lawan bermain anak-anak."

"Lagipula kita ini 4 prajurit Dragnite, terhitung sebagai prajurit khusus lagi." Oliver menambahkan.

Mendengar pernyataan mereka, Alvaros hanya memasang wajah datar. Ia teringat dengan pertarungannya melawan fenrir di Irenbelle, ia hampir saja mati di situ.

"Ya sudahlah, terserah saja. Tapi, terima kasih sudah berkata seperti itu. Aku merasa lebih tenang sekarang." Kata Alvaros.

"Ngomong-ngomong, bagaimana perkembangan investigasinya? Apa kalian mendapatkan sesuatu yang menarik?" Lanjutnya.

Mereka menggeleng.

"Tidak terlalu banyak informasi yang berguna sejauh ini. Rata-rata apa yang kami dapatkan hanya keluhan-keluhan biasa dari para penduduk mengenai pajak, perang, gosip lokal dan lain-lain." Jawab Oliver.

"Ditambah sepertinya orang-orang Ceres benar-benar menyalahkan kita. Sering aku mendengar keluhan mengenai perang yang disebabkan oleh kita yang mencuri artefak penting." Tambah Jim.

"Dasar, padahal kita kan nggak mencuri apapun. Aku yakin ini hanya akal-akalan mereka saja untuk memulai perang." Lanjut Cliff.

"Jangan berkesimpulan seperti itu, kita belum mendapatkan informasi yang cukup." Kata Alvaros kepada Cliff.

"Ada informasi yang lain?" Tanya Alvaros lagi.

Mereka menggeleng.

"Kalau begitu giliranku. Kemarin ketika perjalananku kemari aku menemukan informasi yang menarik. Kelihatannya energi sihir yang dimiliki Ceres mulai berkurang akibat artefak yang hilang itu." Kata Alvaros.

"Kau dengar dari mana?" Tanya Jim.

"Anu... Itu... Dari seseorang yang kemarin menemaniku di perjalanan kemarin." Kata Alvaros.

Oliver manggut-manggut, ia nampak paham dengan situasi yang dialami Alvaros.

"Memang orang itu bisa dipercaya?" Tanya Cliff.

"Err... Ya begitulah. Dia seorang penyihir Ceres. Yang jelas, jika situasi ini berlanjut kita bisa unggul. Kita tinggal bertahan saja dari serangan Ceres sampai energi sihir mereka habis. Setelah itu baru kita menyerang balik, pasti kemenangan ada di pihak Dragnite." Jelas Alvaros.

SRAK, TAP TAP TAP!

Terdengar suara kertas jatuh dan langkah kaki yang cepat.

"Siapa itu!?" Seru Alvaros.

Terlihat pintu rumah minum terbuka dan sesuatu di lantai.

Alvaros berlari menuju benda itu, ia mengambilnya.

Itu adalah seikat bunga Rainbow Lily segar yang dibungkus kertas.

"Ini... Sial!"