webnovel

Fire Twins

Dewa telah meninggalkan dunia. Kekaisaran Oblitus penguasa benua runtuh dan seluruh benua dibawa ke dalam kehancuran. Kejahatan bukanlah hal yang baru. Nyawa bukanlah barang berharga. Kedamaian hanyalah impian naif. Kelaparan dan kemiskinan menguasai benua.Bertarung atau mati, membunuh atau dibunuh, tak ada orang yang bisa dipercaya. Frans anak yang dianggap jenius, putra seorang pahlawan ,dengan keluarga yang lengkap dan bahagia bertahan sebagai seorang bangsawan perbatasan ditengah runtuhnya kerajaan dan invansi kedua kekaisaran. Meskipun begitu, "Haaa, apakah aku sebaiknya jatuh kesandung dan pura-pura lupa ingatan saja ya?". Kembarannya terlalu emosional, Ayahnya seorang pahlawan tapi selalu pesimis, hanya ibunya saja yang bisa dia percaya. Semua mengandalkannya sebagai 'jenius' tapi dia tak menyukainya. Perjalanan panjang tentang arti sebuah cinta,keluarga dan kekuatan menantinya.

Anthest_48 · Fantasy
Not enough ratings
18 Chs

Penerus(2)

Frans lantas berjalan menuruni tangga yang di menara, ketika ia keluar dari menara dan berjalan menuju bangunan utama kastil , suara palu yang memukul besi tak berhenti terdengar dari sebuah rumah penempa.

Ibunya berkata kalau penempa besi tak berheti bekerja semenjak ayahnya menyuruhnya untuk menyiapkan senjata ketika pergi. Senjata-senjata yang bisa dibuat niatnya digunakan untuk memperkuat pasukan milisi.

'Situasinya memang darurat,tetapi bagaimana kalau paman penempa besi mati kelelahan?'

Ia sudah mencapai bangunan utama kastil, bangunan itu adalah sebuah stronghold. Bangsawan yang tinggal di dalam wilayah kerajaan akan membangun sebuah mansion tetapi bagi bangsawan perbatasan seperti ayahnya hal itu bukan sebuah pilihan.

terlihat pintu depan bangunan berada diatas dan orang harus menaiki tangga kayu untuk bisa masuk ke dalam.

Hal itu bukan tanpa alasan, tangga sudah dirancang agar bisa di jatuhkan ketika kondisi darurat. Ketika musuh menembus benteng terakhir, tempat paling aman hanya ada di dalam bangunan utama ,jadi akses kedalam bangunan utama kastil harus dibuat sesulit mungkin. Kastil Frontiera memang di desain khusus untuk wilayah perbatasan.

Ketika ia hendak menaiki tangga ibunya terlihat telah keluar dari pintu dan mulai berjalan menuruni tangga. Melihat hal itu ia mulai berteriak memanggil ibunya.

"Ibu! Ayah dan Paman sudah kembali!"

"Iya, Ibu sudah tahu, bisakah kau beri tahu Edwin di rumah tamu?"

Rumah tamu adalah tempat untuk tamu yang akan tinggal beberapa saat. Tempanya terpisah dari bangunan utama tetapi masih di area benteng terdalam kastil.

Tina saat ini dirawat di tempat itu karena tidak ada tamu yang tinggal disana.

"Bukankah sebaiknya kita biarkan saja?Edwin juga tidak mau meningalkan Tina"

Jhosepine yang selesai berjalan menuruni tangga menghela nafas segera setelah mendengar perkataa putranya.

"Kau tetap harus memberi tahu saudaramu sayang, Edwin seharusnya tahu kalau menyambut ayah dan pamannya yang kembali dari pertempuran adalah hal yang wajib"

"Baik bu"

Jhosepine berjalan menuju gerbang utama dan Frans berjalan menuju rumah tamu. Karena area di dalam benteng terdalam tidak terlalu luas, bangunan bangunan yang ada di dalam juga tidak terlalu banyak.

Ada kandang kuda, rumah penempa, sebuah ladang kecil, rumah tamu dan bangunan utama. Tak lama bagi Frans untuk sampai di rumah tamu.

Ruah tamu yang ada di Kastil Frontiera bukan lah rumah mewah,rumah bagi paa tamu yang dating terbilang sangat sederhana dengan kayu dan batu sebagai penyusun utamanya,atap terbuat dari papan kayu yang ditutupi jerami.Jendela tidak terbuat dari kaca seperti kebenyakan rumah di ibukota.

Jendela hanya sebuah bingkai yang diberi batang-batang kayu agar cahaya bisa masuk ke rumah.Bangsawan yang bertamu ke tempat ini akan menganggap ini sebagai penghinaaan,tetapi di wilayah perbatasan seperti Frontiera kebutuhan tersier semacam itu hanya akan terbakar dan dijarah sia-sia selama peperangan.Oleh karena itu rumah ini sudah termasuk cukup untuk menerima seorang tamu.

Frans mengetuk pintu dan menunggu yang ada di dalam rumah keluar. Frans sebenarnya tidak perlu mengetuk pintu,karena Ia anak pemilik kastil dan orang yang di dalam saat ini Ibu Tina dan juga saudaranya.

Frans juga hanya ingin memberitahu Edwin dari luar pintu dan tak ingin masuk,tetapi sepertinya tidak ada respon. Saat ia hendak mendorang pintu kayu, seseorang dari dalam membuka pintunya. Terlihat seorang wanita menggunakan pakaian pelayan dan ia mengenal siapa wanita itu.

"Bibi Ana,apakah Tina baik-baik saja?"

Sangat tidak sopan jka langsung ke topik utama jadi Frans mencoba untuk basa-basi. Ibu Tina hanya terdiam dengan tampang sedih dan mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menjawab:

"Belum tuan muda ,tetapi kondisinya sudah jauh lebih baikan"

"Aku diminta ibu untuk memberi tahu Edwin kalau ayah dan paman telah kembali,tolong beritahu dia ya bi."

"Ah,baik tuan muda"

"Terima kasih bibi"

"Saya yang seharusnya berterima kasih ke tuan muda,tanpa bantuan tuan muda anak saya mungkin –"

"Iya bi,aku akan menunggu Edwin bersama Ibu di gerbang"

"Baik tuan muda"

Ketika pelayan kembali masuk dan menutup pintu Frans berjalan menuju gerbang

'Maaf bibi, tetapi sebaiknya kau berterima kasih ke ayah atau ibu daripada kepadaku… itu yang harusnya ku katakan tetapi nampaknya aku agak kurang sabaran tadi…haaah'