webnovel

1. Menjadi Xena?

"Viola, enak sekali hidupmu. Apa seenak itu jadi sugar baby Dokter Adam?"

Viola yang sedang menyiapkan bahan perkuliahan di ruang kelas spesialisnya, mengerutkan kening mendengar ucapan Feny barusan.

"Apa maksudmu?"

Feny melemparkan foto-foto kedekatan antara dia dengan Dokter Adam. Baik dalam suasana perkuliahan, maupun saat di rumah sakit. Viola memungut foto-foto tersebut. Foto yang sengaja diambil dengan view yang sangat meyakinkan. Seolah terjadi skinship antara Viola dengan pria yang telah beruban itu.

"Ini fitnah! Ini semua pasti hanya akal-akalanmu!"

"Sudah lah Viola! Sekarang kami tahu, alasan nilaimu selalu sempurna. Dokter Adam sangat terkenal pelit dalam memberi nilai. Ternyata, ada layanan plus-plusnya." Riska bersidekap dada ikut menyaksikan perperangan mulut antara Feny dan Viola.

Viola, adalah seorang dokter muda di sebuah rumah sakit umum di kota A. Saat ini, mereka semua sedang menjalani tugas sebagai dokter residen sebagai mahasiswa spesialis jantung di rumah sakit yang sama. Namun, akibat ulah Feny, semua teman seangkatan mulai berpikir buruk tentang kedekatan Viola dengan Dokter Adam. Dosen sekaligus Dokter pembimbingnya di rumah sakit.

Feny adalah teman satu pembimbing dengan Viola. Feny merasa iri terhadap kedekatan Viola dengan Dokter Adam. Dia menganggap Dokter Adam pilih kasih dalam memberi nilai antara dia dan Viola. Menurutnya, nilai yang diberikan kepada Viola, jauh melebihi nilai yang diberi untuknya.

Feny sengaja menyebarkan rumor bahwa Viola adalah selingkuhan Dokter Adam. Dia sengaja mengambil foto mereka secara diam-diam. Kali ini foto tersebut disebarluaskan oleh Feny, karena satu penyakit yang tidak ada obatnya. Penyakit itu bernama 'iri hati' yang membuat membuat Viola menjadi stress. Sehingga tak ada satu pun yang mau dekat lagi dengannya akibat fitnah yang beredar tersebut.

Viola memiliki hobi membaca novel. Setiap dia membaca, maka ia ikut merasa masuk ke dalam dunia tersebut. Jadi hari ini dia memutuskan untuk membeli novel yang sedang viral. Novel tersebut berjudul Pangeran Serigala. Novel yang katanya memiliki akhir yang tragis.

Setragis apa cerita novel tersebut? Apakah setragis masalah yang melanda diriku saat ini?

Viola yang baru sampai di rumah sakit, melihat jadwalnya yang sedikit senggang. Dokter Adam sang pembimbing pun sedang tidak ada di tempat. Dia memilih membuka novel yang baru saja dibelinya.

Ketika sedang asik membca novel tersebut, Feny tiba-tiba muncul melemparkan sebuah rekam medis di meja yang digunakan oleh Viola. Tentunya Viola yang tengah serius menikmati alur novel tersebut, tersentak karena terkejut. Viola menatap Feny dengan penuh tanda tanya, namun tanpa suara.

"Ini! Rekam medis pasien yang baru aku cek di ruang perawatan. Kamu antarkan kembali ke ruang administrasi!"

Tanpa menunggu jawaban dari Viola, Feny pergi begitu saja. Viola merapikan kembali rekam medis yang berserakan itu, langsung mengantarkannya ke bagian administrasi. Setelah itu, Viola kembali melanjutkan membaca cerita pada novel tersebut, yang membuatnya penasaran.

Viola terhanyut dengan wajah yang ikut menegang. Membaca bagian pangeran yang diberi kutukan oleh seorang penyihir. Hingga Viola benar-benar emosi membaca part saat Raja menitahkan untuk memenggal seluruh anggota keluarga tabib Kurt Leonardo Currie. Padahal di dalam keluarga tersebut, ada gadis muda yang menjadi teman Pangeran Gerald, sedang menempuh pendidikan tabib istana.

Nama gadis itu Xena. Digambarkan sebagai gadis nan lincah dan cerdas. Menjadi orang yang selalu diperhatikan oleh Pangeran Gerald. Namun, dia ikut tewas dalam pembantaian satu keluarga ini.

"Hah, membaca novel ini membuatku emosiku meluap!" Viola melempar novel yang dibeli karena semua temannya mengatakan bahwa novel ini sangat legendaris. Namun, kenyataanya novei ini malah membuatnya kesal.

Beberapa orang dengan wajah misterius tiba-tiba muncul di ruangan Dokter Adam. Dokter yang membimbing Viola sebagai dokter residen yang menempuh pendidikan spesialis jantung. Viola terkesiap ketakutan melihat gerombolan orang yang mengenakan pakaian dan kaca mata hitam tersebut.

Salah satu yang menjadi center di antara mereka semua, berjalan maju menuju sebuah buku yang tadi dilempar oleh Viola. Pria tersebut mengangkat buku tersebut. "Siapa yang membaca buku ini?" ucapnya dengan nada datar.

"Saya, Mas. Ada apa dengan buku ini?" tanya Viola sedikit gugup karena aura pria yang baru saja hadir ini sungguh memiliki pesona yang kuat.

Pria tersebut membuka kaca mata yang tadinya melekat dengan sempurna. "Kebetulan saya sudah membaca novel ini hingga tamat. Ceritanya sangat menarik. Akhirnya Putra Mah--"

"Tunggu! Jangan dispoiler dulu! Biar saya sendiri yang membaca hingga selesai. Namun, baru membaca sebagian, novel ini sudah membuat saya kesal. Raja dalam cerita ini, menurutku memiliki karakter yang sangat kejam."

"Ekhem," deheman salah satu dari pria yang mengawalnya membuat pria ini tersadar akan tujuan utamanya datang ke rumah sakit ini.

"Apakah Dokter Adam ada?"

Viola mengangguk sejenak. Lalu mengecek list kegiatan Dokter Adam hari ini. "Saat ini beliau sedang membedah pasien di ruang operasi. Kebetulan saya tidak terlalu sibuk, bagaimana jika saya yang membantu? Apa ada keluhan, Mas?"

Pria tersebut mengulurkan tangannya. "Nama saya Betrand. Saya selalu melakukan pemeriksaan rutin mengenai kendala jantung bawaan yang saya alami semenjak lahir, dengan Dokter Adam ini."

Viola mengangguk. Menyilakan pria bernama Betrand tersebut duduk di bangku yang tersedia. Viola melakukan pemeriksaan awal terhadap pasien. Memeriksa berat badan, tekanan darah, dan menghitung denyut nadi Betrand.

"Semenjak pemeriksaan terakhir, apakah ada kendala yang dirasakan, Mas?"

tok

tok

tok

Sebuah ketukan membuyarkan suasana yang tengah terjadi antara Viola dan Betrand. Viola melihat Dokter Adam telah hadir di tengah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter residen yang menjadi asistennya untuk sementara.

"Ekhem."

Viola segera bangkit dari kursi kerja milik Dokter Adam. Menyilakan Beliau untuk mengambil alih pekerjaan yang baru saja dia gantikan. Wajah Betrand tampak sedikit kecewa melihat dokter yang memeriksanya harus berganti. Namun, dengan wajah dingin dia tetap melanjutkan rangkaian pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter yang sudah merawat jantungnya semenjak kecil.

Setelah semua rangkaian pemeriksaan rutin selesai, Betrand kembali mengenakan kaca mata hitam dan meninggalkan tempat ini. Dokter Adam berdehem memberikan aba-aba agar Viola mendekat padanya.

"Jangan terlalu dekat dengannya! Nanti Kamu bisa jatuh cinta. Sebentar lagi dia akan menikah, lho?"

Wajah Viola bersemu dengan seketika. Viola menutup wajahnya dengan lembaran Rekam Medis milik Betrand tadi. "Kenapa Dokter bilang begitu? Saya tidak menyukainya kok. Hubungan kami sebatas hubungan profesional antara dokter dan pasien saja kok."

Dokter Adam hanya tersenyum menggelengkan sedikit kepalanya. "Dia itu salah satu penyebab harga minyak goreng melambung di negara kita. Bisa dibilang, dia salah satu mafia minyak goreng yang membuat kebutuhan rumah tangga ini menjadi langka di negeri ini."

"Jadi, dia lah mafia minyak goreng itu? Melempar CPO keluar negeri agar mendapat harga lebih tinggi?" *CPO = minyak sawit mentah.

Dokter Adam mengangguk dengan mantap. "Kekayaannya saat ini sungguh melimpah ruah di usianya yang masih muda. Calon istrinya sangat beruntung mendapatkan dia. Walaupun, dia memiliki watak yang arogan."

Kening Viola berkerut. Mengingat cara Betrand tadi berinteraksi dengannya, sama sekali tak menyangka bahwa mafia minyak goreng itu memiliki sifat seperti yang dijelaskan oleh Dokter Adam barusan.

Setelah itu, Viola mengikuti Dokter Adam untuk memeriksa pasien yang sedang diopname. Mencatat penjelasan perawatan, serta langsung mempraktekannya. Menjelang sore, ketika hendak meninggalkan rumah sakit, tampak pasien terbaring di atas brangkar yang didorong bersama-sama oleh orang-orang berpakaian serba hitam.

"Bukan kah mereka ..." Aura tak sengaja melihat pasien di atas brangkar tersebut. Dia adalah pasien tadi pagi yang bernama Betrand. Viola menutup mulutnya karena luar biasa kaget melihat penampakan tersebut.

"Padahal tadi pagi dia terlihat sangat sehat," lirih Viola merasa prihatin.

Viola melanjutkan perjalanan pulangnya. Dia menggantung tas di bagian depan motor matic yang menjadi andalan untuk kegiatan sehari-hari. Viola melanjutkan perjalanan pulang. Tanpa ia sadari ada sebuah motor mengiringinya di belakang.

Viola terus melaju, membawa kendaraan roda dua itu dengan cukup kencang. Ketika melewati tempat sepi, motor yang mengikuti mulai melancarkan aksi mereka. Mereka terdiri atas dua orang. Satu sebagai pengendara, satu lagi sebagai penumpang.

Pengendara mendekat pada Viola yang terus melaju. Setelah merasa posisi mereka cukup bagus, penumpang menarik tas milik Viola, lalu sang pengemudi memutar gas motor dengan sejadinya.

Tas Viola yang masih tersangkut membuat motornya ikut tertarik. Viola kehilangan kendali. Menyadari tas tadi masih masih tersangkut, penjambret menggoyang-goyang tali tas dengan kasar hingga terlepas. Hal itu membuat Viola oleng dan kendaraannya rebah dengan benturan cukup hebat. Viola terpental dan helm di kepalanya terlepas.

Darah segar mengalir dari kepalanya. Matanya masih nyalang menata langit biru yang terlihat mulai kabur. Sayup-sayup pendengaran warga mulai ramai menghampiri untuk segera menolongnya.

"Aku belum ingin mati, Tuhan." Mata Viola tertutup secara perlahan.

"Aku belum mau mati, Tuhaaaaaan ..." Viola berteriak seakan bangun dari mimpi yang buruk. Dia merasa heran, tidak merasakan sakit sedikit pun. Viola memeriksa setiap inci tubuhnya yang dia ingat penuh dengan luka.

Matanya membulat ketika melihat ke arah cermin yang tepat berada di hadapannya. Tampak gadis berusia remaja, yang tidak dia kenal. Gerakan yang dilakukan pun, sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Viola. Terdengar deritan pintu terbuka didorong dari arah luar.

"Xena! Cepat bantu ayahmu membuat ramuan untuk Putra Mahkota!"

Mata Viola terbuka dengan lebar. "A-apa? Xena?"