webnovel

2. Saya Betrand!

Seorang remaja putra terbangun dari tidurnya. Dia terbaring di atas lantai dengan suasana sekitar yang tampak kacau balau. Remaja putra itu bangun duduk memperhatikan suasana sekitar. Dia berada di sebuah kamar mewah yang berkilauan, perabotan yang ada di dalam ruang itu hampir semuanya berlapis emas.

Remaja pria itu memandangi tangannya. Terheran melihat sekitar tubuhnya yang kekar, entah kenapa berubah menjadi kurus. Dia memperhatikan tubuhnya yang tanpa atasan, melihat semuanya datar tanpa kotak-kotak seperti biasa.

Apa yang terjadi denganku?

Remaja putra itu bangkit, dia berjalan mengelilingi ruangan yang jelas seperti sebuah kamar. Hal ini ditandakan karena ada sebuah tempat tidur dengan memiliki empat pilar. Namun, semuanya terlihat acak-acakan. Dia duduk di atas kasur dengan dialasi oleh sutera yang telah robek dan hancur.

Pintu besar yang ada di ruangan itu dibuka oleh seseorang dari luar. Suasana hiruk pikuk langsung terasa dengan kentara. Sebuah suara bagai pengumuman membuat remaja putra itu terhenyak karena kaget.

"Selamat datang Yang Mulia George Alexander Phillipos!"

Teriakan itu membuat remaja pria itu bingung. Dia seperti mengingat nama tersebut. Namun, dia merasa itu tidak mungkin. Dia masih teringat bahwa kemarin sore sedang mengurus bisnis perminyakan yang akan dikirimnya ke luar negeri. Namun, seseorang datang dengan mengatakan bahwa bisnisnya sedang digerebek oleh pihak yang berwajib.

Polisi menemukan CPO yang akan dia pasarkan secara gelap untuk dikirim ke negara Eropa. Berita tersebut membuat jantungnya menjadi kumat. Dia tak sadarkan diri dengan seketika. Saat dia sadar, ternyata malah terbangun di negeri antah berantah. Pria itu menekan dada di arah jantungnya. Tidak terasa sesak sama sekali.

Apakah aku berada di surga? Akan tetapi, tidak mungkin surga terlihat kacau seperti ini?

Dari arah pintu muncul seseorang berusia sekitar lima puluh tahun. Di kepalanya terpasang sebuah mahkota terbuat dari emas dengan dihiasi batu mulia. Pria itu mengenakan pakaian yang sangat mewah, berdiri di samping pria muda dengan wajah penuh kebingungan itu.

Pria dewasa yang berada di hadapannya ini terlihat heran. Kenapa putranya tidak menyambut kedatangannya seperti biasa. Putranya yang bernama Gerald ini terlihat linglung melihat ke segala arah. Biasanya, apa pun yang terjadi, sang Putra Mahkota Gerald Alexander Phillipos selalu menundukan kepalanya setiap awal pertemuan dengan beliau.

"Anakku, Putra Mahkota. Apakah gerangan yang Engkau rasakan saat ini?"

Mata remaja putra itu terbelalak. Mencoba mendengarkan dengan seksama apa yang diucapkan oleh pria yang tampak seperti raja, di hadapannya ini.

"Putraku, Pangeran Gerald Alexander Phillipos, kenapa Kau hanya diam saja?"

Ah? Apa yang dikatakan tua bangka ini? Sejak kapan namaku berubah menjadi Gerald Alexander Phillipos? Namaku Betrand Gianzi Antonie, seorang---

"Putra Mahkota, anakku. Apakah gerangan yang Engkau pikirkan?"

Pertanyaan itu membuyarkan lamunan panjang pria yang merasa bernama Betrand ini. Betrand bangkit, merasakan tubuhnya kali ini terasa jauh lebih ringan. Mengacuhkan pria terlihat sedikit berumur ini yang tengah terheran akan keanehan tingkah lakunya. Dia melangkahkan kakinya satu per satu. Tiba lah dia berhadapan di sebuah cermin yang teramat besar.

Betrand tersentak melihat bayangan cermin yang berbeda dengan dirinya yang biasa. Dia meraba wajah yang sangat muda itu. Jauh lebih muda dibanding usia aslinya yang sudah di angka tiga puluh tahun. Betrand memperkirakan wajah yang dirabanya ini setingkat usia anak SMA, di negaranya.

Wajah tirus, sangat tampan, mata bewarna perak, tubuh kurus sebagaimana remaja aktif lainnya, postur yang dilihatnya lebih tinggi dari tubuhnya yang hanya standar bagi warga Indonesia. Tubuh remaja ini sekitar 180 senti meter.

Raja yang memperhatikan tingkah aneh putranya ini. Lalu Raja berjalan mendekat pada Pangeran Gerald yang sibuk melihat dirinya pada cermin itu. Sang Raja menyentuh pundak anaknya, dengan refleks anak muda itu menepis tangannya.

"Anakku, apa yang Engkau pikirkan?"

"Maaf, Pak! Saya bukan anakmu! Saya ini Betrand, bukan Gerald."

Mendengar penjelasan dari lelaki muda di hadapan ini membuat sang raja terperenjat, mundur beberapa langkah. "Anakku, apa yang Engkau katakan? Apakah penyihir itu juga membuatmu lupa ingatan? Aku ini Paduka Raja, Ayahmu! Apakah tidak mengingat itu?"

Betrand akhirnya sadar, bahwa dirinya saat ini berada di dunia novel fantasi yang telah dibacanya. Saat ini, dia lah yang menjadi Putra Mahkota yang bernama Gerald Alexander Phillipos. Betrand memandangi wajah itu, wajah muda lelaki berusia tujuh belas tahun.

Bagaimana caranya agar aku kembali ke dunia nyata? Aku tak ingin menjadi Pangeran Serigala yang mati dibunuh oleh masyarakatnya sendiri. Aku harus menghindari itu.

Viola berputar-putar di depan cermin. Dia terheran dan sangat kagum melihat sosok yang ada di dalam cermin. Mata gadis di dalam cermin ini sangat terang. Berbeda dengan matanya yang biasanya bewarna gelap, khas bola mata orang Indonesia. Rambutnya ikal gantung secara alami, dengan warna coklat. Kulit wajahnya merona cerah, dan memiliki wajah yang sangat imut.

Wanita paruh baya tadi, memanggilnya dengan Xena. Dia sudah menjelaskan kepada wanita itu bahwa dia bukan Xena. Namun, dia malah dianggap kurang sehat. Sehingga tidak jadi dibawa oleh ayahnya menuju ke istana. Wanita paruh baya tadi, yang kemungkinan besar adalah ibunya, membatalkan kelas ilmu tabieb hari ini.

Viola akhirnya menyadari bahwa dirinya telah masuk ke dalam dunia novel fantasi berjudul Pangeran Serigala yang baru setengah dibacanya tadi. Dia pun menyadari bahwa dirinya saat ini sedang berada dalam tubuh Xena yang akan ikut mati dipenggal oleh raja karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kutukan yang diberi oleh penyihir.

Viola melangkahkan kakinya dengan riang gembira. Saat ini perasaan muda sebagai gadis belia bernama Xena, membuat perasaannya selalu ceria.

Ternyata gadis figuran bernama Xena ini sangat periang. Namun sayang, dalam cerita dia tewas mengenaskan bersama seluruh anggota keluarganya. Aku harus menghindari kematian gadis cantik ini. Aku harus mencari cara untuk menyembuhkan Pangeran itu. Hah, sayang sekali aku hanya membaca kisahnya hingga pembantaian keluarga tabieb Kurt Leonard Curiie, ayah Xena Leonard Currie.

Viola membawa tubuh Xena berjalan menuju ruang baca yang ada di rumah keluarga Curiie. Berhubung Kurt Leonard Currie adalah seorang tabieb istana, tentu begitu banyak buku-buku mengenai kesehatan pada masa ini. Tiba-tiba, pintu ruang baca tersebut dibuka.

"Xena, apa yang Kau lakukan?"