webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 7 : Impian Paling Kuno(2)

Itu adalah ruangan yang nyaman dengan sofa yang empuk. Tiga orang asing duduk seenaknya tanpa izin tuan rumah.

"Kau hidup sendirian di sini?"

"Apa ada perampokan?"

"Pasti sulit."

Kim Namwoon, Lee Hyunsung, dan Uriel dari regresi ke-999 berbicara masing-masing.

"Uh?"

Sementara itu, tuan rumah sedang meringkuk ketakutan di pelukan pria dengan pakaian hitam.

Noda darah sudah dihilangkan karena itu akan menimbulkan keributan.

Secretive Plotter perlahan membelai kepala anak itu, awalnya anak itu cukup berani untuk menerima mereka dan mengajak mereka ke rumahnya. Namun, sekarang situasinya berbalik.

"Hei, ada apa dengan anak ini? Apa dia terkena penyakit mental?"

"Diam, Kim Namwoon!"

Lee Jihye membentak dan memandang anak itu dengan tatapan kasihan.

"Master, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

"...."

Secretive Plotter tidak menjawab dan hanya sibuk menepuk-nepuk punggung anak itu.

Lee Jihye mengerutkan kening sementara mulut Kim Namwwon menganga.

"Ehem, yah tentu saja kita harus merawatnya, kan?"

Uriel angkat bicara.

"Ya, kita bukan karakter lagi dan dunia ini bukan bagian <star stream>."

Secretive Plotter menjawab seolah itu alami.

Kim Namwoon berdiri dan melihat-lihat seisi ruangan. Itu adalah ruang tamu yang luas, tapi sepertinya baru saja ada perampokan karena barang-barang di ruangan tampak terlalu sedikit untuk ukuran ruangan.

Uriel berjalan mendekati anak itu.

"Berikan, biar aku yang menggendongnya."

Secretive Plotter mengerutkan kening.

"Apa? Kau tidak mau?!"

Uriel menjadi marah. Namun, itu hanya sesaat.

Setelah dia melihat bahwa anak itu lebih nyaman dengan Secretive Plotter, dia menyerah.

"Master, apa yang terjadi pada dunia yang kita tinggalkan?"

Secretive Plotter memikirkan itu sejenak.

"Mungkin 'dia' akan mengambil peran anak ini."

"Maksudmu Kim Dokja?"

Berkedut.

Anak itu kaget mendengar namanya disebut.

"Nak, di mana kamarmu?"

"Uh... Turunkan aku."

Suara lemah anak itu membalas.

Secretive Plotter menurunkannya dan menatap anak itu dengan ekspresi lega.

Namun, anak itu masih gemetaran dan tiba-tiba berlari menuju tangga ke lantai dua.

Bang!

Tampaknya mengurung diri di kamarnya.

Secretive Plotter memiliki ekspresi kosong, sementara Lee Jihye tertawa.

Kim Namwoon sibuk memeriksa barang-barang di ruangan itu lalu dia menemukan...

"Hei, apa ini?"

Uriel mendekatinya dan ikut terkejut.

Itu adalah sebuah buku tentang kehidupan seseorang yang dipenjara setelah melakukan pembunuhan.

"Ah, ini...."

Secretive Plotter juga ikut melihat dan membacanya. Itu seperti fabel yang keluar dari tubuh anak itu sebelumnya, mereka akhirnya mengetahui alasannya.

"Dunia yang busuk ini!"

Kim Namwoon mengutuk.

"Dia mengizinkan kita masuk ke rumahnya, seharusnya kita melakukan sesuatu, kan?"

Lee Jihye membuat saran.

Uriel mengangguk.

Mereka berdua kemudian pergi berkeliling rumah, mungkin untuk mencari sesuatu yang bisa mereka lakukan untuk anak itu.

"Plotter, apa yang akan kau lakukan pada anak itu?"

Kim Namwoon bertanya pada Secretive Plotter. Yang terakhir hanya diam sambil melihat ke tangga di pinggir ruangan yang mengarah ke atas.

***

Itu pasti mimpi. Mungkin mereka punya nama dan wajah yang sama, itu bukan mereka.

Kim Dokja meringkuk di ranjangnya sambil memikirkan orang-orang itu.

Kim Dokja bermimpi sesuatu yang luar biasa, dia ada di mimpi itu dalam bentuk dirinya yang dewasa. Dia bertarung bersama karakter favoritnya.

Namun, mimpi itu menjadi menakutkan ketika karakter dirinya sendiri bertindak tidak sesuai yang dia inginkan. Itu seperti lepas kendali.

Jadi, berkat mimpi itu dia menghubungi Author Ways Of Survival untuk bertanya-tanya apakah mungkin ada karakter yang menyimpang dari pengaturan?

Setelah itu dia menyusun kembali semua karakter favoritnya dalam catatannya, itu sampai dia bertemu mereka.

Kim Dokja mengira bahwa mimpinya nyata dan karakter itu memiliki tujuan untuk bertemu dengannya, tapi pada saat bersamaan dia takut pada mereka.

Dia bukan anak kecil biasa, dia pintar dengan caranya sendiri.

Meskipun, beberapa kali dia tak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata, itu ketika dia mengalami serangkaian pembullyan.

Bagaimana jika mereka ingin membunuhku?

Kim Dokja gemetar ketika memikirkannya, mungkin jika dia tak pernah membaca Ways Of Survival. Dia akan senang hati menyerahkan nyawanya, tapi tidak untuk saat ini.

Novel itu adalah kehidupannya dan sangat luar biasa bahwa karakter dalam novel terbang keluar dan akhirnya hidup di dunia nyata.

Tetap saja dia tak bisa lengah. Sudah terlalu banyak kekerasan yang dia rasakan, jadi dia tidak ingin menambahkan daftar kekerasan yang akan terjadi.

Kerabat ayahnya merampok rumahnya dan ibunya tak peduli padanya. Dia dibully di manapun itu, di sekolah, jalan, kompleks perumahan, pasar, dan rumahnya sendiri.

Dia hidup dengan seutas benang tipis yang setiap saat bisa putus, itulah keadaannya saat ini.

Dia terpaksa membawa mereka ke rumahnya karena perasaan akrab yang aneh....

Namun, bukan berarti dia benar-benar menerima mereka.

***

"Ah, sial. Apa anak itu akan terus mengurung diri? Master, kau tidak mau membujuknya?"

"Hnm."

Secretive Plotter menampakkan ekspresi sedih yang membuat Lee Jihye tercengang.

"Master, kau jadi aneh sekarang."

Secretive Plotter mengabaikannya dan pergi ke dapur.

"Plotter, kau mau memasak? Ah, sepertinya tak ada bahan."

Kulkas dapur kosong.

"Bagaimana anak itu makan?"

Uriel bertanya dengan khawatir.

"Tubuhnya terlalu kurus, apa dia menahan laparnya sepanjang hari? Kapan dia makan?"

Lee Hyunsung yang tak berkomentar sejak tadi unjuk gigi.

"Baik, aku akan berbelanja. Nah, ehm, Master, apa kau punya uang?"

Mereka menatap Secretive Plotter yang tak mengharapkan situasi ini.

"Kau bertanya apakah aku punya uang? Aku tidak punya, semua asetku berupa koin."

Suara dinginnya menambah suasana suram.

"Ah, lalu kita seperti parasit jika begini. Kalau begitu ayo cari uang!"

Lee Jihye tampaknya terlalu bersemangat dan tidak memperhatikan perubahan suasana.

"Hei, Plotter. Kau punya kartu emas, kan?"

"Ya, tapi aku tidak tahu apakah itu bisa digunakan di sini. Dunia tanpa <star stream>…"

"Biar kucoba, berikan padaku."

Secretive Plotter menyerahkan kartu emasnya.

"Oke."

Kim Namwoon pergi dengan cepat seolah tak ingin kehabisan barang diskon.

"Hei, nak. Apa kau mau terus bersembunyi?"

Uriel melihat Kim Dokja diam-diam memperhatikan di tangga.

"Kemarilah, kami tidak menggigit."

Uriel merentangkan tangannya.

Kim Dokja ragu-ragu tapi dia akhirnya menghampiri mereka.

Melihat dari dekat, wajah Kim Dokja memerah karena penampilan Uriel yang sangat cantik.

Lalu, ketika Uriel akan menggendong anak itu....

"Jangan dekat-dekat dengannya."

Secretive Plotter memeluk anak itu duluan.

"Ada apa denganmu?"

"Uhm."

Uriel kesal sementara Kim Dokja merasa malu.

Mereka bertengkar sampai Lee Jihye angkat bicara.

"Kim Dokja kecil ketakutan, apa kalian tidak lihat?"

Mereka berhenti bertengkar.

Secretive Plotter tersenyum senang sementara Uriel menahan diri untuk tidak mencekiknya.

***