webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 6 : Mimpi yang Terlupakan (3)

Tidak peduli berapa lama dia menunggu, anak itu tidak bangun lagi. Suatu firasat mengerikan mulai membanjirinya.

Yoo Jonghyuk yang menunggu semalaman di ruangan itu merasa cemas.

—Apakah yang tadi adalah keajaiban?

Anak itu masih tertidur sama seperti saat tubuhnya berbaring tanpa jiwa.

Han Sooyoung datang malam itu setelah berdebat mati-matian dengan anggota Perusahaan Dokja lainnya.

Dia adalah yang paling tahu situasi yang akan terjadi melalui kemampuan prediksinya [Predictive Plagiarism]  setelah sistem kembali muncul berkat kembalinya sang Impian Paling Kuno.

[Fabel besar, Musim Semi Dunia Iblis melanjutkan ceritanya]

[Fabel besar, Raja Dunia Tanpa Raja melanjutkan penceritaannya]

[Fabel, Keinginan Hidup memulai penceritaannya]

Han Sooyoung menatap pesan-pesan itu yang terus muncul sejak anak itu tertidur.

Bukan hanya dia, Yoo Jonghyuk juga menyadarinya.

Mungkinkah?

Mereka ingin percaya itu meskipun mereka lelah pada harapan.

"Hei, mungkin ada suatu masalah dengan jiwanya yang kembali. Jadi, bagaimana sekarang?"

Han Sooyoung bertanya.

Yoo Jonghyuk tidak menjawab, dia hanya terus memperhatikan fabel-fabel yang mengelilingi anak itu.

[Ba-at]

Biyoo datang entah darimana dengan tubuh dokkaebi.

"Apakah sistem mulai beroperasi lagi?"

Han Souyong mengalihkan pertanyaannya pada Biyoo.

[Iya, semua sistem kembali beroperasi meski belum sempurna. Impian Paling Kuno, keberadaan macam apa dia?]

Saat Biyoo merenungkan pertanyaan itu, yang lain tetap termenung.

[Ini tidak terduga, sistem kembali berjalan...]

"Sun Wukong?"

Han Souyong terkejut.

[Aku ingin melihat Maknae-ya ku, ohu, dia terlihat manis saat masih kecil]

Great Sage Sun Wukong muncul tiba-tiba dan duduk di kursi samping tempat tidur.

[Impian Paling Kuno, ya. Dia lah yang membentuk kita?]

"Lingkaran berulang. Akibat menemukan penyebab dan penyebab menghasilkan akibat."

Han Souyong menganalisis kesimpulan itu melalui ingatan avatarnya di regresi 1863.

"Lalu, darimana inti dari semua ini berasal?"

Yoo Jonghyuk melemparkan bom terakhir.

Tak ada yang tahu, walau menebaknya sekalipun. Bagaimana seseorang bisa menjadi impian Paling Kuno dan menghidupkan sebuah dunia mimpi yang terlupakan?

"Sejak awal itu aneh bahwa [Dinding Keempat] ada bersamanya dan melindunginya, lalu apa itu?"

Semakin banyak pertanyaan yang mereka ajukan. Namun, tak ada satupun yang terjawab.

"Uhh."

Mereka tersentak saat mendengar erangan itu.

Anak lelaki di ranjang itu mengerang lalu terengah-engah.

Wajah Yoo Jonghyuk dan Han Souyong memucat, mereka segera berdiri dan menghampirinya bersama yang lain.

"Kim Dokja."

Suara dingin Yoo Jonghyuk memanggil.

"Uhh... Ahhh..."

Anak itu berusaha membuka matanya, tapi tidak berhasil. Rasanya sangat berat dan sakit seolah dia tak diizinkan untuk bangun.

"Kim Dokja, bangun. Kim Dokja."

"Bodoh, bangun. Hei!"

"Maknae-ya, ayo buka matamu."

[Ba-at]

Anak itu masih mengerang dan tangannya menutupi wajahnya.

Pciiiiiik!

Suara mendesis yang sudah mereka kenal, yaitu badai probabilitas melahapnya.

"Apa ini? Kenapa dia seperti ini?!"

Han Souyong histeris karena kemampuannya tidak berfungsi untuk mengetahui masa depan anak itu.

"Kita harus memberikannya probabilitas."

Yoo Jonghyuk memegang tangan anak itu lalu menyalurkan semua probabilitas yang terkumpul dari fabelnya.

Great Sage juga melakukannya.

"Ini tak cukup. Panggil yang lain, segera!"

Biyoo melakukan manipulasi sistem dan memberikan pengumuman di seluruh Kompleks Industri Kim Dokja.

[Semua anggota Perusahaan Kim Dokja, cepatlah datang ke bangsal khusus. Cepat!!!]

Jung Heewon yang sedang berdiskusi bersama Lee Hyunsung tertegun.

Lee Jihye yang sedang menggumamkan nama Kim Dokja berkali-kali di pojok latihan mengangkat kepalanya.

Shin Yoosung dan Lee Gilyoung langsung lari tanpa peduli apa yang mereka lakukan sebelumnya.

Lee Seolwa dan Yoo Sangah tiba lebih dulu dari mereka.

"Apa yang terjadi?"

Dan saat itulah mereka melihat seorang anak sedang berjuang mengatasi rasa sakit dari badai probabilitas.

Mereka yang tiba langsung mengerti apa yang perlu dilakukan.

"Bangunlah, Kim Dokja!"

"Hyung!"

"Ahjussi!"

"Aku tak tahu lagi, tapi kumohon bangunlah!"

"Dokja-ssi, kau sudah berjanji untuk mendengarkan ceritaku dan menceritakan tentang dirimu. Jadi bangunlah."

Mereka berbagi badai probabilitas itu. Namun, rasa sakitnya masih terus terasa. Mereka bertanya-tanya bagaimana Kim Dokja bisa menahan rasa sakit sekuat ini?

Dan mata hitam yang mencerminkan kegelapan malam mulai terbuka.

***