webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 50 : Ending dan Kehidupan (End)

Apakah ini sungguh akhirnya? Betulkah?

Aku tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaan yang tersisa ini. Mulai dari awal kisah dramatis yang membingungkan hingga akhir yang begitu tiba-tiba sehingga meninggalkan rasa pahit.

Namaku Kim Dokja, aku adalah seorang karyawan di Mino Soft Company. Aku adalah seorang pembaca yang mengetahui akhir dari dunia ini.

Kalimat tersebut terbang keluar dari salah satu rekaman yang berjalan di ruang putih ini. Kehadiran di belakangku masih bergeming dan tak mengindahkan peringatanku bahwa dia harus segera pergi.

Bagaimana menurutmu bahwa dunia ini fiksi?

Ah, benar. Itu adalah beberapa hal yang sengaja kukatakan untuk memberikan petunjuk kepada Yoo Sangah, sebab dialah satu-satunya yang dapat menerjemahkan simbol-simbol di Tower of Nightmares. Mungkin saja saat itu, aku melakukannya tanpa sadar.

Apakah akan ada seseorang di luar sana yang membaca kisahku?

Waktu hitungan mundur dari program 'Good Night' semakin dekat dengan penyelesaian. Apakah tidak masalah berakhir seperti ini? Mereka pasti bisa melupakanku, aku hanya menggertak saja terkait akan menghapus ingatan mereka karena jika aku memang melakukannya, aku tidak bisa menanggung memori mereka yang tersimpan di sini.

Akan menjadi buruk bila sesuatu terjadi yang menyebabkan mereka pada akhirnya tidak dapat kembali ke 'kenyataan'. Seperti rol film yang terus berputar dengan kenangan, bila bagian tertentu dipotong secara permanen, maka film tersebut akan rusak. Juga, aku tidak cukup kejam untuk merusak mereka.

Kisah ini hanya untuk satu pembaca itu

"Apakah kau senang berada di sini?" Akhirnya, dia bertanya sesuatu padaku daripada terus diam.

Pertanyaannya menusuk emosiku yang berenang menuju garis tepi yang tidak dapat memiliki emosi lagi.

"Seharusnya demikian," pungkasku tanpa membalikkan badan dan melihat seperti apa ekspresinya. Bagaimanapun, aku tidak ingin repot-repot menebaknya.

"Kesimpulanmu salah," sanggahnya dengan suara yang dalam sehingga aku bertanya-tanya mengapa dia masih bersikeras? Tidakkah dia membenciku setelah sekian hal yang dia lalui?

"Bagaimana itu salah?" sergahku seraya melirik perhitungan angka yang semakin kecil di panel layar.

"Kau melupakan satu hal, alasan mengapa kau membagi dirimu bukan hanya untuk menikmati cerita, kan?" 

Aku menegang sesaat. Sial! Dia sangat tidak terduga, aku mengira dia bukan tipe orang yang begitu sensitif sebelumnya. Mengapa dia tahu hal ini?

Aku ingin hidup.

Baris tersebut bergema di ruang putih ini sampai dia menyindir, "Kau selalu berbohong, tak satupun yang kaukatakan bisa dipercaya. Pikirkanlah, untuk sekali, bisakah kau mengatakan satu hal yang jujur padaku? Aku memberimu kesempatan terakhir, Kim Dokja."

Kesempatan terakhir....

Apakah itu artinya dia akan menyerah? Itu bagus, bukan? Mengingat secara samar bahwa di 'kenyataan', aku hanyalah alat yang digunakan dan tidak memiliki nilai lain selain itu, aku merasa skeptis.

Aku tidak mengerti kenapa mereka ingin bersama seseorang sepertiku? Namun, aku tidak bisa menahannya lagi.

"Kehidupan ... Jika itu memang memungkinkan, aku akan meraihnya dan tidak akan melepaskannya," ujarku dengan sepenuh hati yang tersisa. Bagian 'data' yang menyusunku mulai terlepas satu demi satu. Program 'Good Night' mulai berdampak meskipun belum sepenuhnya dieksekusi.

Dalam ruang mimpi yang fana, seorang penjelajah tertinggal.

Meskipun dunia ini disebut mimpi abadi, itu ada selama cerita terus berlangsung. Namun, tetaplah fana sebab bisa berhenti dan mungkin aku tidak berhasil meraih kehidupan.

"Baik," sahutnya kemudian. Aku mendengar langkah kakinya mendekat dan tangannya tiba-tiba berada di leherku dari belakang.

"Aku menunggumu untuk bangun," bisiknya lembut yang membuatku ngeri.

Aku tertawa karena dia sangat memahamiku. Telapak tangan kanannya, yang berada di leherku, sebenarnya sedang menyerap energi jiwaku.

"Sampai jumpa, bodoh," ucapnya ketika sosoknya menghilang dan yang tersisa di ruang putih ini hanya diriku seorang.

Fourth Wall, Master of Abyss, adalah pelaksana program 'Good Night' yang akan mengeksekusiku. Berkat dia lah cerita ini berjalan begitu lama, dimulai dari loop tak terbatas olehnya sampai menuju kesadaran terakhir.

Mari menurunkan tirai panggung kisah ini. Adapun, tentang eksistensi-eksistensi yang seharusnya tidak ada di sini, Monarch Jaehwan dan pria berambut merah itu, itu adalah titik kritis di mana rahasia mengapa 'The First Nightmare' memberontak berada.

Jika itu seperti yang dikatakan Yoo Jonghyuk, ketika aku terbangun nanti, jika memungkinkan meski kemungkinannya sangat kecil, aku akan menggali rahasia ini.

Mungkin kisahku memang akan segera berakhir, tetapi kisah yang lain baru dimulai di sisi yang berbeda. Ini seperti cerita sampingan setelah epilog, aku harap itu tidak menurunkan kesan yang telah ditentukan.

Ini adalah akhir dari epilog yang panjang.

***

Di dunia dimensi tingkat tinggi. Han Sooyoung, wakil ketua peneliti, terbangun di ruang khusus. Peringatan kebocoran data telah berhenti mendadak seakan-akan itu cuma lelucon.

Di kapsul yang melestarikan tubuhnya, Han Sooyoung mendesah sedih dan berbaring untuk waktu yang lama sampai dia tiba-tiba terpikirkan sosok protagonis tertentu. Semangatnya yang anjlok langsung meroket. Matanya yang kusam juga ikut berbinar.

'Protagonis sialan itu pasti melakukannya dengan benar,' pikirnya sambil mencoba menggerakkan tubuhnya yang telah lama berendam dalam cairan pelestarian dalam kapsul.

'Dibandingkan dunia ini, aku lebih menyukai dunia kiamat itu, hah,' komentarnya dengan ironis.

Dunia tingkat tinggi ini lebih mengerikan daripada dunia kiamat, itu karena kematian jauh lebih baik daripada dimanfaatkan sebagai alat. Itulah sebenarnya situasi Ketua Peneliti.

Bahkan, Han Sooyoung tak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikannya. Kewajiban, tidak, itu adalah keharusan. Jika Ketua Peneliti tidak ingin dimusnahkan, maka dia harus mengendalikan 'The First Nightmare'yang memberontak.

Braak!

Chiiiik!

Pintu ruang khusus didobrak dari luar dan para peneliti lainnya, yang ikut serta dalam eksperimen terlarang ini, berhamburan masuk. Mereka menyambut kembalinya Han Sooyoung.

"Selamat datang kembali, Nona Penulis."

Sapaan yang disukai Han Sooyoung. Yang terakhir menyeringai seperti orang idiot, perasaan yang sama ketika Kim Dokja terbangun di rumah sakit di dunia itu.

....

Pilihan terbaik akan selalu datang ketika keputusasaan mencapai puncaknya. Han Sooyoung tahu bahwa mustahil untuk menghidupkan kembali ketua peneliti. Namun, dia memiliki cara lain. Dia akan menghidupkan Kim Dokja, bukan ketua peneliti.

Dia telah mengirim pesan singkat pada Yoo Jonghyuk tepat ketika mereka akan ditarik keluar dari dunia itu.

Han Sooyoung memijat kepalanya yang seakan pecah dari dalam, dirinya yang terbelah telah menyatu kembali sehingga diharapkan untuk konflik besar secara internal. Dia bertanya-tanya bagaimana Yoo Jonghyuk akan mengatasi kondisinya yang jauh lebih buruk?

....

Di ruang khusus lainnya, puluhan kapsul satu demi satu terbuka dan penghuninya terbangun dengan selamat. Han Sooyoung menatap mereka dengan ekspresi santai, kebiasaannya untuk memakan permen lemon, tetap sama.

Mantel putihnya berayun lembut saat dia menyapa mereka dengan ajakan yang mencengangkan, "Ayo kembali ke dunia kita sebelumnya, dunia ini tidak layak untuk kita tinggali. Aku memiliki caranya, apakah kalian akan setuju untuk bergabung atau tidak, itu adalah pilihan kalian. Jika kalian setuju, maka datanglah ke aula besar di laboratorium ini."

***

Berita tentang eksperimen laboratorium 3149 menyebar. Namun, pihak otoritas yang sewenang-wenang terlambat menghalangi mereka. Itu disebabkan oleh interferensi Yoo Jonghyuk, yang telah memulihkan kondisinya begitu cepat, yang mengurus jaringan global dunia tingkat tinggi.

Di dalam aula laboratorium 3149 yang telah disepakati oleh mereka untuk berkumpul, sistem 'The First Nightmare' sedang dimulai ulang setelah ditidurkan.

Layar monitor dan alat tabung khusus untuk perpindahan dunia berjejer di masing-masing sudut. Ini adalah rahasia yang ditemukan Han Sooyoung, Yoo Jonghyuk, dan Yoo Sangah. Yoo Sangah lah yang pertama memaparkannya dengan analisisnya yang mendalam.

Cerita yang tertulis untuk seorang pembaca. Inti dari dunia mereka di dunia itu. Maka, untuk memulai ulang, mereka harus memasukkan konsep yang sama yang dinamakan 'Happy Ending'.

'The First Nightmare' dipengaruhi oleh ketidakteraturan kosmos sehingga itu menyebabkan retakan dimensi-dimensi yang bersebelahan. Apakah dunia yang mereka alami adalah dimensi-dimensi tersebut, jawabannya ya. Mereka semua nyata dan cerita mereka bukanlah kesia-siaan.

Dimensi tingkat tinggi di mana mereka saat ini tinggal adalah dimensi yang berada di ujung dari kosmos. Oleh sebab itu, apapun yang terjadi di dimensi di bawahnya, itu hanya akan dianggap sebagai ilusi.

Yoo Jonghyuk menyerap energi jiwa orang itu dan menyimpannya dalam sebuah tabung energi khusus. Tabung itu nantinya akan dimasukkan ke alat perpindahan bersama mereka yang ikut serta.

"Si bodoh itu tidak akan menyangka bahwa kita begitu pintar," sindir Han Sooyoung saat melihat persiapan hampir selesai.

Demi impian mereka, demi kisah baru dan ending yang mereka inginkan, mereka ingin kembali ke sana.

"Ini dimulai ...." Yoo Jonghyuk mengumumkan akhir tujuan mereka.

***

Sinar yang cerah menusuk kesadaranku. Napas hangat berhembus di dekatku seolah-olah ada banyak orang yang menantiku untuk bangun.

Rasa kesegaran yang aneh seakan ini adalah kehidupan baru, kisah yang baru. Ketika aku membuka mata, langit-langit kebiruan yang tampak familiar memenuhi bidang pandangku.

Fokusku hilang timbul sehingga lama kemudian aku baru menyadari keberadaan mereka.

"Kim Dokja, selamat datang kembali!"

Rasanya aku ingin tertawa, tetapi tubuhku sangat lemah saat ini. Aku bertanya-tanya apakah mereka sengaja mengaturku seperti ini? Sepertinya itu benar.

Aku mulai memperhatikan mereka satu persatu. Yoo Jonghyuk, dengan penampilannya yang sama persis seperti protagonis yang kukenal, membantuku bersandar di bangsal rumah sakit yang akrab.

Yoo Sangah sedang mengupas buah, sementara Jung Heewon sibuk memakannya dengan senang. Lee Hyunsung menangis sesenggukan, lalu Lee Jihye sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi menahannya. Dia terus melirikku dan Yoo Jonghyuk dengan tatapan aneh.

Han Sooyoung memakan permen lemonnya dan memelototiku. Namun, dia diam-diam menyeringai konyol. Aku menggerakkan sudut mulutku menghadapi mereka. Ini adalah ending dan kehidupan kami.

"Hyung! Kita akan piknik di tepi Sungai Han!" Lee Gilyoung mengusulkan.

"Tidak! Kita akan mendaki gunung!" Shin Yoosung menimpalinya

"Hei, lihat dia baru bangun! Bagaimana dengan ini, kita bermain sesuatu yang baru." Jung Heewon ikut berdebat dengan anak-anak.

Mereka semua ada di sini dan membuatku tercengang. Terutama kemunculan sosok kecil yang melayang yang membuatku menyesal karena tidak dapat memenuhi janjiku padanya.

Bihyung.

[Oh, halo. Entah bagaimana, aku ada lagi di sini.]

Ayah dan Ibu angkatku. Mereka bersama Ibuku di dunia ini.

"Katakan sesuatu, bodoh! Jangan hanya menatap! Bagaimana menurutmu upaya kami yang tak kenal lelah?! Aku ingin sekali memukulmu berkali-kali untuk setiap hal membingungkan yang kami alami!" Han Sooyoung menunjukkan taringnya melalui kata-kata pedas seperti biasa.

"Kim Dokja," panggil Yoo Jonghyuk, membawa perhatianku padanya kembali.

Dia tampaknya menungguku untuk mengatakan sesuatu. Baiklah .... Biar kupikir sebentar, apa yang akan kukatakan. Terlalu banyak penyesalan untuk mereka. Namun, mereka bersikap seolah tidak pernah mengalaminya. Mereka seceria biasanya. Bahkan, mereka benar-benar menyambutku.

Apakah mereka tidak membenciku? Sungguh?

Aku tahu kalimat yang mereka tunggu, yakni berikut ini :

"Aku kembali," ucapku sambil tersenyum tulus.

Ini adalah epilog terakhir dari kisah seorang pembaca yang mewujudkan dunianya.

***

Okay, ini endingnya. Bagaimana? Aku menantikan pendapat kalian~ hehe....

Akhirnya, selesai juga, tamat juga ff yang kubuat sejak kira-kira pas pertengahan pandemi lah, 2020, karena saat itulah aku mengenal ORV, novel yang juga mengubahku sungguh.

Terimakasih \(^o^)/ bagi para pembaca yang berhasil sampai akhir. Ah, untuk segala plot hole yang kalian temukan, anggap saja itu bagian dari cara Kim Dokja untuk hidup dan mencapai ending ini.

Jika mungkin, aku akan membuat cerita sampingan setelah ini, tetapi entahlah jika idenya ada. Dadah~ muah muah~

***