webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 44 : Dalam Cerita yang Tersembunyi (2)

Han Sooyoung yang kacau membawa partainya kembali ke tempat altar yang menuju ruang putih.

[Fabel 'Predictive Plagiarism' bernyanyi]

⸢Pohon Ilusi mereset ulang⸥

⸢Semua Juri selain Yang Hebat dan Monarch Jaehwan lahir kembali⸥

⸢Pemilik baru Tower of Nightmares tidak bisa ditemukan⸥

⸢Salah satu pecahan jiwa 'Time Controller' menjadi pengganti sementara⸥

Langkah Han Sooyoung terhenti karena fabel terakhir yang dinyanyikan, kelompoknya juga mendengarnya.

"Time Controller?" tanya Shin Yoosung ragu apakah dugaannya benar. Pikirannya masih belum pulih dari syok, jadi dia sulit menentukan petunjuk dari informasi.

Han Sooyoung memejamkan matanya, memeriksa rol memori otaknya, mencari-cari penjelasan yang mungkin dibagikan oleh God of Stories.

"Eh?"

Teriakan Jung Heewon menghancurkan konsentrasinya, Han Sooyoung berbalik dan menyadari ada yang salah.

"Sepertinya ada yang hilang dari partai kita," kata Jung Heewon sembari melirik wajah-wajah anggota partai.

Setelah pemeriksaan cermat, akhirnya mereka tahu siapa yang hilang. Tiga transenden yang telah mengikuti mereka semenjak datang ke Tower of Nighmares. Di sini, meskipun beberapa kemampuan dapat digunakan, itu terbatas, namun ada juga yang sebaliknya. Han Sooyoung menyipitkan matanya, situasi semakin tak terkendali.

"Kita pasti bisa menemukan mereka, jangan panik!" peringatnya.

Dia memimpin mereka ke tempat awal yang mereka tuju. Han Sooyoung merasa dia akan memperoleh sesuatu di sana.

Seharusnya begitu, namun langkah mereka terhenti karena mereka merasakan seseorang datang dari arah yang berlawanan.

Lee Gilyoung dan Shin Yoosung mengangkat senjata dan bersiap menyerang, Lee Hyunsung maju ke depan partai untuk melindungi, Jung Heewon berdiri di sisinya.

Mereka tidak ingin ceroboh pada saat seperti ini, walaupun perasaan mereka hancur, bukan berarti mereka tidak menghargai hidup yang bahkan telah berkali-kali diselamatkan.

Tak Tak Tak

Cahaya redup semakin membuat mereka gelisah, di tempat ini di mana ada beberapa hal yang tidak masuk akal atau tak terbayangkan, mereka tidak bisa tidak merasa takut saat bertemu seseorang yang tidak mereka kenal.

Han Sooyoung sempat mengira yang datang adalah Yoo Jonghyuk, tetapi itu salah. Ketika sosok itu berhenti pada jarak sepuluh meter dari mereka. Samar-samar terlihat mantel putih panjang yang sangat akrab.

Jantung mereka berdetak kencang. Shin Yoosung yang pertama memanggil, "Ahjussi?" Matanya berkaca-kaca, dipenuhi harapan bahwa mungkin ini sudah berakhir dan mereka akan baik-baik saja.

Mereka membencinya, tetapi juga mencintainya. Perasaan yang sangat rumit. Namun, saat wajah di balik selubung bayangan terungkap, mereka membeku.

Yang berdiri di sana jelas bukan Kim Dokja, mereka entah mengapa sangat yakin. Dia hanya memiliki wajah yang sama, sementara rambutnya berwarna perak dengan mata biru yang terang, ada simbol waktu di kedua matanya.

Aura, ekspresi, tindakan, dan cara dia menatap mereka merupakan keterasingan seolah dia tidak pernah mempunyai hubungan dengan mereka.

Han Sooyoung bertanya dengan ragu-ragu, "Siapa kau?" Pupil hitamnya bergetar, takut pada jawaban.

Pria itu tiba-tiba merubah ekspresi datarnya menjadi lembut dan perhatian, itu merupakan ciri yang akrab bagi mereka.

"Han Sooyoung, Shin Yoosung, Lee Gilyoung, Jung Heewon, Lee Hyunsung, Lee Jihye, Yoo Sangah...." Dia menyebut satu per satu seakan dia mencoba menghapal nama dan penampilan mereka dengan cermat.

Kemudian, mata birunya tampak melamun dan dingin saat kata-kata yang berasal dari alam lain bergema di sekitar, "Apa kalian ingin tahu dunia yang sebenarnya?"

Deg!

Jantung mereka serasa berhenti sejenak ketika mendengar itu. Han Sooyoung menggertakkan giginya, meraung marah, "Omong kosong apalagi ini?!"

"Alam semesta paralel, novel yang menjadi kenyataan, kekuatan dari sistem, apakah menurut kalian itu mungkin?" Pertanyaan yang tak memerlukan balasan. Pria itu melanjutkan, "Jika aku menyatakan bahwa ini ilusi, akankah kalian percaya?"

Han Sooyoung tampak mengerikan setelah tebakan aneh muncul di benaknya. Memang, bukankah itu tidak masuk akal? Setidaknya, pada tingkat penyelesaian skenario, itu masih dapat diterima, namun peristiwa berikutnya terlalu absurd untuk dipahami. Mereka hanya bisa terus mengikuti tanpa memprotes!

"Ini.... " Han Sooyoung memelototi pria itu dengan permusuhan yang sengit. "Jangan mencemari pikiran kami dengan hal semacam itu!!!"

Pria itu menggelengkan kepalanya terlihat kecewa sekaligus sedih. "Ketika skenario dimulai, dunia kalian tumpang tindih dengan dunia novel, dan karakter dalam dunia novel menembus batas menuju kenyataan sehingga itu wajar bagi kalian untuk tidak menyadari ada yang salah pada saat skenario selesai." Dia menerangkan dengan pelan dan nada yang ramah.

Jung Heewon mulai membentuk pemikiran yang menakutkan di kepalanya. Dia mengoceh tanpa sadar, "Maksudmu, hal yang terjadi setelah skenario selesai adalah ilusi?! Bagaimana kau akan menjelaskannya?! Kau bukan Kim Dokja! Dia lah yang seharusnya memberitahu kami alasan semua ini!"

Shin Yoosung terlalu takut untuk mendengar lebih banyak, dia hampir menutupi telinganya, tetapi dia masih ingin mendengar kebenaran meski itu sangat menyakitkan.

"Kau salah, tidak ada 'Kim Dokja', baik di duniamu maupun di dunia lain. Bukankah begitu?" Nadanya meningkat tajam.

Lee Hyunsung menyangkalnya, "Dokja-ssi ada, dan dia pernah ada, tolong jangan mengatakan bahwa dia tidak pernah ada!" Lee Hyunsung memasang sikap teguh.

"Kapan kalian mengenal Kim Dokja?" tanya pria itu.

"Apa?!" Han Sooyoung samar-samar tahu arah percakapan ini, dia berharap itu tidak benar-benar seperti yang dia bayangkan, namun...

"Aku bertanya kapan kalian mengenal Kim Dokja?" Dia mengulangi sekali lagi.

"Itu...." Shin Yoosung tidak berani menjawab. Arti dari pertanyaan pria itu mengejutkan hingga dia menutup matanya menahan cairan yang akan mengalir.

"Pada saat skenario, bukan?"

Yoo Sangah yang sejak tadi terdiam, menentang, "Tidak! Aku mengenal Dokja-ssi sebelum skenario dimulai! Dan Sookyung-ahjumma adalah Ibunya. Bagaimana kau menjelaskan hal ini?"

Walaupun Yoo Sangah tegas dalam komentarnya, keraguan masih membayangi hatinya.

Pria itu untuk pertama kalinya tersenyum tipis sembari menanggapi, "Iya, dia sebelum skenario memang 'Kim Dokja', tapi... 'Kim Dokja' yang kalian kenal pada saat skenario dimulai bukan dia. Lebih tepatnya, 'Kim Dokja' tidak pernah ada di dunia skenario dan juga setelah skenario."

Lee Jihye berteriak, "Apa itu? Lalu siapa kau sebenarnya? Kau meniru penampilannya!"

Lee Gilyoung mendukung Lee Jihye. "Untuk apa kau memberitahu kami hal ini? Agar tersesat dalam tujuan kami?"

Jung Heewon mendecakkan lidahnya. "Aku muak dengan ini. Hei! Jika memang begitu, bisakah kau mengatakan pada kami siapa kau?"

Pria itu berjalan mendekat. "Aku? Pada awalnya ketika berada di sini, aku disebut 'Penjelajah yang Tertinggal', kemudian menjadi 'Mimpi Tertua'. Dan...." Dia berhenti sekitar tiga meter dari mereka. Cahaya mendadak padam dan ruang memelintir.

"... Inkarnasi dan juga Konstelasi yang disebut 'Raja Iblis Keselamatan',  'Pengamat Cahaya dan Kegelapan', 'Pembebasan Paling Kuno', dan terakhir 'seseorang yang bersama kalian sampai akhir skenario'."

Hati pendengar bergemuruh seolah tersambar petir. Mereka bingung, tetapi juga sepertinya mengerti sesuatu.

Han Sooyoung akhirnya berseru setelah keheningan dan kegelapan menelan mereka begitu lama, "Kau tidak pernah kembali setelah skenario itu?!"

Namun, tak ada balasan yang muncul. Saat cahaya mulai menyala lagi, pria itu menghilang tanpa aba-aba, seolah dihapus oleh penghapus kegelapan.

***