webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 41 : Pusat Great Land (1)

"Apanya yang terlambat?!" God Of Stories panik. Namun, Yoo Jonghyuk tidak membalas justru menatap bola kaca di tangan Kim Dokja. Benda tersebut bersinar terang sesaat kemudian menampilkan sesuatu yang sangat berbeda.

Wajah Kim Dokja memucat, bukan karena apa yang ditampilkan di bola kaca, tetapi penyebabnya adalah telapak tangannya terbakar dan melepuh.

"Ah!" rintihnya, tetapi tetap memegang benda tersebut.

"Kim Dokja, berikan!" perintah Yoo Jonghyuk yang berusaha merebutnya.

Kim Dokja menggelengkan kepalanya keras kepala, dia tidak mau menyerahkan rasa sakit yang menyiksa ini, cukup hanya dirinya saja yang menderita. Sifat alami Kim Dokja memang begitu. Oleh sebab itulah, Yoo Jonghyuk semakin frustrasi.

"Kim Dokja!!" Dia akan merebutnya secara paksa. Akan tetapi, God Of Stories mendahuluinya.

Sssssst!

"Argg!" erang God Of Stories, dia melihat asap yang muncul segera setelah memegang benda itu sambil menahan niat menjatuhkannya. Tidak, ini adalah benda yang penting untuk mereka.

"Jangan!" teriak Kim Dokja yang telapak tangannya hangus.

"Han Sooyoung!"

Yoo Jonghyuk membentak, sayangnya God Of Stories tidak peduli sebab perhatiannya terfokus untuk menahan rasa sakit yang membakar, bukan hanya raga tapi juga jiwa. Apa ini? Mengapa? Bagaimana bisa begini? Mereka bertiga terus meneriakkan pertanyaan itu dalam hati.

Pciiiiiiiiik!!!

Listrik berderak dari bola kaca menimbulkan retakan yang merambat hampir ke seluruhnya, sekarang apapun yang ditampilkan tidak bisa terlihat jelas. Namun, Kim Dokja tahu apa itu.

Percikan listrik dari bola kaca menghilang mendadak sama seperti kemunculannya. God Of Stories terengah-engah saat terduduk sambil menggelindingkan benda itu pelan. Dia tidak bermaksud begitu, tetapi karena rasionalitasnya hampir terenggut, dia tidak mau memegangnya lagi.

Ting!

Bola kaca tersebut menabrak ujung alas kaki Kim Dokja, yang terakhir membungkuk untuk mengambilnya hanya untuk dicegah oleh Yoo Jonghyuk.

Dan tindakannya benar sebab pada saat berikutnya bola kaca itu pecah berkeping-keping. Pecahannya tersebar, tetapi bukan itu yang perlu dikhawatirkan.

Dua figur mainan yang berbahaya di tangan kiri Yoo Jonghyuk menyala sekali lagi, kali ini bukan fabel yang bersenandung, tetapi suara yang begitu menyeramkan.

{The First Nightmares, sampai kapan kau mau terus membantu anak itu?!!!}

Yoo Jonghyuk terpaksa melemparkan kedua figur tersebut karena firasatnya menyuruhnya membuang benda terkutuk itu.

Jawaban yang datang adalah hancurnya dunia cerita ini dan mereka diangkut ke tempat lain dalam sekejap oleh altar yang tanpa mereka sadari terbentuk, pecahan bola kaca itu melingkar dan memancarkan sinar menyapu sekitar.

"Kim Dokja!!!"

Sebelum mereka diangkut, Yoo Jonghyuk memastikan bahwa dia akan membawanya bersama termasuk God Of Stories, mereka bertiga berpegangan tangan.

...

Ketika Yoo Jonghyuk membuka matanya, dia tidak bisa mempercayai pandangannya.

"Apa ini?"

Di kedua sisinya, Kim Dokja dan God Of Stories juga memiliki ekspresi yang sama, tercengang. Mereka bertiga berbaring telentang di rerumputan dalam tubuh kecil dari dunia itu, langit di atas bukanlah langit yang mereka tahu. Ataukah lebih tepat disebut bawah air? Sebab ikan-ikan terbang di angkasa dan itu adalah hal paling aneh bagi mereka yang telah menyaksikan segala macam hal tak masuk akal.

Tiba-tiba jendela sistem familiar, namun berwarna hijau muncul di depan wajah mereka masing-masing.

[Selamat datang di the Real Paradise, Pusat dari Great Land]

God Of Stories menganga, diikuti Yoo Jonghyuk dan Kim Dokja. Yang terakhir memiliki alasan yang berbeda dan itu adalah pesan sistem yang hanya khusus untuknya.

[Selamat datang, jiwa Pangeran kami yang ke-3149. Istana selalu terbuka lebar untuk Anda]

"P-Paradise? Ini tidak mungkin! Yoo Jonghyuk, pukul aku, cepat!!!" perintah God Of Stories yang berekspresi ngeri.

Yoo Jonghyuk tentu saja menurut dan memukul dengan keras. God Of Stories terhuyung-huyung sebelum tergeletak sekali lagi ke rerumputan dan memandang langit yang bukan langit.

Sekarang dia harus mengakui ini nyata, sialan. Dunia macam apa ini? Bagaimana mungkin? Atau ... mungkinkah dunia ini yang menjadi ...…

Pikiran God Of Stories yang kacau berhenti karena dia menyadari ada yang tidak beres. Itu adalah dua anak laki-laki yang tidak seperti dirinya, mereka berdua terkejut untuk alasan yang berbeda, bukan oleh pemandangan dunia ini.

"Yoo Jonghyuk, kau tahu ini?" tanyanya hati-hati. Dia tidak bisa menerima bahwa protagonis lebih tahu darinya, tidak, mungkin protagonis mendapat cheat dari 'orang itu'.

"Itu tidak jelas, aku tidak tahu kalau bentuknya begini. Dia awalnya tinggal di sini ya, kita diizinkan datang olehnya," ujar Yoo Jonghyuk pelan.

Gerombolan ikan berwarna-warni terbang di sekitar, jumlahnya sangat banyak. Akan tetapi, jika dilihat lebih dekat, itu bukan ikan. God Of Stories menyentuh salah satunya yang dekat di atas rerumputan.

[Fragmen ini belum lengkap]

Kata-kata itu melayang di depannya dengan layar antarmuka. Tangannya gemetar saat melepas apapun yang mirip ikan itu.

Ketika kau dihadapkan pada hal yang tak ingin kau percayai, satu-satunya hal yang bisa kau lakukan adalah menerimanya. Dan inilah yang akhirnya dilakukan God Of Stories.

"Hei, protagonis."

Yoo Jonghyuk menyahut, "Apa?"

"Kau tahu ini akan terjadi, kan? Kau berpura-pura tak tahu apa-apa, sialan!!!" kutuk yang pertama sembari melontarkan tatapan menuduh.

Kim Dokja di sisi lain menggigil, bukan karena kedinginan, tetapi dia entah mengapa akrab dengan pemandangan dunia aneh ini. The Real Paradise. Istana. Selamat datang, jiwa Pangeran ke-3149. Kim Dokja memikirkannya dengan serius.

Itu artinya ada 3148 jiwa lainnya, berarti dia adalah pecahan yang terakhir, apa yang menyebabkannya pecah? Pertanyaan ini tak memerlukan jawaban, Kim Dokja secara alami mengetahuinya. Jika itu dia, dia bersedia memecah jiwanya sampai bagian-bagian terkecil demi menemukan sesuatu yang dia inginkan, keegoisannya yang murni dan bukan kejahatan.

Kim Dokja melihat kedua temannya bertengkar di tengah situasi ini, itu mengherankan. Mata hitamnya menangkap sesuatu dari angkasa luas. Sebuah panggilan.

Rerumputan hijau berayun-ayun diterpa angin lembut, ikan-ikan berputar-putar membentuk kelompok-kelompok tersendiri meskipun warnanya berbeda. Dan pada saat berikutnya, sebagian menyatu, membentuk ikan baru yang lebih besar dan cantik.

Langit yang menjadi latarnya hampir tidak terlihat sebab semua ikan dan awan putih. Langit itu memiliki atsiran warna berbeda di setiap garis yang sengaja dibentuk seperti pelangi. Dunia yang jauh lebih indah dari Paradise skenario ke-9 yang dibentuk oleh Iblis. Mungkinkah ide dari itu berasal dari dunia ini? Semuanya?

Apakah hasilnya akan sama? Ada sesuatu yang busuk yang disembunyikan?

God Of Stories berharap itu tidak terjadi atau dia benar-benar menyerah untuk menerimanya.

"Ah!" teriak God Of Stories yang memperhatikan portal terbuka tiba-tiba di dekat mereka. "Apa lagi ini?"

Yoo Jonghyuk dan Kim Dokja terfokus ke portal tersebut. Ketika terbuka sepenuhnya, beberapa siluet keluar. "Aku tidak ingin terkejut lagi," gumam God Of Stories ketika melihat orang-orang yang dia kenali keluar dari sana.

"Oh, wow. Tempat macam apa ini?!" Teriakan kekaguman datang dari pria berambut putih dan disusul sahutan wanita dengan pakaian perang di sampingnya. "K-Kapten?!"

Wanita yang lain menimpali, "Ini duniamu bukan, Kim Dokja?" tanyanya pada anak kecil yang dipeluk oleh pria bermantel hitam.

Kemudian, sistem antarmuka muncul sama seperti yang dialami ketiga anak tadi.

Dan juga anak di pelukan pria itu mendapat pesan berbeda.

[Selamat datang, sebagian jiwa Pangeran kami dari 3149 jiwa lain yang tersebar. Anda memiliki setengah otoritas dari pengaturan sistem]

Berkedut. Plotter memperhatikan anak di pelukannya yang memasang ekspresi tertegun.

"Plotter, kau tahu tentang ini?" Uriel bertanya sambil menatap tajam padanya.

"Sedikit, aku tidak menyangka bentuknya begitu … tak bisa ditebak," balasnya ketika pandangannya menangkap tiga sosok anak kecil yang familiar.

Senyumnya yang langka muncul. Sambil menepuk kepala Yang Hebat, dia menujukan kata-kata selanjutnya ke tiga anak kecil tersebut. "Dan aku tidak mengira kalian benar-benar nekat."

Yoo Jonghyuk menunjukkan kemarahan hebat dan memelototinya.

***