webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 40 : The First Nightmares (2)

Time Controller sekuat tenaga mengikat nama yang berarti untuknya, 'Kim Dokja' ketika dia melintasi Hole dan mulai melaksanakan tugasnya yang terbengkalai. Sedikit fragmen manusiawi lenyap tanpa bekas, tetapi dia tidak goyah karena yakin pada sesuatu, yaitu sebagian diri manusianya ada bersama Master Of Abyss.

Tik tak tik tak!!!

Melayang di kehampaan, menelusuri satu per satu arloji saku kuno yang mengambang hingga meraih salah satunya.  Arloji yang rusak, jarum penunjuk tak lagi bergerak, dengan jari telunjuknya yang menyentuh poros pemutar, arloji itu memperbaiki diri. Namun, jarum penunjuk tetap berhenti. Time Controller menyimpannya dalam saku mantel putihnya.

Dia mengumpulkan jiwa-jiwa yang telah terhenti dalam reinkarnasi maupun regresi, dan mengambil jejak yang ditinggalkan Dewa Terkutuk itu. Banyak hal berubah, sedikit demi sedikit dari semua arloji yang mengambang, ada yang berkarat secara misterius, ada yang rusak parah sampai yang hancur setengahnya. Time Controller mengepalkan genggamannya di arloji setengah hancur itu. Pikirannya berputar, kembali ke saat 'momen penyegelan' Dewa Terkutuk itu.

Dia gagal, benar. Oleh sebab itu, 'musuh di balik layar' mengejarnya, mengganggu dan ada kemungkinan akan membahayakan mereka, orang-orang yang dia anggap sebagai rekannya. Ini memang sulit dipahami, tetapi dengan terus mengikuti arah perjalanannya, satu per satu dari segala hal yang menjadi alasannya akan terkuak.

Time Controller menyedot pecahan yang tajam, setipis jarum terkecil dan bersinar seperti batu obsidian yang menempel di arloji tersebut, mengkilap di ruang hampa nan gelap. Alam semesta sebagian besar terdiri dari materi gelap dan energi gelap, karena itulah apapun yang disebut gelap atau hitam itu pemandangan yang wajar.

Sambil melaksanakan tugasnya, dia mengingat perjalanan hidupnya sebagai manusia yang terkesan seumur hidup sebelum kebenaran tentang dirinya sendiri terbongkar. Dia berada dalam bayang-bayang dirinya sendiri selama menjadi 'manusia', katakanlah ini seperti dia akan mengingat tentang dirinya sebenarnya setelah menyelesaikan 'bagian ini' dan 'akhir dari bagian ini'.

Dan proses tersebut lengkap sehingga dia 'ada', mau tak mau dia harus menerimanya dan itu juga demi mereka. Dia tahu ini bukan keselamatan karena mereka menganggapnya 'kutukan', sedikit rencana membuat mereka membencinya dengan mengandalkan Ar juga tidak berhasil. Oh, dia tak tahu mengapa mereka sangat menyukainya hingga rela berjuang sekeras ini, walaupun mengetahui bahwa mereka akan kecewa lagi?

Bagian pertama setelah gagalnya penyegelan Dewa Terkutuk, Time Controller membuat permintaan yang dikabulkan The First Nightmares, penguncian cerita.

Setelah membayar 'harga' yang tepat, dia akan mendapatkan 'cerita' dirinya sendiri secara otomatis. Jadi, dia memilih memulai sebagai setengah manusia di cabang akar terbesar di bawah naungan The First Nightmares. Kemudian, bagian pertama dibayar ketika dia bertemu Ar, tetapi akhirnya terkunci lagi sebab penjegalan tak terduga dari 'Naga Jahat' atau dia sangat tahu bahwa 'Naga Jahat' itu adalah 'musuh di balik layar'.

Karena berbagai penjegalan yang dilakukan 'musuh di balik layar', maka Time Controller terpaksa menggunakan otoritas sementara yang diizinkan The First Nightmares untuk menyalin suatu dunia di akar yang berbeda, dan jumlahnya hampir membuatnya menyesal. Tentu saja, hasil salinan itu selesai ketika bagian pertamanya dimulai lagi, dan kala itu sebagai manusia yang malang.

Sejujurnya 'musuh di balik layar' belum membalas dendam, semua penjegalannya hanyalah pemanasan. Time Controller memikirkan dua eksistensi yang harus dia hadapi saat ini, membaca lagi cerita bagian awal dari dirinya kemudian menyeret garis yang menghubungkan semua arloji. Pada saat berikutnya, pintu-pintu terbentuk dari arloji-arloji itu.

Semua dalam warna hitam yang memancarkan fluktuasi berbeda, bayangkan saja batu obsidian yang mengkilap.

Dia memasuki salah satu pintu untuk berburu kunci yang rusak dari penyegelan Dewa Terkutuk.

***

Yang Hebat merasakan sesuatu di dalam dirinya hangat, dia meringkuk lebih erat dalam pelukan Plotter. "Hyung!" panggilnya tiba-tiba. Plotter membalas dengan senandung, "Hng?" Dengan nada lembut.

"The First Nightmares memanggil." Ekspresi Plotter berubah suram setelah mendengar Yang Hebat mengatakan itu.

"Aku tahu, kita akan ke sana bersama," bisiknya sambil melangkah masuk ke dalam portal yang terbentuk di depannya.

Kim Namwoon, Lee Hyunsung, Lee Jihye dari putaran ke-999 serta Uriel menunggu sebentar sebelum mengekori mereka. Yang terakhir ragu-ragu, dia berbalik untuk menatap cahaya kebiruan dalam botol kaca yang dipegang Master Of Abyss.

"Aku akan merawatnya dengan baik," ucap Master Of Abyss diikuti anggukan Master Teater Simulacrum, Nirvana Moebius, dan Eater Dream.

Akhirnya Uriel merasa tenang, dia menyentuh botol kaca itu untuk kehangatannya yang tersisa sambil berbisik, "Kau harus hidup dengan baik dan kembali bersama teman-temanmu dengan benar."

Uriel tahu bahwa pecahan jiwa itu kosong. Namun, dia masih memiliki harapan yang sedikit mencekik. Situasi telah berubah setelah Plotter menjadi pemilik Tower Of Nightmares, di antara mereka yang berada di sini, hanya Yang Hebat yang mendapatkan 'pesan' istimewa dari 'pemilik sebelumnya'. Oleh karena itu, Yang Hebat membuka portal dengan persetujuan The First Nightmares untuk menuju ke tempatnya, tidak, mungkin di bawahnya. Yang Hebat tak tahu pasti.

Yang terakhir memberitahu mereka sesuatu tentang nasib dunia di bawah Tower Of Nightmares tergantung dari apa yang akan mereka hadapi di 'sana'.

Jadi, mereka memutuskan untuk bertindak daripada menunggu dan melihat hanya untuk ditusuk dari belakang, yang kemungkinan dilakukan oleh anak itu. Mengurus anak lelaki benar-benar sulit, apalagi yang dimaksud adalah anak yang keras kepala dan suka menyembunyikan sesuatu. Mereka sebenarnya tak peduli apakah identitasnya adalah Dewa atau bahkan eksistensi yang lain, yang mereka inginkan hanya hidup bersamanya. Dia adalah tujuan hidup mereka, kru regresi-999 termasuk Plotter.

Uriel menutup matanya sejenak kemudian memasuki portal, dia yang terakhir sebelum portal menghilang.

Lantai tertinggi Pohon Ilusi, kamar God of Stories ini menjadi basis sementara Master Of Abyss bersama bawahannya untuk memulihkan diri dan menjaga pecahan jiwa kosong tersebut.

Jiwa kebiruan beresonansi dengan ruangan khusus ini dengan meningkatkan intensitas cahayanya. Pada saat ini, Master Of Abyss mengambil langkah menuju kebebasannya dari dunia 'makrokosmos'.

***

Kompleks Industri Yoo Jonghyuk.

Lee Sookyung dan Sun Wukong yang mendadak muncul dari udara kosong mengejutkan anggota partai yang tersisa. Lee Seolhwa segera melakukan perawatan kepada mereka ketika melihat kondisi keduanya tidak baik.

Sudah sekitar tiga bulan lebih sejak kelompok Yoo Jonghyuk pergi dan sekarang dua orang yang paling dicari akhirnya pulang. Bukan hanya Lee Seolhwa saja, tetapi juga yang lain bertanya-tanya di mana saja kedua orang ini selama ini?

Jawaban yang keluar malah lemparan kertas-kertas dan sebuah buku. Namun, saat mereka membacanya, mata mereka membulat dan ekspresi tercengang mereka dapat dianggap lucu.

Yoo Miah menunjuk tulisan yang tertulis di kertas dengan tangan gemetar. "Ahjussi itu siapa?!" tanyanya ketakutan.

Sun Wukong terdiam, tak bisa menjawab. Begitu pula dengan Lee Sookyung. Jika harus dijelaskan, mereka berdua sendiri kebingungan.

<Kim Dokja Umur 28 Tahun(end)>

<Aku ingin hidup>

<Aku ingin mati>

<Protagonis itu sepertiku>

<Namun, aku tidak bisa mati>

<Oleh karena itu aku memilih pilihan ini>

Itulah isi yang mereka baca dari kertas-kertas yang dibawa Sun Wukong. Sementara buku dengan judul yang jelas membuat mereka ragu untuk membacanya. Aileen, Mark, dan Anna Croft yang jarang ikut campur karena dia lebih memfokuskan perhatian ke pemerintah saat ini merenungi kalimat-kalimat itu.

Ada makna tersirat. Dan satu hal yang akhirnya mereka akui, yaitu Kim Dokja yang sebenarnya telah mati dan Kim Dokja yang mereka kenal bukan manusia.

***