webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 37 : Kaleidoskop (2)

-Apakah kau sudah mendapatkan apa yang selama ini kau inginkan, Jaehwan?

Pertanyaan yang telah lama terlupakan dan sekarang menyeruak dari arsip-arsip memori yang tersembunyi dalam dirinya, pertanyaan dari <Big Brother> nya ketika mereka pertama kali bertemu. Apa yang selama ini dia inginkan? Dia sendiri tidak tahu tujuan pastinya seolah dia ada hanya untuk melakukan tugas yang diberikan.

Menjadi kuat? Dia sudah kuat sampai tahap yang tidak dapat diperkirakan, namun dia tidak bisa menggunakan seluruh kekuatannya, apa alasannya? Monarch Jaehwan terikat oleh aturan Tower Of Nightmares, mimpi dari mimpi buruk, menara dalam menara.

Dunia ilusi itu adalah dunia yang tak dia ketahui, atau mungkin dia merasa akrab namun dia yakin bahwa arsip memorinya tidak menyimpan kenangan tentang dunia ilusi itu yang membuat pikirannya sedikit bengkok.

-Kenapa? Pertanyaan 'ini' selalu menyebalkan, tetapi aku ingin menanyakannya. Kenapa hal semacam ini ada?

Monarch Jaehwan sampai pada satu kesimpulan, yaitu pengatur panggung sedang mencoba memperbaikinya sehingga aktor yang bermain mendapatkan naskah asli yang telah lama usang dan yang menjadi fokus perhatian adalah naskah asli itu direvisi di beberapa bagian. Ketika dunia ilusi yang dia jalani tiba-tiba retak dan hancur, dia terlalu terkejut untuk memulihkan kesadarannya yang hampir terputus.

Kenangan-kenangan yang baru memasuki arsip memorinya satu per satu seolah air bah yang tertuang tanpa jeda dan itu kotor dalam artian menyebabkan arsip memorinya yang tertata rapi berantakan.

Energi hangat berwarna biru cerah menyelimuti tubuhnya yang sekaku patung dan murid-murid matanya mulai memancarkan cahaya lagi, lebih cerah dan tatapannya berubah lebih tajam dari sebelumnya. Penglihatannya langsung memantulkan bayangan orang-orang malang di ruangan yang sama, ruang Ujian Tower Of Nightmares yang telah kehilangan pemilik sebelumnya, dan sekarang pemilik baru memulai kekuasaannya atas semua mimpi buruk dan dunia cerita yang tak bisa dipercaya walau benar-benar terjadi.

"<Big Brother>...." Dia bergumam sambil mengingat perasaan hangat seperti seseorang memeluknya dan memberinya penghiburan atas segala kesengsaraan yang telah dia lalui.

Dia mengamati satu per satu wajah asing dari individu yang berani datang ke sini, masalahnya adalah bagaimana cara mereka bisa berada di sini tanpa mengalami kerusakan? Mereka bukan Juri, bukan Penjelajah, dan jelas bukan salah satu pekerja baru yang dibangunkan Tower Of Nightmares. Akan tetapi, mereka, sekelompok orang aneh yang meneriakkan nama 'Kim Dokja' pada <Big Brother> nya, tetap baik-baik saja. Itu hanya berarti satu hal, entah Tower Of Nightmares mengizinkannya ataukah <Big Brother> nya menanggung resiko demi mereka.

Mungkin yang pertama lebih mendekati fakta karena Monarch Jaehwan menganalisis situasi saat ini dengan arsip memorinya yang kacau balau namun pemuatannya menjadi lebih cepat dalam memproses informasi.

God Of Stories memintanya untuk mengantar orang-orang aneh ini ke Laboratorium Pohon Ilusi, tentu saja dia akan menurutinya dengan tujuan yang berbeda, dia harus mencaritahu dan menempatkan fragmen yang tepat ke bagian kosong yang dicetak arsip memorinya.

Orang-orang yang mengikutinya seperti robot tanpa jiwa, berbaris di belakang dan berjalan seperti siput, Monarch Jaehwan mengutuk dalam benaknya sebab dia tak mau repot-repot mengeluarkan suara untuk mereka.

Setelah beberapa saat lamanya mereka sampai, hampir membuat Monarch Jaehwan kehilangan kendali kejengkelannya pada betapa menyebalkannya ekspresi orang-orang ini seolah dunia mereka hancur, meskipun dia tahu itu benar, dunia mereka adalah orang itu, <Big Brother> nya. Yah, dia akan berpura-pura tidak tahu untuk saat ini, mari bermain bodoh. Itu lebih baik menurutnya sama seperti yang dilakukan <Big Brother> nya, bermain bodoh, berpura-pura tak tahu, tetapi sebenarnya lebih tahu dari siapapun. Itulah ciri khas orang itu.

Laboratorium Pohon Ilusi dengan pintu terbuka seolah sudah menunggu mereka tanpa harus membukanya sendiri. Dengan sedikit keraguan, Monarch Jaehwan menggiring para domba depresi itu masuk kemudian mengurus bisnisnya sendiri sambil mengabaikan mereka.

...

Mata kecoklatan Lee Gilyoung menangkap pantulan cahaya menyilaukan dari salah satu lemari kaca dalam Laboratorium ini, seperti kucing yang menemukan kunang-kunang cahaya, dia bergerak secara alami ke lemari kaca di sisi kirinya yang agak jauh, Shin Yoosung melihatnya kemudian mengikuti.

['Hadiah' yang dijanjikan ada di ruangan ini]

[Silahkan lihat petunjuk untuk menemukan 'hadiah' khusus Anda]

Han Sooyoung berkedip pada pesan sistem yang dia rindukan semenjak peristiwa yang mengguncang jiwanya. Laboratorium Pohon Ilusi yang sebenarnya telah hancur, dan itu direnovasi kemudian dijadikan museum pajangan benda-benda yang tak bisa dijelaskan bentuknya serta beberapa alat dan bola-bola kaca yang disimpan hati-hati di lemari kaca.

Yang lain memeriksa meja, alat-alat penelitian, serta lemari untuk setidaknya mengurangi kesedihan yang hampir bisa disebut kebohongan, tidak nyata, karena mereka menolak untuk merasa sedih namun itu masih terasa. Emosi berlawanan berbenturan sehingga mereka tak tahu lagi harus melakukan apa selain menurut dan bertindak sesuai naluri.

Yoo Sangah yang pertama menemukan hadiahnya, itu dalam bentuk sebuah buku yang menariknya mendekat. Judul yang tertulis adalah <Por Favor Dinero>, kalimat yang tak bisa dia lupakan karena itu adalah awal interaksinya dengan orang itu.

Dengan tangan yang tanpa sadar gemetar, dia membalik halaman pertama dan selanjutnya untuk membacanya sekilas. Akan tetapi, pada saat berikutnya, dia cepat-cepat membalik ke halaman pertama lagi lalu membacanya lebih teliti, tidak melewatkan satu kata pun dari buku yang bercetak tebal dan memiliki kesan misterius seakan-akan bisa hilang kapan saja.

"Ah..."

Tetesan air meresap ke halaman pertama buku itu dan merembes ke bawahnya, itu bukan buku ajaib, melainkan buku biasa, namun isinya mengkhianati tampilannya.

-Kau harus membayar untuk mengetahui sesuatu yang seharusnya tak diketahui, kau pernah mengalaminya, benarkan, Yoo Sangah-ssi?

Bisikan 'Kim Dokja' dari dunia ilusi meresap kembali dalam kepalanya yang terbentur cerita baru. Yoo Sangah memahami maksud bisikan tersebut, dan cerita yang disampaikan buku di tangannya menegaskan artinya.

...

Lee Gilyoung menatap kosong ke bola kaca berisi belalang, tanda dari pertemuan pertamanya dengan 'Kim Dokja', hyung-nya. Apa ini hadiah yang dijanjikan? Tanda kenangan bersama? Seolah takkan kembali pada mereka sehingga orang itu meninggalkan barang-barang yang menunjukkan bahwa dia ada.

Shin Yoosung di sisi lain mengetuk-ngetuk kubus kaca berisi cumi-cumi kecil yang bergerak-gerak dan menempelkan tentakelnya untuk menyentuh ujung jari Shin Yoosung dari balik lapisan kaca. Mata yang terakhir berkaca-kaca dan dengan penuh kerinduan memeluk kubus kaca kemudian terduduk dan menangis tersedu-sedu. Dia merasa menjadi gadis paling cengeng dari semuanya, bahkan Lee Jihye tidak melihat hadiahnya, malah langsung membungkusnya dalam mantel dimensi Han Sooyoung sebelum duduk mengamati anggota kelompok lain dari sudut ruangan dengan ekspresi tenang di luar.

Namgung Minyoung, Kyrgios, dan Jang Hayoung menemukan pedang yang terbungkus aura dan ukuran yang berbeda, masing-masing mengetahui bahwa itu adalah hadiahnya, senjata yang tak bisa dihancurkan, dalam sekali pandang, mereka yakin akan hal itu.

Lee Hyunsung yang berjalan tertatih-tatih didukung oleh Jung Heewon mengambil perisai besi yang familiar, perisai besi pertama yang diberikan 'Kim Dokja' padanya. Namun, perisai besi ini bukan perisai yang rusak atau mudah retak seperti perisai besi yang dia tahu, tidak, lebih tepatnya perisai yang terlihat usang ini justru sangat kuat untuk melindungi banyak orang sekaligus.

Jung Heewon di sisinya melirik hadiah yang dipegangnya, pedang penghakiman yang sama dengan yang dia miliki, tetapi dia tahu sangat jelas bahwa itu berbeda dalam hal kekuatan yang dipancarkan. Dia bertanya-tanya untuk apa 'Kim Dokja' memberi mereka hadiah berupa senjata? Apakah mereka akan menghadapi pertarungan lagi yang membutuhkan kekuatan senjata dan perisai terkuat ini? Mungkin dia terlalu memikirkannya. Mungkin saja inilah cara 'Kim Dokja' mengucapkan selamat tinggal dengan benar kepada mereka.

Han Sooyoung mengatupkan bibirnya ketika menerima hadiah yang berbeda dari lainnya. Itu adalah keterampilan khusus.

+

1. Penerjemah Cerita

2. Penganalisis masa depan

3. Sudut pandang penulis

+

Dia tak bisa mengerti fungsi dari keterampilan yang terakhir, itu bukan judul novel yang dia ingin 'Kim Dokja' membacanya dan itu telah terjadi, itu berbeda dari subyeknya, atau pemainnya.

Namun, dia tidak perlu mempertanyakan itu lebih lama karena -

[Pilih cerita yang ingin Anda revisi]

Han Sooyoung tidak bisa menahan diri untuk tidak menjatuhkan rahangnya.

***