webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 35 : Rahasia Langit (1)

{Oh, anakku yang malang. Tidakkah kau sudah mempersiapkan hal ini sebelumnya?}

"Hah!"

Kim Dokja menghela napas keras-keras seolah dia benar-benar lelah dengan semua ini dan menentukan keselamatannya, kematian jauh luar biasa lebih baik untuknya. Dengan berat hati, dia menerima alasannya menjadi pemegang rahasia langit. Tidur abadi yang diimpikannya telah lenyap, dan sekarang dia harus menghadapi perannya yang sesungguhnya.

Kurang lebih, dirinya yang lain, pria bertopeng putih itu telah mengetahuinya. Bahwa sebelum mereka terpisah, dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan jiwanya yang terus-menerus mendesak untuk mencaritahu rahasia langit, karena siapakah itu?

Waktu, apakah ada seseorang yang dapat melihat seperti apa bentuknya? Bagi manusia itu adalah detak jarum jam yang selalu berputar dan perubahan dari pagi menjadi malam, namun apakah ada yang benar-benar tahu apa itu waktu?

Waktu, keabstrakan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, beberapa sangat menghargainya, sementara beberapa sangat takut padanya. Akan tetapi, apa yang akan terjadi bila simbol dari waktu itu sendiri berbaur dengan bentuk kehidupan?

-Tak ada siapapun yang bisa kembali ke masa lalu.

Siapapun dapat berarti seseorang bukan apapun. Jika dijabarkan adalah seperti ini; makhluk hidup dan benda mati atau simbol dari sesuatu jelas sangat berbeda. Katakanlah bahwa dia adalah pengendali waktu bukan hanya untuk satu garis dunia namun seluruhnya dan dia memimpikan sebuah dunia dimana dia dapat berbaur, tetapi dia tahu bahwa tak ada yang akan benar-benar menerima dirinya.

-Penjelajah yang Tertinggal

—Melewati ruang mimpi yang fana, seorang penjelajah tertinggal dalam kabut mimpi tanpa akhir.

Time Controller adalah julukan barunya menggantikan ceritanya sebagai Penjelajah yang Tertinggal, Nightmares, dan sebagian jiwa dari pria bertopeng itu yang merupakan utusan keabadian dan epilog. Darimana dia mendapatkan gelar sebagai utusan keabadian dan epilog? The First Nightmares lah yang memberikannya karena Time Controller bersemayam dalam jiwa pria itu, ketika pria itu memutuskan membagi jiwanya dengan mantra distorsi waktu, Time Controller terlepas darinya.

{Apa kau benar-benar ingin melakukan ini, nak? Kau akan melalui ruang yang tanpa akhir sekali lagi. Bukankah kau dulu meminta padaku untuk memberikanmu seorang teman?}

Time Controller masih ingin dipanggil sebagai Kim Dokja, manusia atau makhluk hidup yang bukan simbol. Dia membuka mulutnya. "Memang. Dan aku sudah mendapatkannya, sebagian dari diriku ada di luar sana."

Itu adalah saat Dinding Keempat, Master Of Abyss, mencuri sebagian jiwanya yang ternoda dan termakan oleh jiwa asli, hampir seperti dia akhirnya bersemayam lagi. Namun, jiwa asli sama sekali tidak berniat memakannya, justru sebaliknya. Mungkinkah jiwa yang asli, pria dengan topeng putih itu telah mengetahuinya lebih lama dari yang dia perkirakan?

{Meskipun begitu, kau ada di sini, yang di luar sana adalah cangkang kosongmu.}

"Benar. Namun, aku selalu bisa memasuki cangkangku kapan saja, kan? Tentu saja, setelah aku selesai membayar hutangku,"tuturnya.

Dia mulai memanipulasi sesuatu di ruang kosong ini, penghalang keemasan yang seperti air menguap dan akhirnya menampilkan interior sebenarnya. Ada banyak sekali liontin waktu, jam dinding, arloji saku kuno, dan segala bentuk penunjuk waktu kuno contohnya jam matahari. Semua mengelilinginya dan mulai memancarkan cahaya. Hal yang dia beritahukan tentang ruang penyegelan memang benar, ini adalah tempat penyegelan bagi yang lain selain dirinya, dan dia lah yang mengendalikan segel itu. Di salah satu sudut, terdapat jam berwarna hitam yang mengkilap, ada nama yang tertulis.

<Utusan Keabadian dan Epilog>

Kim Dokja mengingat memoar yang tertulis di dokumen rahasia Raja Dokkaebi.

<Wujud dari kekacauan dan malapetaka terlahir dan berkembang>

<Namun, itu terbelah dua>

<Salah satu dari keduanya harus musnah untuk mencegah kehancuran semua dunia>

"Salah satunya memang benar-benar musnah," gumamnya.

Musnah dalam artian takkan terbangun lagi selamanya.

Tak... Tak.... Tak...

Jarum jam berdetak, tak peduli relatifnya waktu itu di berbagai tempat yang berbeda, ada yang berjalan sangat lambat, ada yang sangat cepat, dan juga yang setengah-setengah. Untuk dunia dengan waktu lambat akan mengalami kerusakan berkala lebih lambat dari lainnya dan memiliki keunggulan yaitu tekanan yang kuat menyebabkan penduduknya hebat. Waktu yang relatif tidak hanya untuk dunia, tetapi juga makhluk hidup.

Dan dia, Time Controller, kembali melaksanakan tugasnya. Hanya dia saja yang dapat kembali ke masa lalu ataupun menuju masa depan, serta masa sekarang, tentu saja dia harus membayar biayanya dengan cerita dan emosinya. Setiap kali kembali ke masa lalu dari garis dunia yang terpilih, cerita dan emosinya terkikis.

Apakah pengkhianatan Master Of Abyss bisa dianggap sebagai berkah? Kim Dokja merasa bersyukur karena itu. Lalu untuk apa kembali ke masa lalu?

Pertanyaan yang seharusnya tak memerlukan jawaban, setiap makhluk pasti pernah bermimpi untuk kembali ke masa lalu demi mengubah atau menghentikan sesuatu. Kim Dokja, Time Controller, memiliki tujuan yang sedikit berbeda dalam perannya. Akan tetapi, tak bisa disangkal bahwa dia mempunyai keinginan tersembunyi untuk mengubah sesuatu.

{God Of Stories berencana menggantikanmu}

Sepertinya The First Nightmares masih ingin bermain-main dengannya, dia membalas. "Dia tak tahu apa yang mau dia gantikan, dan apakah kau sengaja membujuknya?"

The First Nightmares mengeluarkan suara nyaring. {Ya, aku ingin melihat hubungan macam apa yang kau miliki dengan para makhluk fana itu}

Kim Dokja mendengus. "Jangan awasi mereka lagi," pintanya.

{Tentu, sesuai keinginanmu, Anakku}

Dan Kim Dokja sebagai Time Controller memulai perjalanan tanpa akhir ke berbagai waktu di garis dunia yang terpilih.

***

Partai itu roboh entah karena kelelahan atau mungkin kehancuran dalam hati. Yoo Jonghyuk menyentuh cairan bekas tubuh pria bertopeng yang telah musnah. Ruangan putih berdengung nyaring hampir menghancurkan gendang telinga mereka semua.

"Ahjussi!!!!!!!!"

"Kim Dokja!!!!!"

"Hyung!!!!!"

Shin Yoosung, Jung Heewon, dan Lee Gilyoung menyeret tubuh terluka mereka ke tempat cairan itu berada. Berwarna transparan dan bercahaya, Yoo Jonghyuk meraihnya walaupun tahu bahwa itu sia-sia. Terasa hangat serta lembut, perlahan cairan itu menghilang menjadi debu halus dan menyebar ke sekitar.

Anggota partai tahu bahwa mereka tidak bisa membenci Kim Dokja, tidak peduli sekuat apapun mereka berusaha membencinya. Tidak mungkin, mereka tidak bisa, benar-benar tidak. Kim Dokja adalah dunia mereka, penyelamat, serta rekan yang paling mereka sayangi.

Han Sooyoung yang duluan sampai di samping Yoo Jonghyuk, dia melakukan hal yang sama, menyentuh cairan hangat itu. Air mata yang dia pikir tak akan pernah mengalir lagi, ternyata keluar seperti bendungan pecah.

"Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kami datang sejauh ini untukmu, kenapa? Katakan sesuatu!!!"

Han Sooyoung memukuli lengan Yoo Jonghyuk lalu berteriak-teriak. "Kau! Kau yang menyerangnya duluan! Aku tahu dia jahat dan melukai kita, tapi dia tetaplah Kim Dokja!"

Yoo Jonghyuk tanpa sadar bergumam berulang-ulang. "Dia bukan Kim Dokja. Dia... bukan ...…pasti bukan." Dengan mata yang telah kehilangan cahaya. Beberapa saat sebelumnya, dia bersama orang itu, saling berbicara dari hati ke hati yang belum pernah mereka lakukan, kemudian sekarang dia tak tahu apa yang harus dia rasakan. Marah? Sedih? Kecewa?

Shin Yoosung, Lee Gilyoung, dan Jung Heewon tiba ketika cairan tersebut tinggal sedikit. Jung Heewon mengambilnya dengan kedua tangan, namun cairan bercahaya kebiruan itu sedikit demi sedikit menguap menjadi kristal cahaya yang menuju ke atas.

Anggota lain masih berada jauh di belakang, tak sanggup untuk melihat apapun yang ada di tengah ruangan.

<<Kepemilikan telah diganti>>

<<Tower Of Nightmares memanggil pemilik barunya>>

Pesan merah besar di atas memberitahukan kepastian bahwa pemilik sebelumnya benar-benar telah tiada. Meskipun, mereka tidak mengetahui pasti kebenarannya, setidaknya mereka tahu satu hal. Orang itu takkan ada lagi. Tidak peduli seberapa keras penyangkalan bahwa bukan orang itu yang sekarang menjadi cairan, lalu siapa lagi kalau bukan? Percakapan yang terjadi antara Yoo Jonghyuk dan orang itu tak terdengar jelas oleh mereka.

Tap...Tap...Tap....

Langkah kaki yang sengaja dikeraskan mengalihkan perhatian mereka. Itu adalah Plotter dengan Yang Hebat di pelukannya. Kristal cahaya beresonansi begitu melakukan kontak dengan Yang Hebat. Tangan kanan yang hilang tumbuh kembali dan jelas terlihat seperti semula.

"Reader," ucapnya sambil menatap tangan kanannya yang disembuhkan. Di tengah kristal cahaya yang mengelilinginya dengan kehangatan, ada pesan tersembunyi yang langsung tersampaikan. Kelopak matanya terbuka lebar. Plotter yang memeluknya bisa merasakan perasaannya yang seperti ombak, itu kacau.

Menepuk kepalanya dengan lembut lalu menyerukan pemberitahuan. "Aku pemilik baru Tower Of Nightmares."

Yang lainnya ternganga menatapnya, bahkan Yoo Jonghyuk langsung berdiri menghadapi Plotter.

"Aku memilih ini, apa yang akan terjadi pada semua dunia di bawah pengaruhnya jika pemiliknya tak ada?  Jelas akan muncul kekacauan yang mengarah ke kehancuran," jelas Plotter panjang lebar.

"Lagipula," lanjutnya. "Aku tidak sendirian, aku memiliki pendampingku bersamaku."

Tatapan kasih sayang diarahkan ke anak kecil dalam gendongannya.

"Jadi, selamat tinggal. Kalian akan kembali ke dunia kalian lewat portal yang sama. Dan satu hal lagi... percayalah pada teriakan hati kalian," terusnya lagi sebelum berbalik dengan langkah pelan menuju altar.

Dia berpapasan dengan God Of Stories yang pucat seperti mayat hidup. Mereka saling berpandangan sesaat dengan penuh arti masing-masing kemudian membuang muka.

Tiga transenden mengamati punggung Plotter yang perlahan menghilang setelah memasuki altar.

Monarch Jaehwan dan Lee Hyunsung mendapatkan penyembuhan dari kristal cahaya yang melayang menuju keduanya. Yang pertama adalah penyembuhan mental, sementara yang terakhir adalah penyembuhan fisik.

Luka-luka kecil partai Yoo Jonghyuk juga sembuh seolah pertarungan sebelumnya tak pernah terjadi dan hanya ilusi.

God Of Stories menyentuh manik-manik hitam di lehernya lalu menentukan keputusannya. Dia memegang bahu Yoo Jonghyuk kemudian berbisik. "Mari lakukan perjalanan bersamaku sebentar. Anggota partaimu akan pergi lebih dulu dan sampai dengan selamat."

Dia menarik napas kuat-kuat sebelum berbicara keras kepada lainnya. "Hadiah yang ingin dia berikan kepada kalian tak ada di sini, sebelum kembali ke dunia kalian, ambil hadiah itu di Laboratorium Pohon Ilusi. Monarch Jaehwan akan memandu kalian."

Cairan tersebut telah lenyap dan butiran kristal cahaya meredup sebelum padam. Yang tersisa adalah kekosongan.

Semua selain God Of Stories dan Yoo Jonghyuk menuju altar dengan patuh dan menghilang seakan mereka akan menuruti apapun yang dikatakan yang pertama.

"Akan kutunjukkan padamu, cerita yang mustahil diubah, lebih mirip sebagai kenangan menurutku," ujar God Of Stories dengan nada datar sambil membuka penyimpanan cerita.

"Ini adalah permintaan terakhir yang dia minta padaku," ucapnya pelan.

***