webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 34 : Mari Bertemu Lagi (2)

Pembaca, penulis, dan protagonis berbagi kisah yang sama dan masing-masing mulai mengingat apa saja yang telah dilalui selama ini, kecuali Kim Dokja. Dia mulai melemparkan bom di tengah reuni mengharukan ini.

"Aku pikir The First Nightmares menjadi baik hati terhadapku."

God Of Stories merasa ada sesuatu yang terasa salah dari pernyataan itu, dia bertanya-tanya. "Apa maksudmu?"

Kim Dokja menatap matanya dengan intens, yang terakhir memiliki rasa gelisah karena apa yang dia prediksi tentang alasannya bisa berada di sini benar-benar nyata.

"Menurut kalian bagaimana kalian bisa ada di sini?" tanya Kim Dokja.

God Of Stories dan Yoo Jonghyuk saling berpandangan sekilas kemudian menyadarinya, mereka tak tahu tempat apa ini, yang pertama menebak bahwa ini adalah ruang seperti perpustakaan atau semacamnya, sementara yang terakhir sempat mengira ini adalah surga, yah itu sedikit konyol.

Kim Dokja memandang dua orang yang saat ini berada di depannya dengan perasaan rumit. Mempertanyakan sekali lagi apakah dia telah menempatkan pecahan segelnya dengan benar dan sudahkah dia mempersiapkan segalanya untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi?

Dia melambaikan tangannya di depan mereka untuk mengalihkan perhatian, dalam layar smartphone Kim Dokja, mereka melihatnya.

"Han Sooyoung, bukankah kau seharusnya tahu?"

God Of Stories memucat dan menunjuk apa yang ditampilkan di layar dengan gemetaran.

"Apa yang kau korbankan kali ini, Kim Dokja? Kau menghentikan aliran waktu yang mustahil!"

Di layar adalah pemandangan di dunia kiamat itu, tak ada yang bergerak di sana selain pria bertopeng putih yang tampaknya menggumamkan sesuatu.

Yoo Jonghyuk memelototi Kim Dokja dengan amarah yang meluap-luap setelah mendengar kata-kata God Of Stories dan melihat sendiri peristiwa tersebut. Kim Dokja hanya tersenyum dengan senyumnya yang memuakkan, selalu begitu ketika dia merencanakan sesuatu yang membalikkan seluruh keadaan.

"Sepertinya bukan kau yang dipermainkan, tapi kau lah yang mempermainkan," sindir Yoo Jonghyuk.

Kim Dokja terkekeh lalu mematikan smartphone-nya, cerita yang dia bagi dengan mereka sebelumnya adalah sesuatu yang dia baca secara ringkas.

<Tiga Cara Bertahan Hidup di Dunia yang Hancur>

<Cara pertama, regresi. Yoo Jonghyuk membuktikannya>

<Cara kedua, melintasi dimensi. Jang Hayoung menjadi pelintas dimensi dengan keberuntungan karena memiliki Dinding Tidak Dikenal>

<Cara ketiga, reinkarnasi. Penjaga Mandala di pulau reinkarnator telah mempertahankan lingkaran dalam persegi proses kehidupan>

Namun, tiga cara bukan berarti hanya tiga orang yang selamat. Kim Dokja menekankan hal itu berkali-kali dalam kepalanya. Itu hanyalah metode yang diberitahukan secara langsung, tetapi sebenarnya ada metode lain yang tak bisa diterima yaitu pengorbanan eksistensi yang menjadi dalang dari semuanya.

Dia akan mengakhiri pengorbanan payahnya jika saja The First Nightmares tidak membanjirinya dengan informasi yang selama ini dicari oleh dirinya yang lain. Kenapa? Kenapa harus dia yang mengetahuinya? Apakah karena The First Nightmares menganggapnya sanggup menanggung informasi tersebut tanpa membayar? Tidak mungkin, tak ada yang gratis. Kim Dokja merevisi penyelesaian bagian terakhir dari akhir yang seharusnya telah selesai.

"Ini adalah ruang penyegelan," jelas Kim Dokja. "Kalian hanya akan berada di sini untuk sementara."

Yoo Jonghyuk menghela napas dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan, dia benar-benar lelah mendengar pengorbanan dari orang di depannya. Selalu, dan selalu begitu tanpa bisa dihentikan. Rasa lelahnya memang tidak bisa dibandingkan dengan orang itu, tidak, Yoo Jonghyuk harus mengakui bahwa bagaimanapun dia menahan dan melarang ataupun mengancam, orang itu sama sekali takkan mengubah pikirannya yang bengkok.

Meskipun hatinya terasa sangat sakit seperti dicabik-cabik, apapun takkan bisa menghentikannya. dia menerimanya sambil berandai-andai tentang dunia dimana orang di depannya bahagia setidaknya hanya untuk sekali saja. Yoo Jonghyuk dengan tulus berharap begitu, seperti di dunia ilusi itu.

"Kau akan tetap di sini?" tanya Yoo Jonghyuk dengan suara serak karena menahan kesedihan. "Benarkan? Pengorbanan konyolmu. Tidak bisakah kau berhenti?"

God Of Stories mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, dia lah yang seharusnya berada di posisi Kim Dokja. Akan tetapi, posisi tersebut telah direbut secara paksa.

"Aku egois." Kim Dokja memulai cerita tentang seperti apa dirinya. "Aku tidak pernah mendengarkan siapapun, aku memonopoli informasi penting dan menggunakannya untuk diriku sendiri. Aku memanfaatkan orang lain seenaknya, dan aku tidak bisa menyukai seseorang secara berlebihan. Terakhir, ...… aku kesepian."

Kim Dokja sejujurnya tidak berniat menceritakan ini, namun ekspresi pasrah mereka membuatnya sekuat tenaga menahan perasaannya sendiri.

Dia tidak butuh simpati dari siapapun, itu tidak berguna.

Murid-murid mata Yoo Jonghyuk bergetar kuat dan amarah yang menguasainya menguap seketika.

"Ini salahku —"

Plak!!!!

Tamparan yang sangat keras menyebabkan Kim Dokja terjungkal dari duduknya dengan ekspresi sangat terkejut. God Of Stories yang muram menamparnya lagi berkali-kali.

Plak!!!

Plak!!!

...

...

...

...

"Tak ada yang menyalahkanmu!!! Tak ada yang menyuruhmu melakukan ini!!! Dan tak ada yang ingin melihatmu begini!!! Semuanya menerimamu, apapun kau itu!!! Dewa, Iblis, Malaikat, Impian Paling Kuno, Konstelasi, Inkarnasi, Orang terkutuk, kami tidak peduli!!! Dan aku perlu memberitahumu bahwa kau tidak sendirian!!!"

God Of Stories menjadi histeris setelah tamparannya berakhir. Kedua pipi Kim Dokja bengkak dan lecet, namun darah yang seharusnya keluar digantikan oleh asap putih. Yang pertama terengah-engah dengan ekspresi ngeri ketika melihat itu seolah keberadaan di depannya bisa menguap kapan saja.

Kim Dokja terdiam, dia terbiasa dengan rasa sakit, namun kali ini rasa sakitnya sangat berbeda, itu menembus jauh ke dalam hatinya yang terkunci. Dia memejamkan matanya sambil menyentuh bekas tamparan.

"Kim Dokja," panggil Yoo Jonghyuk sambil mengambil tangannya. Yang terakhir membuka mata dan balas menatap.

Yoo Jonghyuk melanjutkan. "Apa kau tidak pernah memiliki keinginan untuk bahagia?"

Kim Dokja menggigit bibirnya sebelum menjawab. "Aku memilikinya."

Wajah Yoo Jonghyuk tampak bertekad saat memaparkan permintaannya. "Aku bisa menggantikanmu."

Yang pertama menggeleng dalam penolakan yang jelas. "Kau bukan aku, Yoo Jonghyuk."

Senyum pahit membayangi pemilik wajah terpahat itu. "Aku tahu. Jika ini keinginanmu, maka aku akan tetap di sini."

God Of Stories di sampingnya terperanjat lalu meneriakinya. "Kau tak tahu tempat apa ini!!!"

"Lalu, bukankah kau berniat untuk tinggal juga?" sindir Yoo Jonghyuk tanpa meliriknya.

Sayangnya, Kim Dokja selalu memastikan keberhasilan dari rencananya. "Meskipun kalian mau, kalian tidak bisa tinggal di sini."

Dia berdiri sambil mengantongi smartphone-nya dan menata mantel putihnya. Dua pasang mata yang melebar menatapnya.

God Of Stories dan Yoo Jonghyuk ikut berdiri hanya untuk melihat senyum cerah dari wajah yang bengkak itu.

"Han Sooyoung, Yoo Jonghyuk, terimakasih. Ah, aku hampir lupa menanyakan ini. Apakah kalian tidak pernah menyesal bertemu denganku?"

Pertanyaan macam apa itu setelah sejauh ini? God Of Stories dan Yoo Jonghyuk menggeretakkan giginya.

"Kalian tidak mau menjawab? Apakah sangat sulit?" tanya Kim Dokja yang sangat tak berperasaan.

"Kau!!!"

God Of Stories memiliki ekspresi kosong di wajahnya ketika tangannya tidak bisa menyentuh Kim Dokja, tepatnya itu menembus. "Apa ini? Kim Dokja?"

"Sekarang aku mengerti alasan The First Nightmares memilihku. Pembaca tetaplah pembaca, ini adalah diriku, seorang pembaca bukan anak tunggal."

Sosok Kim Dokja perlahan menjadi transparan seperti hantu, dia mendekati mereka lalu memberikan pelukan yang tak bisa dirasakan.

"Mari bertemu lagi," bisiknya.

Dan pada saat berikutnya, God Of Stories dan Yoo Jonghyuk telah menghilang. Kim Dokja merasa sangat bahagia karena telah mendapatkan perhatian yang begitu besar.

—Dewa, Iblis, Malaikat, Impian Paling Kuno, Konstelasi, Inkarnasi, Orang terkutuk, kami tidak peduli!!!

Tawa kering menyebar ke sekitar, dia mengamati sekali lagi tempat di mana keduanya menghilang.

"Namun, aku bukan salah satu dari semua itu," gumamnya.

***

Pria bertopeng putih menghentikan jatuhnya meteorit-meteorit setelah waktu kembali mengalir. Dia kurang lebih sudah menduga bahwa dirinya yang lain akan memutar balikkan segalanya untuk kesekian kalinya.

Panggung berakhir. Ruangan putih Tower Of Nightmares melingkupi. Pesan dari layar merah yang tak terlihat di panggung sebelumnya, menghitung persentase.

<Kemunculan 100%>

Dan ini mencapai akhir. Bagian terakhir dari akhir benar-benar telah selesai.

<Perpustakaan Abadi mulai mereset ulang>

<!!!!Gagal mereset>

<Penyegelan 100%>

<Perpustakaan Abadi terbelenggu>

<Pemaksaan dimulai>

"Eh? Apa?"

"Tubuhku bergerak sendiri!"

Partai Yoo Jonghyuk panik setelah tiba-tiba panggung berakhir dan kembali ke ruangan putih mengerikan ini. Terlebih tubuh mereka mendadak bergerak sendiri tanpa keinginan.

Di tubuh pria bertopeng putih muncul sinar merah di beberapa bagian tubuh berjumlah 12. Jelas apa artinya itu ketika masing-masing dari mereka mengarahkan senjata padanya tepat pada sinar yang ditunjuk.

'Yoo Jonghyuk' yang pertama menembus tubuhnya dengan pedang lalu menariknya kembali, cipratan darah hitam mengenai mukanya yang menggelap. Aura keemasannya meredup dan dia harus pergi, dia bukan bagian dari dunia di bawah pengasuhan The First Nightmares.

—Hei, protagonis. Terimakasih sudah meminjamkan tubuhmu yang sangat kuat.

—Dan... cobalah untuk bertahan.

Yoo Jonghyuk mendengar suara yang ditinggalkan peminjam tubuhnya setelah dia menyadari apa yang telah dilakukan peminjam itu.

Pedangnya terlepas dan berdenting. Mata di balik topeng putih menatapnya sekilas.

<Fragmen segel 1/12>

Srak!

Pedang Jung Heewon menusuk lengan kiri pria itu.

<Fragmen segel 2/12>

Selanjutnya, anggota partai menyerang tepat di titik sinar merah. Dan —

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

<Fragmen segel 11/12>

Terakhir, God Of Stories meletakkan fragmen segelnya dengan tombak hitam.

<Fragmen segel 12/12>

<Nightmares's Library tersegel>

<The First Nightmares menerima perkembangan yang terjadi>

<Proses selesai>

Pria bertopeng itu memamerkan seringai bahagia, kemudian tubuhnya mulai mencair. Dia takkan terbangun lagi dan mendapatkan kedamaian yang diinginkannya.

***