webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 33 : Bagian Terakhir Dari Akhir (2)

—Kim Dokja berpikir : apakah dia selama ini dipermainkan oleh dirinya yang lain?

Aku membentak. "Apa kau ingin berkelahi?"

Perpustakaan Abadi menjadi sunyi selama beberapa saat, ruangan gelap dan kosong tanpa buku ini menakutiku.

—Dirinya yang lain berkata : jika kau bisa melakukannya, aku yang lemah ini dengan senang hati menerima.

Ada apa dengannya? Aku bergidik untuk sesaat pada keanehan responnya. Sebenarnya bukan itu yang terpenting saat ini, cerita yang dia berikan padaku menimbulkan banyak pertanyaan, seperti bagaimana bisa seperti itu? Bukankah itu begitu tak bisa diterima dan dipahami?

Cerita itu di dunia yang jauh, tepatnya langit yang lain, bukan termasuk asuhan The First Nightmares. Dan di sana, aku hidup sebagai manusia sehingga aku tahu alasan Tower Of Nightmares memberiku nama 'Reader' dan kembaranku 'Kim Dokja', namun kami adalah satu. Itu semua karena pemilik Tower Of Nightmares adalah diriku yang lain yang menyeretku ke sini sambil menipuku.

Apa ini? Aku menipu kembaranku dan diriku yang lain menipuku? Seorang penipu ditipu? Itu bahkan tidak lucu untuk dijadikan lelucon. Tidak, tunggu. Diriku yang lain lah yang selama ini mencampur segala hal dan menyeretku ke sini untuk tujuannya.

Tetapi, kenapa?

Sejujurnya, aku bisa menebak alasannya dengan tepat, tapi itu terlalu sulit bagiku untuk menerima.

"Kau bilang kau ingin menyelamatkan seorang teman, apa itu bohong?" desisku.

—Aku tidak pernah mengatakan itu, kau salah paham. Kau lah yang ingin menyelamatkan seseorang bukan aku.

Sekarang dia mengelak untuk jujur, aku dapat merasakan perubahan suasana hatinya karena dia adalah diriku yang lain. Dia sedang gugup atau mungkin cemas? Itu aneh.

"Kau bilang temanmu akan menghilang jika aku tidak menuruti keinginanmu," desakku.

—Bagaimana, itu tidak ada dalam cerita yang kuberikan —

"Memang, aku hanya menebaknya, maksudku jika aku tidak pernah datang ke sini, sesuatu akan hilang, bukan? Katakanlah, bukan seseorang yang kau maksud tapi sesuatu."

Aku menembak dengan benar penafsiran dari cerita yang dia berikan. Ngomong-ngomong, karena sebagian dari keseluruhan cerita yang kumiliki sejak datang ke sini di awal dan terbangun sebagai generasi pertama ada di tangan kembaranku, aku tidak dapat menyimpulkan lebih lanjut apa 'sesuatu' yang dimaksud diriku yang lain?

—Kau menjengkelkan, oh aku tidak sengaja menyakiti teman-temanmu, ini kabar buruk.

Suara itu terdengar main-main.

Deg!

"Apa? Kau berjanji untuk —" sebelum sempat bertanya, dia menyela.

—Aku tahu, mereka takkan mati, tenang saja. Dan mungkin mereka mulai membencimu.

Aku sudah menduganya, tidak masalah untukku apakah mereka membenciku atau tidak, namun entah kenapa rasa pahit mulai muncul di mulutku.

—Bagian terakhir akan segera datang, jadi bersiaplah untuk pindah.

Aku berkedip bingung pada perintahnya, pindah? Dia tampaknya memahami kebingunganku dengan penjelasan singkat berikut.

—Ada batas untuk seberapa banyak yang bisa diketahui, ini batasku sekarang. Keinginanku membidik rahasia langit dan menguaknya telah gagal, jadi... aku memutuskan untuk berhenti dan memberikanmu akhir yang bahagia tanpa diawasi oleh The First Nightmares.

Aku tercengang dengan betapa bertekadnya dia dari suaranya yang menggema di sekitar. "Kenapa? Kau juga perlu bahagia, kan?" tanyaku meski aku sudah tahu jawabannya.

—'Kutukan' itu akan kutanggung seluruhnya dan kubawa tidur ke tidur abadi, dan kurasa aku sudah merasakan kebahagiaan singkat setelah berbagi sudut pandang denganmu beberapa kali.

Dia sebenarnya mengawasiku sejak awal terbangun sebagai generasi pertama sampai akhir ini, setelah keinginanku terwujud. Tidak, mungkin lebih lama dari itu, aku tidak tahu pasti. Semua dokumen aneh yang berisi takdir atau semacamnya, dia lah yang merancangnya dan menipuku untuk menjalani cerita yang telah dia susun.

Namun, ada beberapa yang kontradiksi dengan fakta sebelumnya, dan dia hanya berkata bahwa ini batas bagi seseorang untuk mengetahui lebih jauh. Bukan hal baik untuk mengetahui sesuatu yang terlarang atau yang seharusnya tak diketahui, seperti siapa The First Nightmares? Atau mungkin apa itu?

"Kalau begitu, siapa yang akan menggantikanmu menjadi pemilik Tower Of Nightmares?"

—Kau akan tahu nanti, aku pikir ini sudah terlalu lama untuk berbicara denganmu. Lihat! Aku sedang berjuang dengan baik memancing Saint itu keluar dan mencincangku.

Meskipun dia menyiratkan tidak ingin melanjutkan percakapan, tetapi aku tahu dia sedang bersemangat dan berbicara lebih banyak serta menyemburkan rahasia-rahasianya tanpa ragu-ragu, mungkin karena akhir untuknya sudah dekat.

"Hei, bisakah kau menampakkan wujudmu?"

...

...

...

Aku menunggu tanggapannya yang lama sekali.

—Baik.

Dan hanya itu sampai terdengar suara langkah kaki yang berat, sepertinya dia harus membagi diri antara pertarungan dan datang ke sini, ehm, secara ilusi. Yah, bagaimanapun sulit menjelaskannya dengan kata-kata.

Ruangan gelap perlahan menjadi terang, dan lukisan mural di semua dinding yang membentuk ruang ini terlihat, aku berdiri menuju salah satu lukisan mural.

<Sumpah Kematian>

Mural pertama, judul melekat di tengah lukisannya.

<Rahasia langit>

Mural kedua.

<Kutukan>

Yang ketiga.

<The First Nightmares>

Terakhir dilukis dengan sangat aneh, itu abstrak, tidak, itu lukisan abstrak tak berbentuk apapun hanya bisa diartikan sebagai semua coretan tanpa maksud yang dicampur jadi satu, tak mengarah ke kesimpulan dari maknanya. Kemudian, aku menemukan goresan kecil di ujung bawah yang membentuk tulisan yang bisa dibaca, goresan itu sangat kecil.

<Untuk lepas dari pengawasan The First Nightmares yang bahkan Dewa Tersegel tak berani melawan>

<Jadi, aku menerima tawarannya untuk menjadi pemilik Tower Of Nightmares dengan syarat menghancurkan Great Land yang sekarang>

<Dan aku menyeret diriku yang lain ke sini untuk menebus kutukan itu dan menanggungnya bersama>

Tulisan yang rapat-rapat memiliki arti mendalam lebih dari lukisan mural pertama, Sumpah Kematian yang menunjukkan seorang pria kesepian yang memandang mayat-mayat dengan wajah tersenyum di kejauhan.  Lukisan kedua, Rahasia Langit menggambarkan sebuah buku yang misterius dan tidak bisa dibaca. Ketiga adalah kutukan, sudah sangat jelas seperti apa penggambarannya, hampir sama seperti yang mural pertama, hanya saja pria dalam lukisan itu memegang tangan seseorang yang telah mati dengan ekspresi kesakitan.

[Sudah selesai melihat semuanya?]

Aku tersentak pada suara dari belakang, aku lupa bahwa dia akan datang saat melihat mural ini.

"Apakah Yoo Jonghyuk di cerita itu adalah Saint yang menjadi musuhmu?" tanyaku sambil masih membelakanginya.

[Benar, jadi apa keputusanmu? Ada dua Yoo Jonghyuk, satu adalah yang asli dan satunya lagi adalah karakter yang kau asuh. Mana dari keduanya yang akan kau pilih?]

Perasaanku rumit, jika aku harus memilih, itu adalah Yoo Jonghyuk yang menjadi alasanku datang ke sini. Akan tetapi, Yoo Jonghyuk yang kukenal sebagai karakter dari novel itu dan bertarung bersamaku serta yang lebih lama mengenalku, apa yang akan terjadi pada jiwanya?

Tunggu, kenapa dari awal aku harus memilih? Tidak bisakah keduanya ada?

Dia bisa membaca pikiranku. Jadi, dia membalas dengan helaan napas tertahan.

[Saint tidak bisa memiliki tubuh, dia hanya akan terus berkeliaran seperti itu. Sejujurnya, kutukan itu memang tidak memusnahkan jiwanya, tapi dia jadi tidak bisa memiliki tubuh sendiri, dia hanya bisa memasuki tubuh yang diperuntukkan untuknya, karakter yang kau asuh itu. Ah, benar, dia bukan lagi karakter]

Aku masih tidak berbalik, rasa dingin dari tatapannya menembus penghalang mentalku. Apa yang harus kulakukan? ...… Bagaimana dengan Plotter?

[Dia di luar konteks]

"Apa maksud —"

[Dia bukan karakter yang kau asuh secara langsung, mungkin bisa disebut sebagai keabnormalan. Itu keajaiban untuknya dapat bertahan, tidak seperti Monarch Jaehwan yang telah melupakan siapa dirinya sendiri]

Ini mencapai jalan buntu, memikirkan kembali semua kemungkinan yang ada, aku tidak bisa menemukan jalan keluar untuk keduanya. Salah satu tetap ada sementara yang lain harus pergi. Ini mengerikan.

—Mari mulai dari awal, aku Yoo Jonghyuk.

—Kim Dokja, ayo kembali.

Sigh, ini sangat sulit. Aku merasa mendengar suara keduanya yang berasal dari masa lalu di kepalaku.

Pada akhirnya aku menguatkan diri untuk berbalik dan disambut oleh pria bertopeng putih yang sejajar.

Dia tersenyum.

[Kita serahkan saja pada Saint dan protagonis. Lalu, sekarang fokus lah untuk segera pindah]

"Tunggu, apa kau tidak mau menunjukkan wajahmu?"

Aku mengamati reaksinya yang tenang di luar, namun aku yakin dia sedikit panik.

[Jika itu kemauanmu, maka]

Dia benar-benar melepaskan topeng putih setengah wajahnya, dan aku tertegun. Pertanyaan tentang kenapa dia ingin tidur abadi langsung terhapus. Itu konyol hanya untuk menanyakannya, karena sudah sangat jelas.

Aku memasang tatapan simpati dan dia merespon seolah itu lebih menjengkelkan.

[Jangan mengasihaniku. Kau sangat paham itu]

"Bolehkah aku memelukmu?"

Dia tersentak mundur.

[Untuk apa?]

"Aku cuma ingin mencobanya setidaknya sekali, seperti apa rasanya memeluk diriku yang lain. Apakah aku akan bisa memahami penderitaanmu?"

Dia memandang ke atas sejenak lalu mencemooh.

[Itu konyol. Tapi, tidak apa-apa, ini adalah salam perpisahan]

Dia yang memelukku duluan sambil berbisik pelan.

[Selamat tinggal, Kim Dokja. Terimakasih sudah memahami semua tindakanku selama ini]

"Ya."

***

Monster bersayap yang seperti ikan pari terbang di langit kemudian menukik ke sosok yang menjadi musuh semua orang di medan pertempuran tersebut.

Shin Yoosung menahan tangisannya saat mengarahkan monster itu memuntahkan racunnya. Sementara itu, Lee Gilyoung menarik beberapa serangga seukuran tangannya untuk menjaga bagian belakang, tempat Lee Hyunsung dirawat oleh Jang Hayoung dan Jung Heewon. Lava panas mengalir melalui celah lubang di tanah, Kyrgios dan Breaking The Sky menekannya dengan aura transenden.

Dari tempat mereka berkumpul, pertarungan luar biasa terjadi di kejauhan, tiga melawan satu. Mereka memperhatikan dengan cermat setiap gerakan sosok itu seakan mereka berharap menemukan satu hal yang dapat mengatasi kebencian mereka padanya.

Namun demikian, tak ada jeda untuk itu karena curahan serangan membabi-buta 'Yoo Jonghyuk' yang telah mengambil pilihannya.

Aura keemasan yang suci menyebar dari tubuhnya lalu menyembuhkan luka-luka Han Sooyoung dan Lee Jihye yang ikut bertarung.

Mata keemasan 'Yoo Jonghyuk' mendingin ketika melihat musuhnya memasang ekspresi senang. Dia tidak tahan lagi.

"Kim Dokja adalah kau," ucapnya dengan nada seseorang yang dikhianati kekasihnya.

Sosok itu tertawa terbahak-bahak di tengah pertarungan berdarah. Dia telah menerima luka besar sebelumnya dari God Of Stories, jadi gerakannya melambat.

[Tidak, kau salah. Dia diriku yang lain, kenapa kau bersikap seolah dikhianati? Apa kau sangat membenciku?] jelas sosok itu.

Pedang 'Yoo Jonghyuk' memotong lengan kirinya dengan rasa dendam. Han Sooyoung dan Lee Jihye tercengang pada betapa brutalnya dia.

'Orang itu' memegangi bahu kirinya dengan ekspresi lelah.

[Ayo akhiri, protagonis, ah bukan, Saint]

'Dia' berhenti melawan atau menghindar, namun —

[Tetapi, sebelum itu. Aku ingin menguji apakah kau sanggup menahan langit?]

'Yoo Jonghyuk' membeku lalu mengarahkan tatapannya ke langit. Dugaannya benar.

[Jatuh!]

Langit itu mulai runtuh menimpa mereka semua.

***