webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 32 : Setitik Cahaya Dalam Kegelapan (1)

Rasanya aku mendengar seseorang memanggilku dengan keras dan menarikku keluar dari lubang kegelapan yang menghimpit. Itu adalah suara yang samar-samar aku tahu dari siapa, namun pada saat yang sama aku tidak tahu kenapa seseorang itu berusaha membawaku keluar.

—Kau sudah bangun, ya.

"Ya, apa rencanamu berhasil?"

—Aku tidak tahu harus menyebutnya berhasil atau tidak, tapi waktunya hampir tiba.

"Begitu, apakah aku akan tetap di sini?"

—Kenapa? Apa kau berubah pikiran?

Ada sedikit nada getir dalam suara itu, dan aku mengerti maksudnya. Pemilik suara pasti merasakan keraguan sesaat yang membuatku terbangun.

—Kau tahu, ini tidak seperti kau benar-benar akan hancur bersamaku.

"Jangan berbohong, sebenarnya aku ingin tahu 'kebenaran' apa yang kau sembunyikan?"

—Kau sangat ingin tahu? Ketidaktahuan adalah kebahagiaan, loh.

Suara itu menggema dengan nada main-main, sepertinya 'pemilik' dalam suasana hati yang baik, atau apakah aku bisa menyebutnya begitu jika aku tidak tahu seperti apa wujudnya?

"Tidak peduli betapa menyakitkan nya itu, aku harus mengetahuinya. Semua cerita yang kau ambil dariku, tolong kembalikan. Dan bisakah kau menampakkan wujudmu?"

Ruang terdalam Perpustakaan Abadi bergemuruh dan berguncang keras seolah menanggapi emosi 'pemilik'-nya. Untuk beberapa lama tak ada jawaban, mungkin 'pemilik' sedang melanjutkan rencana itu.

—Itu tidak perlu bagimu untuk tahu, ini adalah cerita yang takkan sanggup kau tanggung. Biarkan aku saja yang menanggungnya untukmu, oh diriku yang lain.

"Kenapa tidak? Seberapa mengerikan cerita itu? Dan mengapa kau mengasihaniku? Itu tidak perlu!"

Ada suara tawa tak percaya pada responku, dan aku baru menyadari bahwa suara tawa itu mirip denganku.

—Baik, aku akan memberikan cerita yang harus kau tahu, sementara untuk sisanya... menjadi tanggunganku.

Dan pada saat berikutnya, ada setitik cahaya yang terbang ke arahku seperti kunang-kunang, mataku melebar saat menyentuhnya dan merasakan sensasi hangat dari cerita yang mengalir. Ini...…

...

...

...

Sekarang aku akhirnya tahu apa yang dilakukan Yang Hebat sehingga penyegelan gagal, dia mengembalikan emosi yang kuberikan. Dan kini emosi itu mengalir seperti air terjun. Ini sangat aneh, jiwa yang menangis? Bisakah disebut begitu?

Ini adalah cerita yang sangat berharga bagiku, sama seperti semua cerita yang kuperoleh bersama 'mereka', jiwa kesepianku tak bisa menahannya lagi dan ini akan menjadi terakhir kalinya aku meluapkan perasaanku.

***

Yoo Jonghyuk melebarkan matanya dalam keterkejutan kuat saat melihat penampilan 'orang itu', kesimpulannya dan pada saat yang sama itu bukan. Lalu siapa 'dia' kalau begitu?

Suara dari dunia ilusi mengatakan bahwa dia harus mengingatkan 'orang itu' tujuannya menjadi Nightmares, namun Yoo Jonghyuk tidak bisa memahami tujuan yang dimaksudkan. Itu berhubungan dengan sesuatu yang berada di ranah lain baginya yang telah melihat beragam hal tidak masuk akal, itu sangat berbeda dan lebih tak bisa diterima.

"Kim Dokja?"

Dia tidak bisa membantu kekacauan pikirannya selain menyebutkan nama itu. Sosok pria berwajah lelah yang berjarak sepuluh meter darinya masih menatapnya. Namun, tatapan kali ini memiliki kedalaman yang berbeda dari tatapan kosong sebelumnya. Seolah 'orang itu' melihat penyelamatnya.

Berapa lama berlalu untuk mereka saling menatap?

Teriakan rekan-rekannya terdengar dari belakang, Yoo Jonghyuk akhirnya tersadar dari dilema emosinya.

Sekarang dia harus melaksanakan apa yang harus dia lakukan.

"Dewa Tersegel," ucap Yoo Jonghyuk.

Murid-murid mata sosok itu bergetar dan membesar. Yoo Jonghyuk tidak yakin mengapa bisa begitu karena dia juga tak tahu siapa 'Dewa Tersegel', tepatnya dia hanya mengucapkan apa yang disuruh suara dari dunia ilusi itu. Dia merasa berat dengan mengucapkannya dan tubuhnya berangsur-angsur kaku seperti patung, seolah 'Dewa Tersegel' melihatnya dan membuatnya tak bisa bergerak.

[Dunia ilusi yang mengganggu, The First Nightmares]

Sosok itu mengembalikan ekspresinya lalu menutup matanya sejenak dan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.

"Yoo Jonghyuk!!!!"

Tubuh Yoo Jonghyuk ditabrak seseorang dari belakangnya dan berguling jatuh bersama, pada saat bersamaan senjata para makhluk itu terbang di atas tubuhnya seolah sejak awal dia ditargetkan oleh semua senjata itu.

Han Sooyoung yang pertama memperhatikan keanehan situasi ini, ratusan Juri itu menyerang mereka dengan kekuatan yang lemah, seandainya dia masih memiliki kemampuan [Predictive Plagiarism] nya yang sekarang telah dicuri atau diambil kembali, dia pasti bisa memperkirakan arah peristiwa mendatang. Han Sooyoung yakin dia bisa melakukannya lebih baik dari God Of Stories, karena yang terakhir terjebak dalam depresi, bahkan julukan 'God Of Stories' tak bisa mengobati luka lama yang dalam.

Ketika dia melihat beberapa senjata dibentuk di tangan para Juri itu, Han Sooyoung merasakan firasat buruk sehingga arah pengamatannya berpindah ke Yoo Jonghyuk yang membeku di jarak berbahaya dari sosok itu.

"Sialan! Apa yang dia lakukan?!!"

Han Sooyoung menerobos kepungan dengan kekuatan fisik, kekuatan lain telah diserap ketika dia mengeluarkannya, jadi yang bisa diandalkan saat ini adalah kekuatan fisik yang telah dilatih selama dua kali berada di dunia skenario neraka.

Senjata yang terbentuk mengarah ke satu target, jelas Han Sooyoung ketakutan. Dia langsung berlari ke arah Yoo Jonghyuk dan mendorongnya jatuh demi menyelamatkannya. Untuk sesaat sebelum dia mendorong Yoo Jonghyuk jatuh, Han Sooyoung melihat seringai di wajah 'orang itu'.

....

Brak!

"Kau bodoh!!! Kau sendiri yang bilang dia bukan rekan kita lagi, jadi kenapa kau membeku seperti orang tolol?!" teriak Han Sooyoung.

Yoo Jonghyuk tidak menjawab karena dia tak menyangka akan ditusuk dari belakang oleh makhluk yang dikendalikan 'orang itu'. Apakah 'dia' benar-benar bukan rekannya lagi? Tapi, mengapa perasaannya mengatakan hal yang berbeda?

—Protagonis, ingatlah bagian terakhir ini.

—Katakan padanya bahwa kutukan 'itu' tidak berpengaruh pada 'Yoo Jonghyuk'.

Kutukan apa yang dimaksud? Dan kenapa suara itu seolah menyebutkan orang lain bukan dirinya?

Yoo Jonghyuk bangkit berdiri setelah memeriksa rekan-rekannya yang dilindungi dua transenden dan Monarch Jaehwan yang telah pulih dengan mata sagenya. Han Sooyoung yang ikut jatuh di samping menatapnya dengan cemas.

'Orang itu' masih berdiri di sana memandang mereka berdua seakan tak tertarik dengan kerusuhan yang diperbuat anak buahnya di bagian belakang keduanya.

Mata coklat Yoo Jonghyuk perlahan-lahan mendingin, dia mencengkeram pegangan <Black Demon Sword> nya dengan kuat kemudian menerapkan <Red Phoenix Shunpo> menuju 'orang itu'.

'Dia' adalah kesimpulannya, maka dia harus memastikan bahwa perasaannya benar dengan menyerangnya demi menghentikannya serta mendapatkan jawaban atas tujuannya dan rekan-rekannya datang ke sini.

String!

Srak!

Krak!

"Kenapa?! Kenapa kau tidak melawan?!"

Yoo Jonghyuk terperangah karena 'orang itu' membiarkan serangannya yang menebas dadanya, darah berwarna hitam keluar dari robekan pakaian hitam di tengah mantel putih berlumuran darah merah sebelumnya. Darah itu seperti tinta, mengerikan.

Yoo Jonghyuk melihat bilah pedangnya berasap setelah terkena darah hitam itu, sedikit bilahnya terkorosi.

[Apa itu menjijikan, protagonis?]

Sosok itu bertanya dengan nada penasaran seakan tak peduli rasa sakit dari luka itu atau mungkin dia tak merasa sakit. Namun, —

"Kau?! Mengapa? Kenapa kau menangis?!" tanya Yoo Jonghyuk yang tercengang saat melihat air mata keluar dari 'orang itu'.

Yang pertama yakin itu bukan karena rasa sakit dari luka itu tapi lebih ke hal lain, apakah darah hitamnya?

Dia belum pernah melihat 'orang itu' yang dulu rekannya menangis, tepatnya tidak di depannya dalam situasi yang lebih menguntungkan 'orang itu'.

Yang terakhir mundur sambil mengambil kembali topeng putihnya dan mengenakannya untuk menutupi ekspresi yang baru saja dia tunjukkan di wajah lelahnya yang berkerut, itu jelek sebenarnya dan jika saja dia menghilangkan wujud kelelahannya, wajahnya akan cukup bersaing dengan protagonis. Tentu saja dia tidak bisa meskipun mau.

[Fase kedua]

Mata Yoo Jonghyuk melebar pada suara itu, firasatnya berteriak-teriak bahwa rekan-rekannya terancam nyawa meskipun ada mereka yang kuat di sana.

Dan ternyata itu benar —

"Aarggggggg!!! Hyunsung-ssi, bangun!"

"Sangah-ssi, mundurlah!!"

"Hyunsung-Ahjussi!!!!"

"Mengapa, Kim Dokja? Kenapa kau melakukan ini?!!!" teriak Jung Heewon histeris.

"<Big Brother>, mereka temanmu, kenapa?"

"Kau jauh lebih kejam dari yang kukira!!" teriak Namgung Minyoung yang menahan makhluk-makhluk penyerang di depan kelompok. Dia tak menduga bahwa ada senjata yang berhasil menerobos pertahanannya dan langsung menembus tubuh Lee Hyunsung.

Yoo Jonghyuk membeku setelah mendengar semua teriakan itu, pikirannya menjadi kosong. Kenapa 'dia' menyakiti teman-temannya yang selalu 'dia' selamatkan?

Pada saat ini, kebencian mulai muncul di hatinya. Dia meraung ke depan, menyerang, menebas dengan segala kekuatannya.

"Kim Dokja!!!!" raungnya dengan keras.

Yoo Jonghyuk melupakan cara terakhir yang disarankan suara dari dunia ilusi, sekarang dia hanya akan menggunakan caranya sendiri.

Darah berceceran sekali lagi, itu hitam dan berasap, lagi dan lagi. Tak ada perlawanan seolah sosok itu sengaja mengarahkannya untuk menyerang.

"Skema licik macam apa lagi ini?!!"

Kebencian kecil yang muncul di hatinya dengan cepat menguap semakin lama dia menimbulkan luka dalam di tubuh 'orang itu'.

Akhirnya dia menyadari sesuatu yang coba diteriakkan perasaannya sejak awal dia menyerangnya. Itu adalah 'luka' dari 'orang itu' yang tak sembuh, dia merasa jantungnya berhenti sebentar.

—Hanya protagonis yang bisa mengakhirinya.

Dia mengingat apa yang telah diberitahukan God Of Stories, dan sekarang maksud dari kata-kata itu terwujud.

***