webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 30 : Sesuatu yang Terlarang (1)

[Nomor 3, mari buat perjanjian. Biarkan aku naik sampai tingkat tertinggi dari Tower Of Nightmares sialan yang membangunkan kita, sebagai gantinya aku akan memenuhi permintaanmu]

Dua entitas yang penampilannya dikaburkan seperti kabut bersinar saling berhadapan dalam lantai terakhir yang akan mengarah ke ujung. Bentuk keduanya tidak tetap, terkadang mengecil dan juga membesar sesuai situasi yang dihadapi. Jika harus digambarkan mereka seperti casper, hantu putih yang melayang.

[Untuk apa? Aku tidak memiliki permintaan apapun]

Terhadap respon yang tak menunjukkan minat itu, Nomor 7 membentak.

[Bukan sekarang, bodoh. Kau sama sekali tidak berminat untuk melanjutkannya. Jadi, biarkan aku yang mengakhiri]

[3] memandang ke atas sejenak lalu menoleh ke [7] dengan balasan.

[Aku bisa memusnahkanmu seperti lainnya dan langsung ke ujung, menurutmu kenapa aku tidak melakukannya?]

[7] tersentak dan mundur sejauh mungkin menunjukkan kewaspadaan. [3] mengeluarkan seruan [Ah, kau takut] yang membuat [7] marah.

[Kau mau atau tidak? Jika tidak, maka kita harus bertarung di sini dan kerja sama kita berakhir di sini]

[7] mendesak dengan geraman, tapi pihak lain tidak peduli malahan terus mengorek setiap hal menakutkan yang 'mungkin' dilakukan. Entah itu main-main atau tidak, [7] tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Sejak awal kerja sama mereka, [3] lah yang menawarkan dan sekarang patut dipertanyakan karena [3] tiba-tiba berubah pikiran dengan berhenti di lantai ini.

[Baik, syaratnya adalah simpan 'ini' untukku. Selain itu, aku tidak peduli kau mencapai ujung atau tidak. Aku tidak akan menghalangi dan berhenti di sini]

Persyaratan tak terduga dari [3] mengejutkan [7] yang linglung sebentar. Setelah merenungkan apa maksud syarat itu, [7] akhirnya setuju dan mereka membuat perjanjian.

Kemudian, [7] dengan kekuatannya sendiri berhasil mencapai ujung untuk menemui sesuatu yang terlarang. [7] takkan pernah melupakan apa itu saat keberadaannya berubah dengan julukan 'God Of Stories'.

***

Kenangan perjanjian itu melewati kepalanya ketika dia melepaskan semua statusnya sebagai 'God Of Stories' untuk secara paksa membangunkan semua yang terbelenggu ilusi. Sosok di depannya masih memiliki mata kosong yang sama dan darah terus mengalir dari lubang yang dibuat tombak hitam.

Aura hitam dari tombak itu menyelimuti sosoknya perlahan seakan-akan menghisapnya habis. Tentu saja itu tidak mungkin, tombak itu hanya bisa menahannya sebentar. Namun, yang terpenting saat ini bukan itu.

God Of Stories melihat pembaruan dari layar merah.

<<Kemunculan 85%>>

<<Perekaman 55%>>

<<Penyegelan 15%>>

Itu menakutkan, kecepatan kenaikan persentase penyegelan sangat cepat. Jika perekaman belum selesai dan penyegelan melewati angka persentase-nya, maka... sudah bisa dipastikan.

Dia berbalik untuk mendapati Plotter yang telah memulihkan diri, tapi sama sekali tidak membantu. Yang terakhir sepertinya tahu bahwa dia tak bisa melawan sosok yang sekarang terbaring sekali lagi. Ada hal yang perlu diragukan, yaitu dimana ratusan Juri lainnya yang sebelumnya ada dalam ruangan ini? Mereka tidak mungkin tiba-tiba menghilang dan pergi tanpa izin. God Of Stories memeriksa keseluruhan, dan tidak ada Juri lain yang ditemukan.

"Tidak mungkin," gerutunya.

Apakah Tower Of Nightmares memusnahkan mereka sekaligus?

Dia mempertanyakan itu saat melihat ada satu yang terlepas dari ilusi, itu adalah seorang pria yang menjadi inti untuk mengakhiri ini karena dia lah yang menjadi alasan keberadaan Nightmares. God Of Stories tahu ada dua dari eksistensi itu, tapi baginya hanya satu yang berhubungan dengan Nightmares yang sekarang.

Yoo Jonghyuk mempertahankan tubuhnya yang terhuyung-huyung setelah belenggu cerita lepas, dia masih bisa merasakan rasa basah dari kelopak matanya dan juga ketidakberdayaannya untuk menghentikan apa yang telah dia ketahui.

—Kau tidak selalu bisa menghentikan apa yang kau ketahui akan terjadi, justru karena kau tahu itu akan terjadi, kau tidak bisa menghentikannya.

Suara yang dia dengar dalam dunia ilusi menerornya dengan peringatan serius. Melihat sekeliling, ruangan putih yang bukan lagi tempat yang sama ketika dia datang, semua rekan-rekannya terbungkus potongan cerita. Sedikit retakan muncul berkat status God Of Stories, itu artinya ilusi mereka akan berakhir lebih cepat.

"…Jonghyuk-ssi."

Yoo Jonghyuk melirik ke si pemanggil, Yoo Sangah, yang dia tidak tahu apakah sedang menangis atau marah karena wajahnya merah dan alisnya menyatu.

"Apa yang harus kita lakukan?!" desak Yoo Sangah lalu perhatiannya beralih ke tengah ruangan.

Plotter, God Of Stories yang mirip rekannya, dan 'dia' ada di sana. Yoo Jonghyuk yang sekarang mati rasa ikut melihat ke arah itu. Entah kenapa rasa bersalah yang sangat besar menggerogoti hatinya, ditambah emosi kerinduan aneh tiba-tiba menyeruak ketika dia melihatnya.

—Kau tidak bisa mengubah apapun, protagonis.

Apa yang tidak bisa dia ubah? Apakah itu menghentikannya? Tapi, Yoo Jonghyuk merasa bukan itu yang dimaksudkan, dia yakin. Informasi terlarang itu mulai membuka kembali pikirannya.

—Apakah kau tahu darimana semua kepribadian dan keberadaanmu berasal?

—Anggaplah ini dunia mimpi ketika kau terbangun semuanya tidak berarti lagi, tapi apakah kau bisa terbangun?

—Menurutmu kenapa kau bisa berada di sini?

—Dan 'dia' yang dikutuk mendapatkan arti kehidupan karenamu.…

"Aku?"

Yoo Jonghyuk kesulitan memproses informasi itu, kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan. Bahkan, rasa mual mendorong keluar.

Langkahnya tertahan oleh penghalang God Of Stories yang membatasi ruang altar tempat partainya berada. Dia tidak bisa hanya diam terlebih setelah mengalami 'teror' itu, dia tak pernah mengharapkannya. Meskipun beberapa kali 'dia' mati, tapi Yoo Jonghyuk yakin 'dia' akan hidup lagi dan lagi. Namun, 'teror' yang ada di dunia ilusi memberitahunya hal berbeda.

Dengan kepalan tangan sampai otot-ototnya keluar, dia meninju penghalang transparan sampai bergetar. Lagi dan lagi hingga perasaan yang mencekiknya sedikit terlepas.

God Of Stories di sisi lain menghela napas dalam kekecewaan.

"Plotter," panggilnya dengan suara tenang.

Plotter mendongak dari tempatnya duduk. Bagaimana dia menjadi selemah ini ketika dulunya dia adalah yang paling kuat? Pertanyaan itu tak memerlukan jawaban... karena itu sudah jelas.

"Aku tahu, apakah dia juga sama?" balas Plotter sambil menoleh ke anak kecil di belakangnya.

God Of Stories terang-terangan mengatakan "Tidak." dengan tegas seolah tidak ingin mendengar pertanyaan lain. Dia meninggalkan Plotter dan menuju ke partai itu.

<<Kemunculan 90%>>

<<Perekaman 70%>>

<<Penyegelan 35%>>

Dia merilis penghalangnya dan disambut oleh pria yang memelototinya.

"Yoo Jonghyuk, kau pasti telah menerima informasi itu," ungkapnya.

Yoo Jonghyuk mengerutkan kening lalu memijat pelipis kirinya yang sakit.

"Jadi." God Of Stories melanjutkan. "Jangan membuatnya kecewa dan siapkan kata-kata terakhirmu padanya."

"Kau!!!"

Tangan Yoo Jonghyuk terulur berusaha menyentuh lehernya, tapi dia mengelak dengan mudah.

"Aku tidak menjadi sadis tanpa alasan, kau tahu. Kau yang sebelumnya lemah dan perlu dirawat sekarang bersikap mengancam. 'Dia' pasti senang jika saja 'dia' tidak melupakan alasannya menjadi Nightmares."

God Of Stories melemparkan semua beban yang ditahannya kepada pria itu.

Murid-murid mata Yoo Jonghyuk bergetar kuat ketika dia menyangkal.

"Hal konyol apa itu—"

"Bukan konyol, jika kau mengatakan itu berarti kau tidak menghargainya!"

God Of Stories memasang wajah poker dengan sikap keras saat menyela.

Krak!

Nah, semua hal tidak pernah berjalan dengan lancar, selalu ada hambatan dan gangguan. Akan tetapi, dia menyambut baik gangguan ini.

Anggota partai terbebas satu per satu dari ilusi, efek dari statusnya akhirnya berfungsi.

"Selamat datang kalian semua," sapanya sambil mengabaikan kilatan kemarahan sengit dari mata pria itu.

"Mari memainkan game 'bunuh bos terakhir' sekarang."

Pada ajakan mendadak itu, anggota partai yang baru bangun tersentak ketakutan. Han Sooyoung menepis.

"Kau gila?!"

God Of Stories menyeringai.

"Aku tidak gila, tepatnya 'dia' adalah bos terakhir yang harus kita lawan."

***