webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 27 : Ilusi (2)

Bang!

Yoo Jonghyuk menatap kosong ke pintu yang tertutup rapat di depannya. Dia diusir oleh pemiliknya yang sangat marah. Yoo Jonghyuk berusaha menyangkal pemikirannya setelah melihat catatan tadi. Perasaannya hancur.

Apa maksud catatan kehidupan ke-999? Apa dia hidup sebanyak 998 kali sebelumnya? Lalu kenapa dia berencana mengakhiri kehidupannya lebih cepat? Itulah pemikiran yang terus melayang di benaknya, dan dia tak punya pilihan selain menerima dan menafsirkannya.

Dia masih berdiri di depan flat 'Kim Dokja' untuk waktu yang lama, entah kenapa dia berharap bahwa yang terakhir akan memaafkannya dan membuka pintu. Namun, itu tidak terjadi berapa lama pun dia menunggu.

Yoo Jonghyuk terpaksa meninggalkan tempat ini sambil mengingat dengan jelas letaknya. Dia berjalan tanpa arah tujuan dengan ekspresi kosong. Saat berada di sebuah gang —

"Oppa."

Murid-murid matanya bergetar saat mendengar panggilan dari belakang, dia segera berbalik.

"Miah?"

Dia tak bisa mempercayai ini. Tidak, ini adalah dunia ilusi. Ini dunia ilusi, dia harus mengulangi itu berulang kali agar tidak termakan oleh dunia ini. Namun, —

"Kau tidak pulang seharian, kami khawatir, tahu. Papa hari ini pulang dan Mama akan membuat pesta kecil. Oppa, ayo pulang."

'Yoo Miah' menyeret kakaknya yang masih linglung pada kata 'Papa' dan 'Mama'. Yoo Jonghyuk tiba-tiba teringat sebelum terbangun di dunia ilusi ini.

—Tidakkah kau masih bertanya-tanya siapa orang tuamu?

Dia berhenti, itu menyebabkan 'Yoo Miah' cemberut lalu menyeretnya dengan paksa terlepas dari apakah kakaknya terseret di tanah atau terhuyung-huyung.

Yoo Jonghyuk akhirnya menyerah dan mengikuti adiknya dengan patuh. Dia bertanya-tanya siapa kedua orang tuanya? Apakah mereka hanyalah ilusi yang dibuat Kim Dokja? Tapi, perasaannya sedikit goyah karena harapan yang samar.

—Mungkin dunia ilusi ini…

Renungannya terputus saat adiknya berhenti tepat di depan rumah besar yang membuatnya terperangah. Dia akan tinggal di rumah sebesar ini bersama keluarganya? Tapi...

—Dia tinggal sendirian di sana… aku...

Yoo Jonghyuk menelan perasaan pahitnya kemudian memasuki rumah itu sealami mungkin. Adiknya sudah berlari ke kamarnya di lantai atas, sementara dia melongo seperti orang bodoh saat melihat seorang wanita yang terlihat berusia 30-an sedang memasak di dapur.

Tubuhnya gemetar dan dia terengah-engah.

—Ini ilusi, ilusi!!! Sialan Kim Dokja! Kau sangat jahat!

Wanita itu berbalik dan tersenyum saat melihatnya. Wajah wanita itu cantik dan terkesan lembut. Dia menghampiri Yoo Jonghyuk yang gemetaran lalu memeluknya.

Yang terakhir membeku di tempatnya, ini situasi yang tak bisa dia atasi.

"Hyuk, malam ini Papa-mu pulang, jadi jangan mengambek lagi, oke?" bisik wanita itu sambil mengusap-usap rambutnya.

Hyuk?

Yoo Jonghyuk belum pernah dipanggil seperti itu, tapi dia entah kenapa merasa senang. Tidak, dia harus mengenyahkan perasaan ini, dia harus ingat ini adalah ilusi, ilusi!!!

—Aku sebelumnya di dunia itu tidak pernah tahu siapa orang tuaku dan di sini...

Tanpa sadar air mata keluar sedikit dari sudut kelopak matanya, wanita itu mengira dia masih mengambek jadi yang pertama menepuk kedua pipi Yoo Jonghyuk dengan lembut.

"Kau akan memiliki waktu dengan Papa-mu lebih banyak nanti. Jadi, sekarang kau harus mandi dan bersiap untuk makan malam. Aku membuat pangsit favoritmu."

Yoo Jonghyuk sekuat tenaga menahan emosinya yang akan keluar, dia tak pernah mengharapkan situasi ini.

Wanita itu mencium keningnya lalu melanjutkan memasak.

Yoo Jonghyuk naik ke lantai atas untuk menemukan kamarnya yang sangat jelas terdapat papan nama dengan tulisan "Jangan masuk sembarangan jika tidak ingin hidungmu patah! ♢Jonghyuk"

Mulutnya terbuka dengan ekspresi tak percaya. Dia mendesah dan mengantisipasi apa lagi yang akan mengejutkannya nanti. Perlahan, dia membuka pintu kamarnya.

***

Yoo Jonghyuk berlari sambil membawa sebuah kotak menuju tempat yang dia tandai. Namun, saat dia melewati taman, dia mendengar gumaman seseorang.

"Apa aku terlalu kasar? Tapi, itu salahnya karena membaca catatan orang lain sembarangan, benar kan?"

Yoo Jonghyuk mengamatinya sedang berbicara sendiri seperti orang gila.

—Dia bicara dengan siapa? Apa dia punya kepribadian ganda? Mungkin memang begitu karena dia di dunia itu membelah diri jadi dua...

Yoo Jonghyuk mengingat apa yang terjadi sebelum sampai di sini. Dia bertemu Papa-nya yang dengan ramah membelikannya banyak mainan lalu berjanji akan bermain bersamanya besok, kemudian pesta kecil dengan pangsit favoritnya dihidangkan. Suasana hangat menyebar dan hampir membuatnya terlena dengan pikiran "Apakah mentalku jadi seperti anak kecil karena tubuhku mengecil?"

Dan dia teringat 'Kim Dokja' yang tinggal sendirian lalu merasa khawatir padanya.

—Apakah dia sudah makan?

Dia berharap kejadian 'Kim Dokja' tidak marah lagi, jadi dia mengepak makanan dalam kotak makanan termasuk pangsit favoritnya. Wanita yang merupakan Mama-nya bertanya untuk apa semua itu? Yoo Jonghyuk terpaksa menceritakan bahwa dia ingin memberikannya pada temannya.

"Kau memiliki teman? Kapan-kapan ajak temanmu kemari, oke?"

Papa-nya dengan ramah mengizinkan dan malah menyuruhnya untuk mengajak temannya ke sini. Perasaannya yang hancur mulai membaik berkat kehangatan mereka.

Lalu sekarang dia melihat temannya sedang berbicara sendiri di ayunan. Satu langkah, dua langkah, dia menghampiri 'Kim Dokja'.

Yang terakhir menyadari kedatangannya setelah hanya berjarak lima langkah. Dia menoleh kemudian berseru, "Kau, kenapa malam-malam ke sini?"

Yoo Jonghyuk menghela napas lega karena 'Kim Dokja' tidak marah, jadi dia menyerahkan kotak makanan yang dibawanya.

"Apa ini? Makanan?"

Yoo Jonghyuk mengangguk pada pertanyaannya. Yang terakhir bingung saat membuka kotak makanan, mulutnya membuka dalam keterkejutan.

"K-kenapa kau memberiku makanan?!"

'Kim Dokja' bertanya dengan gugup.

"Kau belum makan, kan?"

'Kim Dokja' terperangah pada respon itu. Walaupun demikian, dia harus menghargai pemberian seseorang dengan baik. Dengan menahan keengganan, dia menawarkan, "Makan di sini tidak menyenangkan, m-mau mampir ke rumahku? Maaf untuk yang tadi."

Yoo Jonghyuk senang dan menjawab dengan "Ya."

Kembali di flat 'Kim Dokja' yang untungnya masih bersih.

Yoo Jonghyuk membelalakkan matanya saat melihat buku catatan tadi ada di atas meja bukannya disembunyikan. Dia melirik 'Kim Dokja' diam-diam untuk mengetahui apa yang akan dia lakukan? Menyembunyikan buku itu? Atau membiarkannya tetap di sana?

Namun, tidak seperti yang dia duga, 'Kim Dokja' justru menawarinya. "Apa kau mau membacanya? Keseluruhan ceritanya membosankan, tahu."

"Kau pasti memiliki kepribadian ganda, " ucap Yoo Jonghyuk.

'Kim Dokja' terkekeh.

"Anggap saja begitu, kau sudah memberiku makanan. Jadi, aku harus memperlakukanmu dengan baik."

Karena sudah ditawari, dia takkan malu-malu untuk menanyakan hal paling menyulitkan untuk ditanyakan.

"Kenapa kau berniat mengakhiri kehidupanmu sendiri?"

'Kim Dokja' terdiam sejenak, berikutnya dia menunjuk buku catatan lusuh di depannya.

"Semuanya ada di sana, kau bisa membacanya."

***