webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 27 : Ilusi (1)

Seorang wanita cantik sedang memelototi sesuatu yang ditampilkan di layar smartphone-nya. Dia menarik napas kuat-kuat sambil memejamkan matanya lalu menatap layar smartphone lagi. Tepatnya pada nama yang tertera dalam chat pribadi.

<Kim Dokja♥>

Dia ngeri dan menepuk-nepuk pipinya berulang kali sambil bergumam, "Aku tidak gila. Aku tidak gila."

Berapa kalipun dia memeriksa, tak ada perubahan pada nama, yang lebih membuatnya hampir terkena serangan jantung adalah obrolan.

—(Sooyoung, aku akan datang sedikit terlambat, maaf. ♥)

Wanita itu menjatuhkan kepalanya di meja sambil memilah-milah ingatan. Hal pertama adalah, dia tiba-tiba terbangun di cafe ini lalu berikutnya dia seperti orang bodoh saat mendengar nada dering smartphone. Ketika melihat siapa yang menghubunginya, dia hampir memukul kepalanya sendiri jika tak ada orang di sekitar.

"Apa ini? Inikah ilusi yang dimaksud? Ini terlalu nyata untuk disebut ilusi. Sialan, Kim Dokja!"

Dia mendesis sambil menggeretakkan giginya. Detik berikutnya dia hampir melompat ketakutan.

"Sooyoung, maaf aku terlambat. Aku sudah memberitahumu, kan. Aku akan menyisihkan lebih banyak waktu bersamamu."

Han Sooyoung mengangkat wajahnya perlahan kemudian menatap lekat-lekat orang yang berbicara itu. Pria yang memiliki ekspresi lembut tidak seperti orang yang dikenalnya.

"Kim Dokja, " panggilnya.

"Ya, ada apa? Kenapa kau menatapku seolah melihat hantu? Apa kau baru saja menonton film horor?"

Pria itu duduk saat menyemburkan segala macam pertanyaan dengan ekspresi khawatir. Han Sooyoung memelototinya dengan penuh kemarahan.

"Jangan berpura-pura, kenapa aku bisa berada di sini!! Dan kau, kau melakukan segala macam hal aneh pada kami!"

Pria itu mengerutkan keningnya lalu membalas, "Sooyoung, apa kau tadi ketiduran dan mimpi buruk?"

"Ha? Mimpi buruk?"

Tidak, tunggu. Han Sooyoung merasakan sesuatu yang aneh. Dia berusaha keras mengingat apa yang dibisikkan God Of Stories padanya.

—Kau mungkin akan bersenang-senang, tapi ingatlah satu hal ini. Tak ada jaminan bahwa cerita yang bahagia takkan berakhir dengan plot twist menyedihkan.

Han Sooyoung menelan ludahnya dan mengendalikan detak jantungnya yang menggebu-gebu.

"Hei, Kim Dokja... apa kau mau mendengar cerita dari mimpiku?"

Pria di depannya mengangguk sambil tersenyum cerah.

"Baik, aku ingin mendengarnya."

***

"Yoo Sangah-ssi?!"

Dia terkejut pada panggilan dari suara yang sangat akrab baginya. Matanya melebar saat wajah dan penampilan pria di depannya tercermin di matanya.

Pria itu melambaikan tangan di depan wajahnya dengan khawatir.

"Apa kau baik-baik saja, Sangah-ssi?"

"Eh, itu... aku... D-Dokja-ssi?"

Pria itu tersenyum lega karena wanita di depannya baik-baik saja. Yoo Sangah kesulitan menerima situasi saat ini, sangat sulit dipahami dan diterima. Bagaimana mungkin dia kembali berada di Perusahaan Mino Soft bersama Kim Dokja?

Dan mereka berdua sekarang berada di ruangan tim untuk menyelesaikan misi sehingga lolos seleksi sebagai karyawan. Yoo Sangah kebingungan karena ini terlalu nyata untuk disebut mimpi atau ilusi. Akan tetapi, dia harus memaksa dirinya sendiri agar tidak terombang-ambing dalam perasaan ilusi ini.

Yoo Sangah menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan hatinya, kemudian menanyakan keraguannya.

"Dokja-ssi. Kenapa kita berada di sini?"

Pria itu memiringkan kepalanya lalu menjawab, "Kita satu tim, kan. Sangah-ssi sepertinya baru saja bermimpi buruk."

Jawaban itu menyebabkan ketidaknyamanan dalam hati Yoo Sangah. Ada sesuatu yang salah, dia yakin, tapi dia tidak bisa memastikan apa itu.

"D-Dokja-ssi, bagaimana dengan Yoo Jonghyuk-ssi, dan lainnya?"

Yoo Sangah merasa gelisah, dia memiliki firasat buruk bahwa orang di depannya bukan seseorang yang dia kenal.

Dan tentu saja, firasatnya benar.

"Yoo Jonghyuk? Siapa? Apa itu kakakmu?"

"Aahhh.... "

Sekarang, dia harus menerimanya. Ini ilusi seperti yang dinyatakan oleh God Of Stories. Dia memegangi kepalanya dan menangis histeris.

Pria itu panik karena belum pernah melihat Yoo Sangah seperti ini.

"S-Sangah-ssi, apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Maafkan aku."

Berkat suara panik itu, Yoo Sangah sedikit tenang, dia memejamkan matanya untuk mengatur pikirannya yang berantakan.

"Dokja-ssi, apa kau mau mendengar cerita?"

Pria itu mengangguk senang.

***

"Apa ini tempat tinggalmu?"

Yoo Jonghyuk bertanya saat melihat flat yang menjadi tempat tinggal 'Kim Dokja'. Itu sangat berbeda dari apa yang ada dalam ingatan yang dibagikan Plotter padanya. Memang karena keduanya berbeda, tapi berapa banyak anak yang bernama 'Kim Dokja' dan memiliki wajah yang sama dengan 'Kim Dokja' di luar sana?

"Iya, aku tinggal sendirian di sini. Hnm, aku belum pernah menerima tamu, jadi... di dalam sedikit berantakan."

'Kim Dokja' membuka kamar flatnya dan menampakkan ruangan suram yang sangat kotor, tidak, itu bukan sedikit berantakan, tapi sangat berantakan. Yoo Jonghyuk ngeri saat melihat semua sampah di sekitar, dia paling sensitif soal kebersihan.

—Kenapa dia bisa tinggal di tempat sekotor ini?!

Sebelumnya, dia menggunakan berbagai macam alasan untuk bisa dekat dengan 'Kim Dokja', dia berniat memastikan dunia ilusi ini apakah sama seperti apa yang dia duga? Jika itu benar...

Yoo Jonghyuk mengerutkan hidungnya pada bau yang tidak enak di ruangan lalu menatap tajam pada 'Kim Dokja'.

Yang ditatap merasa tidak nyaman, dengan keengganan dia memungut sampah-sampah yang berserakan, tapi hanya itu.

"Aku tidak tahan lagi. Biarkan aku membersihkannya!"

Yoo Jonghyuk kehilangan kesabaran, dia mengambil alih pembersihan dan membuat 'Kim Dokja' tercengang.

"Tidak, itu. Kau tamu, jadi aku saja yang membersihkannya dengan benar."

'Kim Dokja' tidak berhasil menghentikannya, jadi dia akhirnya ikut membantu dengan membersihkan sisa-sisa makanan.

Beberapa saat kemudian, keduanya tergeletak kelelahan di ruangan yang lumayan bersih.

"Kenapa kau hidup di tempat kotor ini? Bukankah kau punya rumah besar?"

Pertanyaan Yoo Jonghyuk menyebabkan 'Kim Dokja' tersentak dan membalas dengan gugup.

"A-aku lebih suka tinggal sendiri."

—Kalau dipikir-pikir, berapa umurnya sekarang?

Yoo Jonghyuk memeriksa tubuh 'Kim Dokja' yang kurus dan memiliki banyak bekas luka di tangan dan kakinya. Bekas luka yang...terlihat disengaja.

"Apa kau lihat?"

'Kim Dokja' tidak suka ditatap seperti itu, jadi dia sedikit menjauh.

"Apa kau menyiksa dirimu sendiri?" tanya Yoo Jonghyuk dengan nada kesal.

"Tidak, untuk apa aku melakukannya. Aku akan menyiapkan minum, kau mau teh?"

Jelas bahwa dia mengalihkan pembicaraan, tapi Yoo Jonghyuk tidak mendesaknya. Ada sesuatu yang terasa salah di sini, dia harus tahu apa itu untuk segera keluar dari dunia ilusi ini.

Melihat tak ada tanggapan, 'Kim Dokja' memutuskan sendiri untuk membuat teh di dapur kecilnya.

Sementara menunggu, Yoo Jonghyuk menjelajahi semua ruangan. Kamar mandi, tempat tidur, lalu mengintip ke dapur. Dan dia menemukannya.

Buku catatan, tidak, diary lusuh yang terselip di bawah meja makan di dapur. Dia tidak membersihkan dapur sebelumnya karena 'Kim Dokja' bilang itu bersih dengan wajah aneh seolah menyembunyikan sesuatu.

Yoo Jonghyuk diam-diam mengambilnya kemudian membaca halaman pertama.

<Catatan kehidupan ke-999>

<Sekarang aku hampir melupakan siapa diriku>

<Tapi, satu hal yang pasti. Aku harus mengakhiri kehidupan ini lebih cepat>

Wajah Yoo Jonghyuk memucat.

Srak!

Buku itu direbut dengan paksa oleh pemiliknya yang sekarang memiliki ekspresi kemarahan.

"Kau tamu yang buruk."

Nada suara terdingin yang pernah Yoo Jonghyuk dengar dari 'Kim Dokja'.

***