webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 24 : Jawaban (2)

Sepasang iris coklat memantulkan cahaya dari koridor luas tempatnya berbaring. Pemilik berkedip-kedip beberapa kali sampai rasa pusingnya mereda, kemudian dia mengangkat tubuhnya untuk memeriksa yang lain. Dia menghela napas lega setelah melihat yang lainnya aman tanpa luka, tapi masih pingsan.

Dia berdiri meneliti sekitarnya dan beranggapan bahwa tempat 'orang itu' adalah semacam kastil kuno dengan lantai marmer dan dinding yang kasar serta pencahayaan yang redup.

'Mungkin ini dibuat seperti abad pertengahan?'

Dia memiliki pikiran aneh saat berjalan sedikit jauh dari anggota partainya. Tiba-tiba —

"Yoo Jonghyuk."

Suara lemah seorang wanita memanggilnya, itu adalah wanita dengan rambut sebahu dan mantel putih, Han Sooyoung. Dia sudah siuman.

Yang dipanggil menoleh sesaat dan melanjutkan penelusuran area untuk mengetahui dengan pasti tempat apa ini dan dimana hadiah yang dikatakan 'orang itu', tunggu, bukan itu, dia berharap bisa bertemu 'orang itu' bukan mencari hadiahnya karena—

—Hadiah itu akan secara otomatis kalian terima setelah tiba di sana.

Itu menyiratkan bahwa ini bukan tempatnya, maka di mana? Yoo Jonghyuk menoleh ke kanan-kiri persimpangan koridor dan merasa ragu-ragu. Setelah mencoba skill Sage's Eyes yang anehnya berfungsi dengan sangat baik di sini, dia kembali ke tempat kelompoknya pingsan.

"Hei, apa yang kau temukan?" tanya Han Sooyoung yang duduk bersandar di dinding dengan kerutan di keningnya.

Yoo Jonghyuk menjawab, "Bukan tempat ini, tak ada keberadaan apapun di sekitar sini."

"Begitu," respon Han Sooyoung yang sekarang tampak aneh. Dia linglung dan terus bergumam "Tidak mungkin" beberapa kali sampai Yoo Jonghyuk kesal.

"Ada apa? Apa maksudmu dengan 'tidak mungkin'?"

Han Sooyoung menggeleng lalu menepuk kedua pipinya sambil membalas, "Tidak apa-apa."

Mereka berdua bisa saja membangunkan yang lain, tapi situasi saat ini membuang pikiran itu, toh cepat atau lambat yang lain pasti bangun. Mereka berdua ingin mendiskusikan sesuatu sebentar.

"Hei," panggil Han Sooyoung pada pria yang masih berdiri itu.

Dia melanjutkan.

"Apa kau pernah menyesal bertemu dengannya?"

Itu adalah pertanyaan yang membuat wajah Yoo Jonghyuk kaku dan matanya bergetar.

Butuh beberapa saat untuk menjawab, "Tidak." lalu berikutnya "Justru aku bersyukur. Bagiku dia..."

Han Sooyoung terkekeh sejenak lalu menimpali.

"Kau menyukainya?"

Alis Yoo Jonghyuk bergerak-gerak dan bibirnya memutar.

"Tentu saja. Aku menyukainya sebagai teman. Dia teman pertamaku…."

Yoo Jonghyuk berbalik untuk menyembunyikan ekspresi rumit di wajahnya. Han Sooyoung tak tahan lagi untuk tidak tertawa, itu sedikit membuatnya melupakan alasan keadaan linglung sebelumnya.

"Kau berubah, Jonghyuk. Aku tidak menyangka protagonis sadis yang kukenal akan berubah sejauh ini, itu pasti menyenangkan jika 'dia' tahu."

Keheningan timbul akibat kata-kata yang dilontarkan Han Sooyoung.

Tik!

Han Sooyoung mengeluarkan jam tangan hitam dari sakunya.

"Hei, kita mungkin harus melepaskan pergelangan kakinya, jika itu yang 'dia' inginkan."

Tak ada balasan dari pria yang menampilkan bahu lebar itu. Han Sooyoung menggeleng lalu memejamkan matanya.

Beberapa saat singkat berlalu,

"Uh?"

"Hnm?"

"Apa tempat ini?"

"Ini seperti kastil?"

"Apa Dokja-ssi adalah seorang Raja di sini?"

Anggota lain terbangun satu per satu sambil menyerukan tanggapan pada lingkungannya. Koridor marmer, nyala api biru yang redup, dinding kasar seperti interior kastil abad pertengahan, lalu ukiran-ukiran aneh tercetak di dinding itu.

Yoo Jonghyuk menyentuh setiap ukiran aneh dengan wajah serius, sayangnya dia tak bisa mengetahui apa maksud ukiran itu meski sudah memutar otaknya berulang kali. Mungkin tak ada maksud tersembunyi, atau mungkin itu adalah sesuatu yang seharusnya tak diketahui.

Setelah menunggu sampai mental semua orang siap, mereka melangkah ke salah satu ujung koridor sambil berharap ini jalan yang benar.

***

Tampaknya mereka tersesat, itu membingungkan karena semua sisi memiliki bentuk yang sama. Mereka akhirnya berhenti sebentar untuk mendiskusikan arah selanjutnya.

"Pasti harusnya koridor kanan, kita seperti berputar-putar di labirin. Tidak, tunggu—Sooyoung-unni bisa memakai kemampuan pendeteksi, kan?"

Mereka semua menatap Han Sooyoung, yang ditatap mengucurkan keringat di dahinya dengan wajah gugup.

"Sooyoung-unni?" tanya Shin Yoosung dengan khawatir.

"Eh, itu… aku—"

Yoo Jonghyuk menyela.

"Akan kupimpin jalan, ayo!"

Mereka saling memandang dengan bingung karena yang memimpin jalan sejak tadi adalah Yoo Jonghyuk dan itu mengherankan bahwa mereka tersesat karenanya.

Yah, tak ada pilihan, mungkin Yoo Jonghyuk sedang mencoba-coba jalan. Kemungkinan menemukan 'orang itu' tidak rendah sehingga mereka tak memprotes untuk terus maju memutari labirin koridor.

Itu sampai —

String!

Clang!

"Huh?!"

Kilatan senjata menyerang, untungnya Yoo Jonghyuk menangkis dan menghempaskan bilah pedang yang menyerang mereka.

Yoo Jonghyuk mengeratkan pegangannya pada <Black Demon Sword> lalu berseru, "Siapa kau?!" pada orang yang tersembunyi bayangan di depannya.

"Aku tidak mengira kalian benar-benar memutuskan untuk datang ke sini," jawab orang yang tersembunyi itu.

Suara yang akrab, anggota partai melihat Yoo Jonghyuk lalu orang tersembunyi itu.

Dugaan mereka benar, orang itu menunjukkan dirinya dengan ekspresi kelelahan.

"Secretive Plotter?"

Yoo Jonghyuk memasang sikap waspada, tapi sepertinya itu tidak perlu karena Plotter tak pernah berniat menyakiti mereka.

"Dengarkan aku jika kalian ingin bertemu 'dia'," ucap Plotter.

***

Di lantai khusus dalam Tower Of Nightmares, ruangan yang seluruhnya putih, berisi adegan mengerikan dari pembantaian berdarah. Dua penonton terlalu syok untuk segera merespon saat penghalang yang melindungi mereka hancur. Dan sosok pembantai menyeringai ke arah mereka.

Monarch Jaehwan menggigil dan menarik Yang Hebat untuk mundur saat sosok itu melangkah perlahan mendekati mereka berdua.

Monarch Jaehwan tak tahu mengapa, tapi sudah pasti sosok yang sedang melangkah ke arahnya adalah 'boneka sebenarnya Tower Of Nightmares'. <Big Brother> keji yang pertama kali dia temui ada di depannya.

Dia terus mundur sambil menyeret Yang Hebat yang seperti patung, bagaimanapun syok itu bisa dimengerti. Namun, Monarch Jaehwan mengutuk karena situasi saat ini tidak cocok.

—{{Tiga yang dipanggil untuk Ujian Tower Of Nightmares}}

Monarch Jaehwan mengingat kata-kata God Of Stories, itu benar. Tiga, dan sekarang berapa yang tersisa di ruangan yang sangat luas ini? Itu tiga.

Tap!

Tap!

Tap!

Napasnya tercekat, dia terengah-engah karena aura merah-ungu dari sosok itu menghalangi pandangannya.

"Hei, kau harus menghentikan kembaranmu. Aku tidak tahu, tapi dia akan memusnahkan kita. Bangunlah! Kau Juri! Ayo bangun! Sadarlah!"

Monarch Jaehwan tak tahan lagi sehingga dia memukul pipi Yang Hebat dengan keras untuk menyadarkannya. Sedikit cahaya muncul di mata hitamnya dan Yang Hebat mulai bergerak.

Dia memasang penghalang bersama Monarch Jaehwan lalu mencoba memulihkan tubuhnya sambil berkata, "Tidak apa-apa, Reader tidak akan memusnahkan kita."

Monarch Jaehwan ketakutan atas respon polos itu.

"Omong kosong, lihatlah. Dia mengerikan. Ayo mundur, sialan!"

[Hei]

Mereka berdua melompat ketakutan pada suara melengking itu. Yang Hebat tergagap, "R-R-Reader?!"

Mereka berdua menelan ludah, Yang Hebat akhirnya menyadari bahwa sosok itu bukan 'Reader'.

[Kemarilah]

"Tidak, jangan bodoh!"

Monarch Jaehwan memegangi Yang Hebat dengan erat sambil memelototi sosok itu. Sosok yang diselimuti aura merah-unggu dengan wajah tidak jelas.

Sedikit lagi, dan mereka saling mengejar. Satu pihak berjalan perlahan dengan santai, sementara pihak lain menyeret langkah dengan tubuh gemetaran.

Namun, aksi kejar-mengejar itu membosankan bagi sosok itu sehingga sosok itu menangkap mereka berdua secara langsung.

Monarch Jaehwan mencabut pedang hitamnya untuk bertahan. Akan tetapi, satu tebasan dari pedang sosok itu menghempaskan mereka berdua sampai muntah darah.

[Apa ini? Kuk?!...]

Untuk sesaat sosok itu membungkuk sambil memegangi wajahnya. Monarch Jaehwan merasa kesempatan datang, jadi dia berlari menuju sosok itu sambil berteriak, "<Big Brother>, ini aku! Tidakkah kau mengingatku?!"

[Kau?!]

Sosok itu memiringkan kepalanya lalu senyuman iblis bisa terlihat, wajahnya memang tertutupi aura, tapi entah sosok itu sengaja atau tidak, area sekitar mulutnya ketika tersenyum terlihat.

[Monarch Jaehwan?!]

Monarch Jaehwan menegang pada panggilan itu, dia hanya berjarak beberapa meter saat ini. Namun, keberaniannya surut.

"<Big Brother>, bukankah kau berjanji untuk tidak memusnahkanku?" tanyanya sambil berjalan mundur.

[Ini Ujian]

"Sialan!"

Monarch Jaehwan mengutuk.

[Tidak seru]

Sosok itu menggumamkan sesuatu lalu ribuan panah aura terbentuk dan langsung jatuh menyerang Monarch Jaehwan dan Yang Hebat.

***