webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 23 : Apakah Kau Mengkhianati Tuanmu? (2)

Apakah konsep waktu itu penting? Aku tidak tahu, kukira ini sudah berjalan terlalu lama, sungguh sangat lama. Kenapa aku yang dipilih sebagai penghancur? Aku tidak bisa melakukan peran itu sekarang. Jika itu yang dulu, mungkin saja, aku tidak akan mengedipkan kelopak mata saat menerima peran itu. Akan tetapi, sekarang berbeda.

Aku kecewa, ratusan Juri itu tidak bisa menggoreskan luka sedikit pun padaku, terlalu banyak energi kekacauan yang bocor. Sudah hampir waktunya, seharusnya dia sudah datang. God Of Stories, aku menunggumu.

Ttang!

Ttang!

Ttang!

Semakin sedikit gerakan perlawanan yang kulakukan, semakin banyak energi kekacauan yang bocor dan menyebar. Energi itu sendiri seperti aura Master Pedang, tapi bertindak tak terkendali seolah-olah memiliki ego sendiri.

Sialan!

Kenapa mereka tidak bisa melukaiku?!

Seberapa jauh bedanya kekuatan generasi pertama dan generasi baru yang terbangun?!

Yah, apa boleh buat. Aku harus bergerak lebih banyak sampai dia tiba. Aku menebas tanpa memandang siapa yang kutebas, tidak, aku tidak ingin tahu siapa itu. Perasaan familiar dari membunuh ini sudah berakar kuat jauh sebelum aku menjadi karakter sementara.

Mungkin itulah alasanku begitu gatal untuk membunuh setelah menahan diri sebagai karakter 'Kim Dokja'. Tower Of Nightmares memberikan peran yang sesuai untuk diriku yang dulu, tapi sekarang tidak lagi. Aku tidak mau melakukannya.

Semua generasi pertama telah dipanggil selain tiga pekerja, aku salah satu dari ketiganya. Hah, Tower Of Nightmares yang kejam itu tidak pernah memanggilku, meskipun begitu banyak kekacauan yang sengaja atau tak sengaja kuperbuat.

Michael sepertiku, dia harus membunuh 'Jahat' sebagai perannya. Hanya peranku berkebalikan darinya. Seandainya itu adalah penyelamat, aku akan menerimanya dengan tangan terbuka, tapi kebenaran adalah sesuatu yang pahit.

Kadang-kadang aku memiliki sedikit harapan, mungkin suatu ketika aku akan bisa melepaskan peranku dan menjadi seperti apa yang kuinginkan, tidak perlu melalui keabadian sesat, sendirian dan kesepian. Mungkin dua orang yang melihatku dari luar penghalang akan menyebutku Butcher. Julukan itu lebih cocok untukku daripada Monarch Jaehwan.

Tubuh fisik Juri tentu saja mengeluarkan darah tergantung bentuk seperti apa yang dipakai, misal dia orc, itu akan menjadi lendir hijau menjijikkan. Namun, sebagian besar dari mereka dalam tubuh fisik manusia, yang tak bisa melawanku.

Krak!

Ngiiiing!!!!!

Ugh, penyegel, tidak, itu mulai terkikis perlahan, muncul tato berwarna merah yang membentuk kerah di sekitar leherku, energi merah gelap dan hitam keluar, itu tak bisa kuhentikan. Para Juri itu menjadi gemetar lalu mundur, mereka pasti sudah tahu sekarang. Mereka tahu bahwa mereka akan benar-benar musnah jika melawanku tanpa bisa dibangunkan kembali.

Kenapa 'dia' tidak mengetahui kebenaran yang kuketahui? Itu karena segel ini, jika harus dikatakan mana dari kami yang merupakan yang asli, maka tidak ada hal seperti itu, kami berdua sama-sama yang asli.

Kami terpisah dan konsepnya menjadi anak kembar, serta salah satu pasti memiliki lebih banyak kemampuan atau pengetahuan daripada yang lain, sementara sisanya memiliki bakat atau sesuatu yang tidak dimiliki kembarannya. Meskipun begitu, kami berasal dari jiwa yang sama sehingga kami tidak bisa saling menyerang.

Segel ini adalah penekan energi kekacauan yang telah terakumulasi sejak pertama kali terbangun, pertama kali terbangun... yah, God Of Stories mengambil cerita itu sebagai sanksi, jadi aku tidak bisa memastikannya. Tentu saja, cerita dari jiwa yang sama juga terbagi. Kami memahami satu sama lain, hanya saja aku tidak mengakuinya, jika aku mengakuinya sebagai diriku yang lain dan bukan sebagai kembaran... energi kekacauan akan mengalir padanya.

KENAPA? KENAPA TOWER OF NIGHTMARES MEMBERIKU PERAN INI?!!!

Kesalahan apa yang kulakukan di kehidupan sebelumnya, tidak, itu aneh, apakah aku punya kehidupan sebelumnya? Itu tidak mungkin, tidak, mungkinkah? Tunggu, pikiranku kacau, perlahan aku kehilangan kewarasan.

Ttang!

Brak!

Aku terengah-engah lalu tertawa kosong sambil berlumuran darah. Mereka pasti bisa melihat semua darah yang tertuang ke mantel putih ini. Para Juri sudah menyerah, mereka meringkuk ketakutan di pinggir penghalang, tak ada yang mau melawanku lagi. Ini mengecewakan.

Ck. Sepertinya kepribadian dari jiwa yang asli yang tersimpan dalam segel sedikit keluar. Sebentar lagi, aku sudah bukan diriku...…

Emosiku sebagai 'Kim Dokja' ada padanya, dan sekarang emosi dari jiwa yang asli akan menyerap jiwaku.

Kami terlahir dari jiwa yang asli, cerita dari jiwa asli terbagi, tapi emosi tidak. Itu tersimpan dalam salah satu dari kami, dan aku lah yang dipilih. Aku ingin melupakan itu beberapa kali, tak ada gunanya mengingat hal itu saat ini. Ironisnya, 'dia' menganggap bahwa dirinya adalah sisi terburukku, awalnya aku pikir itu akan sangat buruk jika 'dia' benar-benar jadi 'jahat'.

Tidak, peran itu tidak cocok untuknya, dan aku juga… sepertinya.

Aku ingin terus berpikir untuk mencegah emosi jiwa asli memakanku, God Of Stories harus datang sekarang.

Aku jatuh terduduk sambil membanting pedang, lantai yang hampir seperti kaca memantulkan bayanganku, itu penuh darah. Aku tiba-tiba teringat bayangan wajahku di jendela kereta bawah tanah 3807, itu juga berlumuran darah.

Saat jiwa yang asli hampir memakanku seluruhnya... sesuatu terasa salah. Itu...

Tangan kiriku yang penuh darah gemetaran lalu itu menyebar ke seluruh tubuh dengan sendirinya. Ini… kenapa?!

Air mata yang tak pernah keluar sejak emosiku diambil jatuh, apakah aku harus menyebut ini air mata karena menanggapi tubuh fisik yang hancur ataukah hal lain? Tidak mungkin itu emosi.... Apakah jiwa yang asli... tidak.

Pandanganku kabur sesaat, pada saat ini aku akhirnya tahu alasannya.

"Sungguh, bukankah dia terlalu ceroboh untuk mengkhianati keinginanku…."

Gumamanku menjadi sinyal dari lenyapnya diriku saat ini. Selamat datang jiwa yang asli, segel itu hancur sepenuhnya. Mungkin masih ada sedikit waktu—

***

Bagian paling dalam perpustakaan, ruangan persegi panjang yang sangat luas, tapi tak ada satu pun rak atau buku, itu aneh ada ruangan seperti ini di perpustakaan. Namun, mereka takkan menganggap itu aneh setelah melihat sesuatu yang tersimpan di dalamnya.

Pustakawan Nirvana, Master Teater Simulacrum, dan Eater Dream, ikut membantu. Sebagai bawahan Master Of Abyss, mereka harus melakukannya.

Setelah beberapa langkah menuju tengah ruangan, cahaya redup berwarna biru yang tersimpan dalam kotak kaca bisa terlihat. Mata mereka membesar karena cahaya itu bisa padam kapan saja.

"Itu…"

Uriel menahan napasnya dan berjalan mendekat. Lima langkah, empat langkah, tiga langkah—

Bang!!

Tidak bisa lewat. Uriel tertahan sesuatu yang tidak terlihat, itu penghalang.

[Ini tidak bisa hancur dengan mudah]

Master Of Abyss menjelaskan.

"Ini mudah untukku."

Plotter mengeluarkan pedangnya dan akan mengayunkannya ketika—

—Hei, Plotter. Aku pikir kau membuat pilihan yang salah.

Suara itu bergema di seluruh ruangan yang gelap. Mereka semua terperanjat, bahkan Master Of Abyss jatuh terduduk dengan ekspresi kaku seolah menyesali apa yang akan dia lakukan.

Plotter menggeretakkan giginya dengan keras lalu meraung dengan suara melengking untuk membalas.

"Aku… tidak…peduli…ini salah…atau tidak!!"

Setiap kata yang dia ucapkan bebarengan dengan ayunan pedang yang menghantam penghalang. Dia melanjutkan dengan mata emasnya yang menyala-nyala.

"Kau…harus…menghargai …teman-temanmu…yang ingin …hidup bersamamu!!!!"

Tak ada balasan dari suara itu.

Crak!

Clang!

Penghalang itu hancur dengan mudah. Cahaya biru terang dari kotak kaca berkedip-kedip. Ini adalah sebagian jiwa yang disimpan orang itu di sini sehingga dia terikat dengan perpustakaan ini. Plotter meraihnya.

...

...

...

...

Atau itulah yang dia harapkan, tepatnya dia tercengang karena warna dari jiwa itu perlahan berubah. Wajah semua orang memucat.

Master Of Abyss yang gemetaran merobek sebagian jiwa yang masih berwarna biru, tidak, itu hanya pecahan kecil. Yang lain kemudian mengerti apa yang harus dilakukan.

***