webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 23 : Apakah Kau Mengkhianati Tuanmu? (1)

Laboratorium Pohon Ilusi dilanda gempa, gelas-gelas kaca retak kemudian pecah dan menerbangkan pecahannya seperti bulu, tapi itu sangat menyakitkan jika seseorang terkena pecahannya.

Dan tentu saja, ada satu yang seperti itu, seorang pria yang memiliki bekas luka di wajahnya. Gelas kaca di laboratorium bukanlah kaca biasa, sama halnya dengan cairan yang dihasilkan Yang Hebat waktu itu, peralatan dan wadah merupakan senjata pemusnah jika menyebabkan luka.

Asap putih menyebar dari luka-luka di tangan yang tergores, itu akan menjadi bekas luka hitam permanen. Namun, pria itu tidak peduli, dia akhirnya bisa keluar dari kurungan mengerikan itu karena waktu kurungannya habis.

Begitu keluar, dia segera membentuk tubuh fisik sambil memeriksa orang-orang yang berhubungan dengannya yang juga dikurung. Dia memecahkan semua benda di Laboratorium untuk mengeluarkan mereka dan juga untuk meluapkan emosinya yang mendidih.

Dia memijat kepalanya yang berdenyut-denyut saat luka-luka terus bertambah. Dia lalu memberikan perintah ke empat orang yang menyatu dengan bayangannya untuk keluar.

Uriel yang merupakan gabungan dari Uriel putaran ke-1864 dan putaran ke-999 menanggapi panggilannya, selama keduanya terhubung dengan Plotter, maka mereka akan merasakan dampak yang sama, yaitu harus menurutinya. Bagaimanapun, Uriel dan tiga lainnya mendapatkan status sebagai Penjelajah sehingga mereka dapat bergerak bebas melintasi Time Fall dengan harga yang wajar.

Harga yang dimaksud adalah cerita yang mereka korbankan. Terutama bagi Uriel yang harus menyeberang dari pandangan dunia itu menuju Pohon Ilusi yang dekat dengan sumber. Dia menyampaikan pesan Reader kepada pria itu tepat sebelum pria itu melakukan hal yang lebih gila, misalnya keluar dari kurungan secara paksa. Itu mudah baginya, tapi itu membahayakan orang yang mengurung mereka. Uriel mengirimkan pesan itu lewat komunikasi khusus mereka sebagai Penjelajah dalam satu grub.

Akan tetapi, Plotter malah semakin marah setelah membaca pesan yang disampaikan Uriel, dia berasimilasi sementara di tubuh Yoo Jonghyuk saat itu dengan niat untuk mendapatkan penjelasan. Namun, dia justru melupakan niat awalnya karena isi pesan yang mengerikan.

Jika memang harus begitu, maka dia yang akan mengotori tangannya sendiri dengan melenyapkan orang itu. Sayangnya, ego Yoo Jonghyuk menentang dan menghalanginya.

-Pergi!!!

Plotter merasa ini semakin merepotkan, jadi dia akhirnya pergi setelah wanita itu memukul tubuh Yoo Jonghyuk sampai pingsan. Dia akan melakukan hal lain sebagai gantinya, yaitu menghancurkan perpustakaan itu.

"Hei, Plotter. Apa isi pesan itu?"

"..."

Kim Namwoon yang penasaran bertanya dengan hati-hati. Selama beberapa waktu terakhir setelah menjadi Penjelajah, dia jadi pendiam, bukan hanya dia saja, Lee Jihye dan Lee Hyunsung juga. Mereka bertiga membutuhkan waktu untuk menerima perubahan drastis dan mencerna kebenaran yang mencengangkan.

Mungkin hanya Uriel yang terlihat tidak memikirkan status mereka saat ini, melainkan fokus pada orang-orang tertentu, tentu saja mereka bertiga tahu siapa saja itu. Favorit Uriel dan yang selalu dia perhatikan saat ini menjadi titik fokus mereka.

Plotter membersihkan sisa-sisa pecahan dari pakaiannya, lalu menatap luka-luka di tangan kasarnya. Dia mengernyit, tapi bukan karena kesakitan, melainkan berpikir seberapa banyak rasa sakit yang 'Kim Dokja' derita setelah terkena obat pemusnah itu. Dia masih belum tahu bahwa 'Kim Dokja' dan 'Reader' berbagi peran sebagai pembawa emosi dan wadah rasa sakit.

Akan tetapi, satu hal yang dia tahu adalah keduanya memiliki niat yang berbeda, yang satu ingin menyelamatkan, dan yang satu ingin menghancurkan. Yang manapun itu, dia harus memilih salah satunya karena orang itu memberitahunya bahwa jika keduanya ada maka seluruh dunia akan direset.

Dan sekarang dia menentukan pilihannya, dia tidak menghancurkan laboratorium sepenuhnya, hanya benda-benda yang hancur. Dia akan menuju perpustakaan itu, membantu orang itu pada pilihannya untuk terakhir kalinya.

Plotter tidak menanggapi tatapan bertanya-tanya mereka berempat dan keluar laboratorium sambil menyeret mereka. Mau tidak mau, dia harus melakukannya karena orang itu sudah bersedia berkorban.

-Hei, Plotter. Apa kau menyayanginya? Maka rawatlah dia dengan baik, tenang saja, jika kau membantuku, dia akan selamat. Ngomong-ngomong, kau mungkin akan kesulitan merawatnya karena dia memiliki emosi kekacauan ku.

Itu adalah kalimat terakhir dari pesan yang tidak terlalu panjang menurutnya.

Ruangan-ruangan khusus dalam Pohon Ilusi seperti laboratorium dan perpustakaan memiliki letak yang berubah-ubah. Untungnya itu mudah untuk mengetahui dimana letaknya atas izin dari pemilik. Plotter akhirnya menyadari bahwa orang itu tahu semua hal yang akan terjadi dan sudah menyiapkan segalanya.

-Aku butuh bantuanmu, Plotter. Kau pasti memahaminya seperti apa rasanya tidak bisa mati disaat kau menginginkannya.

-Jadi pilihlah, mana yang akan kau bantu. 'Kim Dokja' atau aku?

-Tapi, ingatlah jika kau membantu 'Kim Dokja'...

-Aku tidak bisa lagi menjadi penyelamat, sudah terlalu melelahkan untuk menahannya.

Wajah Plotter mengeras saat mengingat beberapa isi pesan itu, dia menoleh untuk mencari keberadaan Juri lain. Namun, tidak ada yang bisa ditemukan.

'Mungkin...'

Dia membuat tebakan dan langsung mempercepat langkahnya menuju koridor yang mengarah ke perpustakaan, berdasarkan letak yang tertulis dalam pesan itu.

Lee Jihye, Lee Hyunsung, Kim Namwoon, dan Uriel berlari di belakangnya dengan ekspresi cemas. Tak ada Juri satu pun, itu sungguh aneh bagi mereka. Ditambah suasana mencekik di sekitar seolah sesuatu yang buruk sedang terjadi saat ini. Mereka berempat bergegas dan mengikuti Plotter, meskipun belum mengetahui apa rencananya.

Tap!

Tap!

Tap!

Mereka semua berhenti karena suara langkah kaki dari depan. Cahaya remang-remang di koridor menampakkan suatu sosok pemuda di ujung dengan wajah yang tidak jelas.

"Itu..."

"Ssst."

Lee Jihye menutup mulut Kim Namwoon, situasi bisa sangat berbahaya jika mereka memicu keributan. Lee Hyunsung bersiap untuk mengeluarkan kekuatannya sebagai pelindung, semenjak Uriel menyebarkan aura keemasannya.

Tap!

Tap!

Suara langkah itu semakin dekat, lalu berhenti. Mereka melihatnya, seorang pemuda yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.

"Siapa kau?! Menyingkir!"

Plotter yang tak punya waktu untuk berurusan dengannya memerintah.

Pemuda yang menunduk itu mengangkat wajahnya dengan ekspresi serius.

[Apa kau akan menuju perpustakaan?]

Mereka tercengang dan memasang sikap waspada, terutama Plotter yang mengeluarkan pedangnya.

[Perpustakaan akan hancur sebentar lagi. Apakah tuanku memintamu untuk menghancurkan sesuatu di dalam sana?]

"Kau..."

Plotter tercekat, dia tahu siapa pemuda itu. Tak peduli penampilannya yang berubah terlalu jauh, hanya ada satu yang sangat setia dan memanggil orang itu sebagai 'tuan'.

[Tolong bantu aku untuk mencuri sebagian jiwanya]

Apa?!

Mulut mereka ternganga pada perkembangan yang tidak terduga.

"Kau mengkhianati tuanmu? Kau ingin mencuri jiwanya?! Bukankah kau menyia-nyiakan pengorbanannya demi dunia ini, Master Of Abyss?!!"

Plotter berteriak dalam kemarahan setelah mencerna apa yang dimaksud dengan kata-kata 'mencuri sebagian jiwa'.

Namun, pemuda itu tersenyum lembut.

[Jika ini disebut pengkhianatan, aku akan menerimanya]

Lalu, dia berjalan mendekat sampai hanya tersisa satu langkah dari Plotter. Dia mengulurkan tangannya.

[Aku selalu ingin melindunginya sampai akhir, jadi bisakah kau membantuku, Juri Plotter?]

"Jika sebagian jiwanya tidak ikut lenyap, maka kehancuran dunia-"

Pemuda itu menyela pernyataan Plotter yang lugas.

[Kehancuran dunia akan berjalan sebagaimana mestinya. Tuanku hanyalah wadah, akan butuh waktu sangat lama dan mungkin takkan terjadi jika kita menjaga sebagian jiwanya tidak terpengaruh energi kekacauan]

Pemuda itu, Master Of Abyss yang merubah penampilannya menyemburkan informasi mengejutkan. Murid-murid mata Plotter bergetar, lalu dia teringat orang-orang yang ada di dunia itu.

Orang-orang yang begitu tergantung pada seseorang yang selalu mengorbankan dirinya sendiri. Dia mengingat seperti apa wajah putus asa pria itu, Yoo Jonghyuk, lalu semuanya dan... 'Kim Dokja'.

-Kenapa aku tidak bisa membuat agar kami berdua hidup? Kenapa salah satu dari kami harus musnah?

Tangan Plotter yang memegang pedang bergerak-gerak gelisah, lalu setelah renungan dalam waktu yang singkat, dia mengangkat wajahnya yang tertunduk. Matanya bersinar emas.

***