webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 20 : Pilihan (3)

Kupikir tak ada hal lain lagi yang bisa dibicarakan sehingga mereka semua pergi selain Yoo Sangah. Aku tidak menjawab pertanyaan terakhir, jadi wajah kecewa mereka itu wajar.

Yoo Sangah satu-satunya yang masih menemaniku dengan tatapan rumitnya. Dia tiba-tiba berseru, "Dokja-ssi, apakah kau pernah bereinkarnasi sebelumnya?"

"Hnm?!"

Itu pertanyaan aneh, apakah aku pernah bereinkarnasi? Aku kesulitan menjawabnya karena tanpa reinkarnasi pun, aku seperti reinkarnator. Jawaban yang bisa kuberikan adalah—

"Tidak," jawabku.

Yoo Sangah tampak merencanakan sesuatu, apa dia berniat menggunakan atribut reinkarnasinya padaku? Itu mustahil, bahkan meski aku dihabisi di sini, aku tidak bisa musnah, yang terbunuh adalah tubuh fisik bukan jiwa. Hanya Tower Of Nightmares yang bisa memusnahkan jiwaku. Cukup membingungkan untuk memikirkannya, aku tidak mengalami reinkarnasi, tapi aku bisa membentuk tubuh fisik yang menjadi wadah, tentu saja konsepnya sangat mirip dengan reinkarnasi atau transmigrasi.

"Itu… Dokja-ssi, bagaimana jika ada suatu dunia dimana Dokja-ssi bukan Dokja-ssi yang sekarang?" tuturnya dengan hati-hati.

Kenapa dia menanyakan hal ini? Aku menelan ludah, mencoba memikirkan jawaban yang tepat agar dia tidak bertanya lagi.

"Itu akan bagus, maksudku… jika dunia seperti itu benar-benar ada, aku akan melupakan kelelahanku," jawabku sambil berharap dia menanyakan hal aneh lagi.

Dan aku tahu itu tidak mungkin ada, untuk saat ini aku harus fokus pada rencana awal dan penyelesaian serta menuntut perjanjian.

Yoo Sangah tersenyum manis sekilas, apa yang dia ketahui? Apa saja yang diberitahukan dinding menyebalkan itu padanya? Aku waspada.

[Dinding Lingkaran Reinkarnasi berkata : kau bodoh]

Keningku berkerut, dinding itu agak kurang ajar seperti Dinding Keempat. Aku menghela napas lalu teringat sesuatu.

"Yoo Sangah-ssi, bisakah aku memintamu melakukan sesuatu?"

Dia tampak terkejut, tapi masih mengangguk dengan mata berbinar. Aku berpikir bahwa dia mungkin merasa tidak senang karena aku merepotkannya. Bagaimanapun Yoo Sangah sebenarnya masih memiliki sedikit ingatan tentangku sebagai 'Kim Dokja' sebelum dunia kehancuran. Bagaimana aku tahu? Tentu saja aku mengetahuinya, karena aku menghapus ingatan mereka tentang 'Kim Dokja' yang mereka kenal setelah dunia kehancuran, bukan 'Kim Dokja' sebelum dunia kehancuran.

Salah satu orang yang sedikit mengetahui tentang manusia 'Kim Dokja', Yoo Sangah. Jadi, kali ini aku akan meminta bantuannya lagi.

***

Yoo Jonghyuk menatap mantel putih di tangannya dengan intens. Dia sedang berusaha mengisi lubang ingatannya. Namun, berapa kalipun mencoba, itu sia-sia, tapi dia tidak menyerah, dia merasakan urgensi untuk segera mendapatkan kembali ingatannya.

Biyoo, dalam wujud manusianya, mengamati Yoo Jonghyuk dengan khawatir sambil sesekali memanipulasi sistem <star stream> untuk menemukan dokumen rahasia Raja Dokkaebi sebelumnya yang masih tersembunyi. Itu diperlukan agar dia dapat membantu mereka dan pada saat bersamaan tidak mengingkari janjinya.

Kilatan listrik tiba-tiba muncul dari tubuh Yoo Jonghyuk, Biyoo tersentak dan langsung berlari ke arahnya.

"Kapten!"

Yoo Jonghyuk mengerang dan menjatuhkan mantel putih yang dipegangnya, matanya membelalak kaget.

Pada saat itu, sesuatu yang besar mengisi lubang ingatannya.

***

Aku berjalan-jalan setelah sedikit beristirahat, menemui Lee Seolhwa dan menanyakan kabar mereka, respon mereka berbeda. Aileen menyambutku dengan baik, sementara Lee Seolhwa sedikit waspada. Itu wajar, Aileen masih mengingatku, dia dari dimensi yang berbeda dan memiliki sedikit kenangan denganku.

Aileen adalah seseorang yang bijaksana, jadi dia tidak membocorkan apapun, meski aku tidak memberinya peringatan, dia pintar untuk tidak mencampurinya.

Aku pikir Shin Yoosung akan berada di tempat Aileen, tapi dia tidak ada di sini, aku menuju ke bangsal di ujung koridor lantai yang sama dengan kantor Aileen, tempat Uriel dirawat.

Yoo Jonghyuk menceritakan padaku bahwa Uriel mendadak tidak sadarkan diri ketika aku pingsan di bar. Kurang lebih aku bisa menebak alasannya. 'Dia' terlalu berhati-hati.

Aku menatap Uriel yang terbaring di ranjang, mungkin aku akan merasa sangat sedih jika masih memiliki emosi. Namun, aku hanyalah wadah kosong menggantikan yang asli.

<Salah satu dari kami harus musnah>

Aku memiringkan kepala saat kalimat itu melayang di pikiranku. Dengan pelan, aku memegang tangan Uriel dengan tangan kiriku lalu membangunkannya. Mengabaikan peringatan yang diteriakkan 'dia' dalam komunikasi kami.

Tujuan kami berbeda, sebelum waktu ujian Tower Of Nightmares, sebisa mungkin, aku akan memberikan kesan yang baik pada mereka.

Uriel membuka matanya, kebingungan terpancar dari wajahnya, aku bisa mengerti.

"Kim Dokja?"

Saat berikutnya, ekspresi Uriel berubah, matanya menajam saat menatapku. Tangannya terulur ke leherku, tapi berhenti sebelum menyentuh.

"Ah…aku, Plotter sudah gila!"

"Aku mengerti, bisakah kau memberitahu Plotter?"

Uriel melebarkan matanya pada permintaanku. Aku tahu, egonya saat ini adalah Uriel putaran ke-999, aku berhasil membawanya keluar dari kurungan 'dia'. Lalu, aku menyerahkan tugas itu padanya, sesuatu yang tertulis dalam selembar kertas yang harus dia sampaikan pada Plotter.

Aku pergi setelah melakukan itu, berikutnya adalah menemui Han Sooyoung.

***

"Jadi, kau ingin melamar pekerjaan dengan kemampuan 'ini'?" tanya Han Sooyoung sambil melambaikan surat lamaran yang sebelumnya kuajukan.

"Benar," jawabku.

Aku saat ini di kantornya, duduk berhadapan dengannya di meja kerjanya.

Untungnya dia tidak memberiku bahu dingin seperti yang kukira, justru dia menyambutku. Itu aneh karena Han Sooyoung yang kukenal akan mengutuk dan mungkin saja memukuliku dengan gila.

"Kau bilang akan datang besok," ucapnya saat sudut mulutnya terangkat.

"Aku akan datang besok jika belum bertemu denganmu, tapi aku bertemu denganmu hari ini."

Aku menjelaskannya secara alami.

"Hnm, begitu.… kau mau?"

Dia menawariku permen, aku menerimanya dan langsung memakannya. Permen ini memiliki efek relaksasi, itu cocok untuk suasana canggung saat ini.

"Baik, kau ingin bekerja, bukan? Maaf, aku tidak bisa memberikan pekerjaan padamu."

Aku tercengang, mulutku terbuka untuk memprotes, tapi dia lebih cepat.

"Aku tidak suka karyawan yang bekerja untuk sementara, jadi jika kau benar-benar ingin bekerja di sini. Kau harus bersumpah untuk bekerja selamanya."

Dia menyeringai, sekarang aku tahu apa yang dia inginkan. Ada hal lain yang membuatku penasaran.

"Kau tidak mempermasalahkan kemampuan yang kumiliki?"

Dia tertawa terbahak-bahak lalu menyodorkan kertas surat lamaran pekerjaanku.

"Bookmark? Hei, itu cheat! Kau bisa menyalin stigma atau kemampuan orang lain tanpa izin. Di novelku tertulis begitu, dan aku yakin itu benar, kan?"

Aku mengangguk. Meskipun ada beberapa bagian yang tidak tertulis dalam novel itu, tidak bisa disangkal bahwa fakta tentang kemampuan yang kumiliki itu benar, hanya ada satu kemampuan yang tidak lagi ada padaku sekarang.

"Jadi, apa keputusanmu? Ngomong-ngomong, aku juga akan memberimu tempat tinggal, jika kau menerima persyaratanku."

Han Sooyoung menatap langsung ke mataku untuk mengantisipasi kebohongan. Dia selalu sangat detail dan pintar.

"Aku…."

Brak!

Suara pintu didobrak mengejutkanku, Han Sooyoung terperangah dan langsung berdiri. Ketika aku berbalik—

"Kau harus mati!!!"

Apa?!

Tangan penuh bekas luka dari seorang pria yang sangat kukenal itu mencekikku.

"Kau kesurupan apa?! Sialan!"

Aku justru memaksa senyum untuk muncul di wajahku sambil memanggil namanya.

"Secretive Plotter."

Yoo Jonghyuk yang sekarang dikuasai oleh Secretive Plotter, 'dia' melupakan fakta bahwa Secretive Plotter bisa berbagai ingatan dengan Yoo Jonghyuk. Ini adalah perkembangan yang kuperkirakan.

***