webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 19 : Kim Dokja (2)

Beberapa saat yang lalu ketika melalui serangkaian percakapan di cafe, rasa sakit luar biasa berdenyut-denyut dari tangan kananku, dan itu membuatku pasif dalam menerima pemukulan dari Jang Hayoung. Aku tidak menunjukkan bahwa aku kesakitan, tapi pemukulan itu membantuku berpikir jernih.

Aku tidak ingin mengakuinya, tapi tak ada pilihan lain. Aku menahan rasa sakitnya dan berharap semuanya sudah ditransfer dengan benar. Darah dari sudut bibirku masih keluar, jadi aku mengusapnya dengan tangan kiriku.

Uriel dan Mark memegangi Jang Hayoung yang melotot padaku, apakah dia membenciku? Aku akan menerimanya kalau begitu.

Aku berdiri dan menghadapinya sambil mengabaikan sengatan rasa sakit seperti tulang remuk dari tangan kananku.

"Jang Hayoung," panggilku.

Dia menjadi sedikit tenang berkat panggilan itu. Rasa rasionalitasnya kembali, matanya berputar untuk mencerna kegilaannya.

Mark dan Uriel lega lalu melepaskan pegangan mereka padanya, tapi mereka masih berdiri di antara aku dan Jang Hayoung.

"Menyingkirlah!"

Aku mendorong mereka berdua ke pinggir lalu berhadapan tepat di depan si pemabuk gila ini, kupikir rekannya masih belum pindah. Aku harus membereskannya dengan benar atau nanti akan menjadi merepotkan.

"Dinding Tidak Dikenal, kembalilah ke tuanmu!"

Aku mengatakan itu sambil menatap wajah kusut Jang Hayoung, kelopak matanya bengkak dan janggut tipisnya menambah kesan pemabuknya. Namun, dia masihlah memiliki penampilan cantik, protagonis kedua yang hampir setara Yoo Jonghyuk.

[Dinding Tidak Dikenal berkata : ada masalah pada pemindahan]

Keningku berkerut. Masalah? Apakah terjadi sesuatu yang buruk di Pohon Ilusi?

[Dinding Keempat menyuruh Dinding Tidak Dikenal untuk diam]

Kelopak mataku berkedip-kedip karena bingung, sebelum aku sempat bertanya-tanya alasannya—

Puok!

Pukulan yang sangat keras menghantam wajahku, tubuhku terlempar ke belakang, membentur kursi dengan keras.

Jang Hayoung mulai menggila lagi, dia berdiri di atasku lalu memukul, memukul, dan memukul.

Gerakannya terlalu cepat sehingga Uriel dan Mark tidak bisa menghentikan. Sial, tangan kananku tidak bisa digunakan, jadi aku menahan beberapa pukulan dengan tangan kiri.

Puok!

Puok!

Puok!

"Kuk!"

Darah merah segar menyembur keluar dari mulutku, dia masih belum berhenti. Uriel dan Mark menariknya sekuat tenaga, entah karena dia penuh tenaga sebelumnya atau karena rasa kebenciannya, mereka berdua tidak bisa menghentikannya. Jang Hayoung adalah transenden.

Mungkin wajahku akan hancur sebentar lagi, yah itu tidak apa-apa, aku akan menerimanya dengan tangan terbuka.

Brak!

Dia pergi untuk menarik sebuah kursi, aku punya firasat bahwa dia ingin menghabisiku di sini. Aku menelan ludah, dan sedikit mengangkat tubuh untuk mundur. Sayangnya dia gigih. Bar berantakan, semua pengunjung sudah lari sejak pemukulan pertama.

Kekuatan transenden Jang Hayoung muncul dari tubuhnya, aura transenden tahap kedua, berwarna kebiruan.

"Hentikan!"

Uriel akhirnya menggunakan kekuatannya untuk menghentikan Jang Hayoung. Aku terengah-engah sambil sedikit terkekeh. Baik, sudah begini dan aku membiarkannya sampai akhir.

"Menyingkir, Uriel! Biarkan saja!"

Uriel tersentak pada permintaanku, dia dengan keras kepala menggeleng sambil menahan transenden Jang Hayoung di depanku.

"Kenapa kau melakukan itu?! Kenapa kau menipu kami?!!!"

Jang Hayoung berteriak sambil mengangkat kursi itu, luar biasa, Uriel tidak bisa menghentikannya. Apa yang diberikan Secretive Plotter pada transenden ini?

"Kim Dokja!!"

"Gila! Apa ini, Hei, kau gila atau apa?!

Dua suara bersahut-sahutan, sebelumnya aku mendengar pintu bar terbuka. Dan aku tahu siapa yang datang.

Dia adalah Laksamana Maritim Lee Jihye yang masih memakai pakaian sedikit terbuka, dan yang datang berikutnya adalah Penerus Sakyamuni, Yoo Sangah yang memakai gaun panjang.

Aku menghela napas sambil membersihkan luka dengan sapu tangan yang kuambil dari saku mantel.

Anehnya Jang Hayoung berhenti ketika melihat Lee Jihye datang, meski dia sesekali memelototiku.

"Apa kau baik-baik saja?"

Yoo Sangah yang sekarang semakin cantik menanyaiku dengan khawatir. Aku menelan sedikit rasa pahit yang muncul saat kami bertatapan.

"Ya, tidak apa-apa," jawabku dengan lemah.

Lee Jihye berbalik dan menatapku dengan mulut ternganga sambil berseru, "Kau yang tadi pagi." lalu dia menoleh bolak-balik pada Jang Hayoung dan aku.

"A-apa… Jang Hayoung kenapa kau memukulinya?!"

Jang Hayoung mengerang.

"Tanya padanya!"

Dia pergi keluar meninggalkan kami dalam keheningan menyesakkan.

"Maaf, kau siapa?"

Akhirnya Lee Jihye bertanya padaku. Aku tersenyum yang mungkin terlihat menyedihkan.

"Aku Kim Dokja."

Murid-murid mata Lee Jihye dan Yoo Sangah bergetar, ternyata mereka semua membaca novel itu.

Uriel melewati Lee Jihye dan menarikku berdiri dengan ekspresi sedih.

"Kim Dokja? Kim Dokja?! Ah!"

Lee Jihye berpandangan dengan Yoo Sangah sesaat lalu berteriak, "Kau benar-benar Kim Dokja?!"

Sial, apakah dia akan menikamku kali ini?! Itu agak kejam, sungguh. Untungnya, dia melihat bahwa aku sudah cukup babak belur jadi dia menahan diri.

Yoo Sangah membuka mulutnya.

"D-Dokja-ssi?!"

Dia tampaknya berusaha keras untuk mengingat, itu percuma.

Uriel berdiri di depanku untuk melindungi, dia menatap mereka sambil merentangkan kedua tangannya.

"Kalian tidak boleh memukulinya! Keadaannya jauh lebih buruk daripada kalian!"

Uriel mengucapkan omong kosong, saat aku ingin menghentikannya, pintu bar di belakangku terbuka lagi.

"Apa ini?!"

"Sial, apa yang terjadi?!"

Dua suara yang sangat kukenal dari seorang penulis dan protagonis.

Aku berbalik sambil menahan rasa sakit untuk menyapa mereka.

"Ah... Kau."

"Siapa yang memukulimu?!"

Yoo Jonghyuk terlihat khawatir dan maju ke depan, sementara dari sudut mataku, Han Sooyoung menggigit bibirnya sampai sedikit berdarah.

Pada saat ini, firasat aneh menghampiri. Pandanganku buram sesaat. Aku terhuyung-huyung, Uriel dan Yoo Jonghyuk menangkapku.

—(Maafkan aku, Reader. Hyung melakukan sesuatu yang merepotkan, aku akan membereskannya segera. Tolong tahan sebentar!)

Ya, aku memahaminya. Namun, setelah semua pemukulan dan rasa sakit menyengat dari tangan kananku yang mati rasa, aku tidak punya pilihan selain beristirahat hanya sebentar.

Sebuah pesan yang berbeda muncul di kepalaku sebelum kesadaranku padam.

—(Reader, apakah kau dan dia sudah memutuskan? Tower Of Nightmares menunggumu)

"KIM DOKJA!"

***

Apa aku bermimpi? Sepertinya tidak begitu. Tower Of Nightmares pasti mengirim ini untuk membuatku memutuskan segera.

Tempat paling mengerikan bagiku sebagai Penjelajah yang Tertinggal dari generasi pertama. Di sini, jiwaku akan berulang kali dimatikan dan dihidupkan kembali, tanpa tubuh fisik. Aku tidak tahu apakah gelap atau terang karena aku tak bisa melihat, tapi satu hal yang kutahu. Ini adalah penjara Tower Of Nightmares.

Sesuatu yang kupendam dalam-dalam di bagian paling rahasia perpustakaan muncul tepat di depanku. Pemandangan ini, tak ada yang bisa dilihat. Itulah saat aku merasa sangat lelah dan benar-benar ingin berhenti.

—(Namun, kau masih memiliki beberapa harapan, bukan?)

Satu-satunya yang menghiburku adalah suara itu yang entah datang darimana, aku merasa tenang hanya dengan mendengarnya.

Aku tidak percaya bahwa aku harus mengakuinya sekarang. Aku ingin bangun, Oh Tower Of Nightmares. Aku tidak ingin mengalaminya lagi, sudah cukup hanya satu kali. Apakah itu daftar vacum? Menurutku itu lebih baik daripada di penjara.

Seolah menjawab keinginanku, aku bisa membentuk tubuh fisik. Apakah aku tiba-tiba dipindahkan ke penjara? Dan ini bukan mimpi? Ketakutan samar membayangiku.

Aku bisa melihat sekarang, tidak seperti ekspetasi awal, penjara ini terang, terlalu terang seolah semua lampu dihidupkan. Namun, tak ada pintu keluar dari penjara bundar ini. Tak ada apapun dan tubuh fisikku tak memakai pakaian apapun.

Tubuh fisik ini hancur sedikit demi sedikit karena tidak bisa menahan keruntuhan. Sebelum sepenuhnya hancur, aku melihat ke atas dengan permohonan.

Saat terakhir yang kulihat sebelum semuanya kembali gelap adalah —

—[{Apa pilihanmu?}]

Kata-kata itu melayang dengan cetak emas kemudian menghilang.

***