webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 18 : Teman? (2)

Yoo Jonghyuk keluar dari cafe sambil menahan gemuruh hatinya, bagian-bagian yang kosong dan tidak bisa dijelaskan dalam ingatannya mulai bergabung, dan lubang besar itu menyedot setiap kenangan yang mati-matian dia pertahankan.

Di luar cafe, dia melihat wanita yang memberikan padanya sebuah novel yang sedikit menambal lubang besar itu. Yoo Jonghyuk mempercayai setiap cerita di dalamnya, dia juga berulang kali bermimpi tentang sesuatu yang sangat jauh diluar jangkauannya saat ini.

—Aku berjanji akan kembali.

Suara itu sampai sekarang masih terngiang sejak dia mengalami hal aneh di dimensi berbeda, jadi dia berharap siapapun yang mengatakan itu benar-benar memenuhi janjinya. Dia yakin bahwa orang yang mengatakan itu akan datang sendiri menemuinya, lalu menjelaskan alasan kenapa dia melupakannya.

Namun, Yoo Jonghyuk tersadar pagi ini ketika melihat orang itu melewatinya seolah tidak mengenalnya, awalnya dia pikir perasaan akrabnya salah, tapi itu berubah setelah dia diam-diam mengikuti orang itu.

Dan Han Sooyoung meneleponnya untuk memberitahukan sesuatu yang mengejutkan.

—Orang di novel itu, dia kembali.

Jadi, Yoo Jonghyuk semakin yakin bahwa dugaannya benar, beberapa skillnya yang masih aktif membantunya dalam memata-matai orang itu. Mulai dari saat orang itu keluar dari perusahaannya dengan wajah main-main, lalu pertemuannya dengan Lee Jihye. Kemudian, gurunya dan Uriel.

Sayangnya, dia tidak bisa mendengarkan pembicaraan mereka karena dia terlalu jauh. Itu sampai mereka menuju sebuah cafe, akhirnya Yoo Jonghyuk bisa menguping pembicaraan mereka dari ruang yang berdekatan.

Sambil menguping, Yoo Jonghyuk mengirim pesan ke Jung Heewon, Shin Yoosung, Lee Gilyoung, dan Han Sooyoung, hanya mereka berempat yang pada waktu itu tidak terlalu sibuk. Yoo Jonghyuk tidak mengira bahwa mereka akan datang begitu cepat, dia jengkel karena tidak bisa mendengar lebih banyak.

Kejengkelannya menembus batas setelah mendengar bagaimana cara orang itu menyapa mereka. Yoo Jonghyuk muncul untuk menyelanya, mengira yang terakhir akan terkejut melihatnya. Namun, sebaliknya, dia lah yang terkejut karena ekspresi orang itu tidak seperti manusia, lebih mirip boneka tanpa emosi.

Suaranya juga terdengar kosong. Yoo Jonghyuk bertanya-tanya ada apa dengannya? Dan dia mencapai kesimpulannya, situasi orang itu jauh lebih buruk daripada dia dan kelompoknya. Bagaimana itu mungkin? Ke mana semua emosinya pergi?

Lalu, kalimat orang itu menusuk hatinya.

"Sesuatu yang tidak kau ingat, tidak akan membuatmu sedih."

Itu salah, Yoo Jonghyuk menentangnya dalam hati. Itu lebih menyakitkan karena tidak mengingat apa yang menyebabkan rasa sedih. Kenapa dia melakukannya? Perjanjian apa?

Pikiran Yoo Jonghyuk berputar-putar di sekitar topik itu saat Lee Gilyoung, Shin Yoosung, dan Jung Heewon pergi.

Walaupun terdengar tidak bersungguh-sungguh, Yoo Jonghyuk menanyakan keadaannya dan menjadi khawatir setelah orang itu menjawab "Aku bahagia saat ini." sambil berpura-pura senang. Orang itu bukan aktor yang baik.

"Jadi, bagaimana keadaannya?"

Yoo Jonghyuk tersadar berkat pertanyaan dari Han Sooyoung.

"Kenapa kau tidak menemuinya sendiri?"

Han Sooyoung menjadi histeris ketika menjawab.

"Dia ingin kita melupakannya, jadi kita harus melupakannya."

Mereka berdua berbicara sambil berjalan menuju kantor perusahaan.

"Lalu kenapa kau menanyakan tentangnya?"

Han Sooyoung mendecak.

"Aku hanya ingin tahu, itu saja. Jadi, bagaimana?"

Han Sooyoung berhenti lalu mengeluarkan permen lemon dan memakannya. Itu sedikit menenangkannya.

Yoo Jonghyuk yang masih berjalan menoleh sekilas lalu menjawab.

"Dia membutuhkan kita."

Han Sooyoung ternganga sehingga permen yang baru dia makan terjatuh.

***

"Itu, apakah tidak apa-apa untukmu?"

Wajah bermasalah Uriel sedikit lucu, dia terlalu mengkhawatirkanku. Aku menggeleng lalu tersenyum, berusaha untuk menunjukkan senyum setulus mungkin. Sepertinya tidak berhasil karena Uriel membeku.

"Uriel, apa kau tahu rasanya menjadi Penjelajah? Itu adalah perjalanan tanpa akhir, menilik satu dunia ke dunia lain, lalu.... Aku merasa sudah melakukannya terlalu lama... Jadi Uriel—"

Brak!

Uriel tiba-tiba memegang wajahku sambil menahan air matanya setelah menggebrak meja.

"Tidak, jangan katakan apapun lagi," ucapnya. Aku mengangguk memahami. Dia pasti tidak mau mendengar cerita membosankan semacam itu.

Dia memelukku, rasanya ada yang aneh, seolah untuk sementara emosi yang sudah direnggut dariku kembali.

Uriel terlalu banyak menangis untukku, aku memutuskan untuk mengajaknya ke tempat yang kukira menyenangkan.

Di jalanan, kami mendapat terlalu banyak perhatian, mungkin orang-orang mengira bahwa kami adalah pasangan, itu wajar karena Uriel terus menempel dan memegang lenganku. Tidak apa-apa asal dia tidak menangis lagi.

Aku bisa mendengar bisikan mereka yang menyebalkan.

—Mereka pasangan yang sempurna, wah...

—Bukankah pria itu sangat tampan seperti Raja Agung?

—Kenapa masih memanggilnya begitu? Skenario sudah selesai, namanya Jonghyuk-Oppa.

—Benar, benar. Jika pria itu dan Jonghyuk-Oppa berpasangan, kyaaa...

Gila, kupingku akan berdarah jika mendengar lebih banyak. Darimana pemikiran semacam itu berasal? Bukankah aku terlihat jantan sekarang...

Uriel tiba-tiba mengusap-usap kepalanya ke lenganku lalu berbisik.

"Jangan lupa hadiah yang kuberikan."

Tubuhku gemetar hanya dengan mengingat isi hadiahnya, oh sial.

Aku mengabaikan apapun itu sampai tiba di tempat tujuan.

[Dinding Tidak Dikenal memohon padamu]

Apa?!

Saat aku akan masuk, pesan itu melayang di depanku, bukan lewat suara.

Berikutnya, aku tahu penyebabnya. Aku melihat pria cantik itu yang sekarang seperti pemabuk.

'Ini salahku.'

Aku masuk dan perlahan mendekatinya. Pemilik bar tampaknya terkejut dengan kedatanganku.

"Jang Hayoung."

Mata merahnya melirikku sekilas, dia masih melanjutkan minumnya.

Aku merebut gelas dan botolnya lalu memecahkannya. Dia melotot marah lalu menerkam kerahku.

"Jang Hayoung, lihat baik-baik. Apa kau tidak mengenalku?"

Dia termasuk salah satu yang kukirimi pesan seperti Uriel. Namun, dia tampaknya lebih sedih karena aku mengambil rekannya daripada aku menghilang.

Matanya yang melotot memperhatikan seluruh penampilanku, selanjutnya dia membuka mulutnya yang berbau.

"Kim... Dokja?!"

Suaranya terdengar serak, sudah berapa lama dia menjadi pemabuk?

"Ya," kataku sambil merapikan kerah.

Dia berkedip-kedip lalu mengucek matanya berulang kali, kemudian dia ternganga seolah melihat hantu.

"Kau... Kembali?"

Aku mengangguk pada pertanyaannya, lalu menimpali.

"Aku akan mengembalikan rekanmu."

[Dinding Tidak Dikenal bertanya-tanya apa maksudmu]

"Kembali pada tuanmu, aku hanya meminjammu sementara."

Ucapanku jelas menimbulkan kekacauan pada ekpresi Jang Hayoung.

[Dinding Tidak Dikenal berkata : kau tuanku]

"Tidak. Aku bukan tuanmu lagi, jadi kembalilah pada tuanmu."

[Dinding Baik dan Jahat bertanya apakah dia juga bisa pergi]

"Ya, ya. Silahkan pergi, kalian sudah menemukan tuan baru."

Jang Hayoung sepertinya menganggapku gila karena berbicara sendiri, tapi berikutnya dia pasti menyesal.

Aku menepuk bahunya sambil berkata dengan suara tenang, "Maafkan aku karena meminjam rekanmu terlalu lama." lalu pergi menuju konter bar dan menemui Mark.

Aku melihat Uriel sedang berbincang-bincang dengan Mark, itu bagus, dia terlihat senang.

"Sudah lama, Mark," sapaku.

"Oh, Raja Iblis Penyelamat. Ups, Maafkan aku, bisakah aku memanggilmu begitu?"

Mark menyambutku dengan wajah bahagia.

"Panggil sesukamu."

Aku duduk di kursi konter lalu mengumpulkan informasi tentang apa saja yang terjadi selama ini. Mark yang sedang menggosok gelas minuman menatapku dengan cermat ketika menceritakan informasi yang dia tahu.

Pada saat berikutnya, aku merasakan seseorang yang hendak menyentuhku dari belakang. Itu Jang Hayoung. Tanpa aba-aba, dia memukuliku seperti orang gila.

Aku menyadarinya saat ini, aku tidak akan bisa benar-benar memahami perasaan siapapun.

Bar menjadi ribut, Mark menarik Jang Hayoung yang memberontak, matanya memancarkan kegilaan. Uriel berdiri di depanku untuk melindungi, dia juga ikut memegangi Jang Hayoung yang kesurupan.

Sedikit darah menetes dari sudut bibirku yang kering, lalu aku tiba-tiba mendengar suara itu lagi.

—(Sudah kubilang kan, mereka takkan memahamimu, dan kau juga. Ngomong-ngomong, aku memiliki kabar buruk untuk disampaikan, daftar vacum ditetapkan——tenang saja, aku tidak bilang bahwa kau salah satunya)

Aku harus mengusirnya dari perpustakaanku.

***