webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 17 : Penukaran Peran (1)

"Kenapa kau melakukan itu?"

Yang Hebat tersenyum dengan wajah tenang saat mendengar pertanyaanku.

Aku mengulanginya lagi.

"Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membuatku bingung dengan identitasku sendiri? Aku Reader dan kau Kim Dokja, kita bertukar peran."

Dia masih tersenyum, dia menyembunyikan sesuatu yang menjengkelkan. Jika aku tidak menemukan cerita yang tersimpan di bagian dalam perpustakaan, aku akan terus terbalik dengan penukaran peran.

"Kita berbeda generasi, aku tidak tahu apa tujuanmu, tapi kupikir itu bukan sesuatu yang baik."

Yang Hebat menggeleng lalu akhirnya membalas.

"Tidak begitu, tidakkah kau bertanya-tanya kenapa Tower Of Nightmares memberi kita nama dengan arti yang sama?"

Keningku berkerut untuk menahan rasa kesal. Saat ini aku dalam tubuh dewasa, tentu saja wajahku masih terpecah-pecah dengan potongan mozaik yang tidak jelas.

"Kenapa aku harus tahu? Apa tujuanmu? Menggantikan semua peranku selamanya? Kau bukan generasi pertama."

Entah kenapa rasa pahit menusuk hatiku dan membuatku kecewa. Dia adalah yang paling kupercayai, tapi sepertinya dia sama dengan 'dia', perjanjian sialan.

Kami berada di ruang penelitian Pohon Ilusi, jika aku memiliki perpustakaan, maka dia memiliki laboratorium.

"Apakah itu penting untukmu jika aku mengambil semuanya darimu? Kau tidak akan peduli, benar kan, Reader?"

Aku menghancurkan tabung-tabung kaca di sekitar karena kemarahan yang tertahan.

"Baik, aku memang tidak peduli. Aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan, tapi kau membuatku kecewa. Lain kali kau tidak bisa datang ke perpustakaan."

Aku berbalik dengan lambaian jubah putih, aku memakai warna yang kubenci karena itu membuatku mengingat siapa diriku.

Sebelum aku keluar dari ruangan, dia membisikkan sesuatu yang sangat rahasia. Mataku terbelalak, aku berbalik, tapi dia tidak ada.

Bagaimana dia tahu hal itu? Itu adalah rahasia antara aku dan God Of Stories. Aku menelan lebih banyak kepahitan dari kebenaran. Mungkin aku sudah membuat mereka menunggu terlalu lama, aku harus menemui mereka.

***

Yoo Jonghyuk mempunyai kebiasaan baru setiap pagi, sebelum mengurus pekerjaan di kantornya sebagai pemimpin Perusahaan dan Kompleks Industri, dia berlari mengelilingi Kompleks Industri.

Wajahnya mendapatkan kembali kemudaan karena berhasil menerobos tahap transenden ketiga, seperti gurunya, dia bisa hidup ratusan tahun. Namun, ada satu hal yang membuatnya gelisah, itu adalah hilangnya Lee Sookyung dan Sun Wukong. Dia mengira mereka sudah berada di Kompleks Industri setelah sesuatu tak terduga di Dark Stratum, tapi mereka tak ada.

Dia dan anggota partai panik mencari mereka, dan sampai sekarang belum menemukannya. Yoo Jonghyuk punya pemikiran bahwa mereka pasti di tempat yang aman, jadi dia menenangkan anggota partai dengan kepribadiannya yang sedikit berubah.

Kompleks Industri area orang-orang dari Kaizenix, dari Pulau Generasi Pertama <Star Stream>, dia bertemu orang-orang yang dikenalnya pada saat Peperangan Orang suci dan Iblis. Itu adalah Pangeran Richardo, seseorang yang menjadi wadah sementara temannya.

Mereka melambai padanya ketika dia lewat, itu adalah pemandangan yang damai tapi juga menyesakkan untuknya karena satu orang yang dia tunggu tidak kunjung datang. Dia berhenti di sebuah tikungan jalan sambil sedikit membungkuk untuk meregangkan tubuh.

Matahari pagi bersinar cerah dan awan-awan putih seperti bulu domba diarak menuruti arah angin. Pada saat itu, Yoo Jonghyuk melihatnya. Seseorang berjalan ke arahnya dari depan, dia hanya melihat kakinya, tapi perasaan itu terasa akrab.

Yoo Jonghyuk mengangkat tubuhnya dan menatap orang itu, jelas dia belum pernah melihat wajah itu. Namun, perasaannya tidak mungkin berbohong meskipun dia selalu menyembunyikannya dengan fasad dingin.

Saat Yoo Jonghyuk akan mengatakan sesuatu, orang itu melewatinya seolah tidak mengenalnya.

Deg!

'Apa aku salah?'

Yoo Jonghyuk mempertanyakan keyakinannya, lalu menoleh memandang punggung itu dengan perasaan rumit.

'Mungkin memang salah.'

Jadi, dia melanjutkan jogging sambil mengenyahkan perasaan anehnya.

***

Han Sooyoung mencoret-coret catatannya dengan rasa stress yang berlebihan, itu karena dia harus mengurus sebagian besar pekerjaan.

"Sialan, kenapa aku harus melakukan semua ini?"

Dia mengusap wajahnya dan murung di kantornya. Kertas-kertas berserakan di mana-mana dan laptopnya masih menyala dengan berbagai file yang perlu dibereskan. Han Donghoon, pemilik kemampuan akses internet dan untungnya masih berfungsi setelah skenario selesai, ikut membantu di ruangan yang sama.

Han Donghoon seusia Lee Gilyoung, tapi dia seorang jenius dalam bidang komunikasi dengan memanfaatkan sistem <star stream> yang masih berfungsi berkat izin Biyoo. Jadi, terkadang layar transparan berwarna biru akan menjadi subjek yang dia uji.

"Han Sooyoung-ssi, apa aku harus mengerjakan sisanya?"

Han Sooyoung menolak tawarannya dengan lambaian tangan, dia merasa buruk hanya dengan melimpahkan pekerjaan ke orang yang lebih sibuk darinya. Jadi, dia akhirnya bersemangat kembali untuk mengerjakannya.

Tak Tak Tak

Han Sooyoung memainkan jam tangan hitam yang rusak dengan mengetuk-ngetuknya, itu adalah jam tangan yang dia ambil dari mantel putih itu tanpa sepengetahuan Yoo Jonghyuk. Dia selalu mengetukan-ngetuknya ke meja setiap kali stressnya muncui, itu adalah penyegaran baginya.

Tok Tok

Pintu ruangannya diketuk.

"Masuk," jawab Han Sooyoung.

Yang masuk adalah wanita cantik setara model, dan dia memang model, dia Yoo Sangah. Dia datang mengunjungi Han Sooyoung untuk membantunya.

"Sooyoung-ssi, apakah kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat."

Han Sooyoung berdiri menyambutnya lalu memeluknya dengan sedikit keluhan.

"Kau terlalu sibuk, bukan? Sebagai duta besar lalu model kemudian lainnya. Kita jarang berkumpul bersama," keluh Han Sooyoung.

Yoo Sangah tertawa senang sambil menepuk-nepuk punggung Han Sooyoung.

"Bagaimana kalau kita merencanakan pertemuan bersama, Yoo Jonghyuk-ssi pasti menantikannya."

Han Sooyoung melepas pelukan dengan seringai licik.

"Itu benar, itu akan menyenangkan."

Mereka tertawa bersama tanpa menyadari Han Donghoon memperhatikan mereka dari sudut ruangan. Kemudian, dia kembali ke subjeknya, layar transparan yang mengambang di depannya.

Han Sooyoung menyiapkan kopi dari mesin pembuat kopi otomatis yang diperkenalkan Biyoo dari tas Dokkaebi. Rasa kopinya sangat enak dan aromanya menenangkan, mereka minum bersama sambil menyusun jadwal.

***

Shin Yoosung bekerja di rumah sakit membantu Lee Seolhwa dan Aileen, dia sangat energik dalam menjalankan tugasnya, terkadang dia juga mengobati hewan-hewan peliharaan bahkan monster yang sudah dijinakkan dan menjadi manis. Lee Seolhwa dan Aileen senang bahwa dia menikmatinya.

Sementara itu, Lee Gilyoung bersama Jung Heewon sebagai perwakilan untuk pemerintah dan juga memiliki jadwal yang padat seperti Yoo Sangah. Namun, mereka senang karena dunia berjalan ke arah yang lebih baik. Meskipun masih ada satu-dua pemberontakan di sana-sini dengan dalih Perusahaan Yoo Jonghyuk memonopoli pemerintah. Itu konyol. Tentu saja, membereskan mereka adalah tugas Han Sooyoung yang sadis.

Lee Hyunsung mengkomando tentara baru dan melatih mereka dengan giat. Semua anggota partai berusaha untuk hidup bahagia. Meskipun di bagian terdalam dari hati mereka, ada rasa kekosongan yang tak bisa diisi dengan apapun.

***

"Ada seorang pelamar baru?"

Karyawan wanita di depannya menggangguk dengan wajah memerah. Han Sooyoung berkedip-kedip bingung, lalu dia melihat formulir permohonan pekerjaan dari pelamar baru. Dan dia akhirnya mengerti kenapa karyawan wanita itu memerah.

'Wajah yang tampan dan terlihat masih muda, hmm?!'

Bola matanya mengecil saking terkejutnya, dia berdiri dan membentak," Dimana pelamar itu?!"

Karyawannya yang terkejut menjawab.

"Ah, pelamar tampan bilang akan kembali besok untuk mengkonfirmasi lamarannya."

Kepala Han Sooyoung berdenyut-denyut.

"Besok?"

Karyawan itu mengangguk lalu keluar.

Sayangnya Han Sooyoung tidak bisa menunggu besok, dia harus menemukan pelamar itu.

<Kemampuan : Bookmark>

Itulah alasan Han Sooyoung tergesa-gesa mencarinya. Namun, sebelum itu, dia perlu menemui seseorang.

***