webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 14 : Bagaimana Jika Ways Of Survival Tidak Pernah Ada? (4)

—{{Kenapa kau menolak posisi Juri?}}

—[Aku tidak ingin hanya menjadi pembaca]

—{{Ikutlah dalam kompetisi penciptaan dunia baru, aku akan memberimu hadiah yang kau minta}}

—[Sungguh? Kalau begitu, aku akan menulis cerita terbaik]

Pada saat itu, apa jadinya jika aku tidak pernah menulis cerita yang sekarang terwujud? Apakah semua orang yang kukenal takkan ada? Mereka hanya karakter, benar, lalu kenapa aku berharap mereka benar-benar hidup sebagai individu?

Itu untuk keegoisanku, aku tidak ingin hanya menjadi pembaca yang menggerakkan waktu dunia mereka, aku ingin hidup bersama mereka. Terkadang ada beberapa kesalahan yang membuatku semakin menjauh dari mereka.

Cukup untuk berpura-pura bahwa aku menyalin, 'dia' benar. Aku sedang mencoba menolak keberadaanku sendiri dan memberikan semua rol ingatan tak terhingga sebagai Penjelajah yang Tertinggal padanya, itu adalah perjanjian dengannya, salah satu Juri yang paling kuhargai.

Lalu, waktu untuk memenuhi perjanjian tiba, memang berantakan sekarang. Namun, aku mengharapkan itu selain datangnya Monarch Jaehwan, Juri paling gila.

Dia berniat menghancurkan rencanaku, tapi itu tidak masalah. Sudah terlambat untuk mencampurinya, Yang Hebat sudah mempersiapkannya.

—"Kau sungguh siap? Itu sebabnya kau menarik semua Empat Raja Surgawimu?"

—[Ya, kecuali satu]

—"Kenapa?"

—[…]

—"Oh, tunggu. Bukankah kau masih memiliki beberapa harapan?"

—[Benar]

Aku berkomunikasi tanpa suara dengan Yang Hebat, sebelum pembicaraan kami selesai, Monarch Jaehwan mencekik leherku dengan kuat. Matanya menyala dalam kegilaaan, aku menatapnya sambil memutar rol ingatan ke saat menjadi Penjelajah.

***

"<Big Brother>, kenapa kau menolak menjadi Juri? Kita bisa bersama-sama melaksanakan misi."

Sosok yang mengambil bentuk pria cantik yang sesuai seleranya itu mengguncang sosok yang mengambil bentuk anak kecil di depannya. Yang terakhir memiliki selera aneh karena tetap pada penampilan sebagai bocah.

"Aku tidak mau, aku hanya ingin mengamati satu dunia."

Bocah itu menepis tangannya lalu fokus pada buku di depannya, buku yang menceritakan dunia yang hancur dalam arti berbeda. Bagaimana jika kehancuran sebenarnya benar-benar datang ke dunia itu?

"Hah, sungguh?! Apa bagusnya itu, lihat! Bukankah dunia kedamaian semacam itu terlalu membosankan?"

"Itu bagus. Ini tidak sedamai itu. Ada banyak kebusukan."

Pria cantik itu takkan pernah memahaminya. Namun, dia masih terus menempel dan tidak pernah pergi jauh-jauh selain ketika misi untuknya datang. Dan dia selalu menyelesaikan misinya dengan sangat cepat lalu kembali ke ruang perpustakaan bocah itu.

Ruangan yang dibuat khusus untuk bocah itu sebagai penghargaan dari God Of Stories. Karena dia berbeda dari Penjelajah lainnya yang mengikuti tes menjadi Juri lalu akhirnya mengatur suatu dunia. Dia sudah memiliki kualifikasi tanpa tes untuk menjadi Juri, tapi dia menolaknya.

Pria cantik itu mendapat sebutan sebagai Monarch Jaehwan setelah menjadi Juri dan dia terus memaksa bocah itu untuk menerima posisi yang diperuntukkan padanya.

Itu sampai pada suatu waktu, seorang Juri baru dipilih secara langsung oleh God Of Stories tanpa tes, kasus yang sama dengan bocah itu. Sayangnya yang terakhir keras kepala.

Juri baru juga memiliki selera yang sama dengan bocah itu, Monarch Jaehwan waspada, dia takut <Big Brother> dicuri. Dia terus mengawasi Juri kecil itu yang semakin lama menghabiskan waktunya bersama <Big Brother> nya.

Kemudian, ketika kompetisi penciptaan dunia baru diadakan, dia terkejut setelah tahu bahwa <Big Brother> nya mengikuti kompetisi itu, kompetisi yang diikuti oleh para Penjelajah untuk mendapatkan hadiah yang diinginkan, bahkan dapat memperoleh kualifikasi menjadi Juri.

"<Big Brother>, kau sudah memenuhi kualifikasi menjadi Juri, kenapa ikut kompetisi?"

Jaehwan bertanya-tanya.

"Aku memiliki keinginan khusus."

"Apa itu?"

Jawaban <Big Brother> nya semakin membuatnya penasaran. Namun, dia tak menjawab dan hanya menatap Jaehwan.

Jaehwan memiliki firasat buruk dari tatapan itu. Ekspresi itu adalah pertama kalinya muncul dari muka datar <Big Brother> nya. Ekspresi keserakahan dan egois. Jaehwan mulai memperketat pengawasannya seolah mengawasi tahanan.

Bocah itu dan Juri kecil beberapa kali terciduk sedang berbisik-bisik bersama, sepertinya merencanakan sesuatu. Jaehwan cemas, dia mencari tahu apa yang ingin mereka lakukan. Kemudian, dia menemukannya pada waktu yang sangat terlambat. Mereka sudah menghilang.

God Of Stories memberitahunya bahwa calon Juri itu meminta hadiah yang ganjil, tapi hanya itu saja. Jaehwan tidak diberitahu bahwa hadiah yang dimaksud adalah menjadi 'karakter' sebenarnya.

Jadi, Jaehwan berputar-putar ke pandangan dunia berbeda sambil memerintahkan entitas Yang Terkuat, salah satu pelayannya untuk menyelidiki keganjilan probabilitas.

Lalu, itu sampai pada saat dia menemukan rasa keakraban dengan makhluk yang sewenang-wenang melintasi pandangan dunianya. Jaehwan melacak dan melacaknya hingga akhirnya menemukannya.

"<Big Brother>, kau akan menyesal karena meninggalkanku."

Dia menuju ke pandangan dunia dengan keganjilan probabilitas.

***

Mereka bertarung dengan kekuatan penghancur. Malaikat Agung Uriel bisa mengimbangi Monarch Jaehwan yang ekspresinya mengeras.

Yang terakhir tidak memiliki senjata dan pakaiannya sudah compang-camping. Namun, dia memiliki probabilitas terbesar karena dia juga Impian Paling Kuno.

Dia sedikit senang karena berhasil mengurung kedua sanderanya sambil menyingkirkan kecoak-kecoak pengganggu yang sesekali mendekati penghalang.

Bom!

Bom!

Duak!

Tak!

Byuur!!!

Jaehwan terlempar ke dalam laut dan Uriel menyerbu menerobos air mengakibatkan gelombang laut menghantam pantai berpasir.

Yoo Sangah menggunakan kekuatan Sakyamuni untuk setidaknya memperlambat kedatangan Dewa Luar yang semakin dekat. Itu sudah sangat dekat, Aula Besar bergemuruh lebih keras. Mungkin tentakel atau semacamnya akan segera muncul.

Kekuatan Yoo Sangah anehnya menjadi lebih kuat dan Dinding Lingkaran Reinkarnasi itu membantunya memompa sejumlah besar Probabilitas yang dibutuhkan entah dari mana itu, tapi Yoo Sangah tahu darimana Probabilitas itu diambil.

Yoo Jonghyuk meningkatkan tahap transendensinya hampir melebihi tahap ketiga dengan metode berbeda dari gurunya. Black Demon Swordnya menghantam penghalang dengan sangat keras, penghalang itu sedikit bergerak hingga muncul sedikit retakan.

Han Sooyoung mendapatkan kembali akalnya lalu mengerahkan Avatarnya untuk mengikis penghalang itu lagi. Tampaknya melemah seiring dengan pertarungan Uriel dan Monarch Jaehwan di kedalaman lautan yang meledak-ledak.

Mereka bisa bertahan dari hantaman gelombang berkat Lee Hyunsung dari putaran ke-999 yang membentuk kubah baja.

Sedikit demi sedikit retakan semakin besar, Jung Heewon memakai semua tekniknya untuk menusuk, menebas, dan menghantam penghalang yang mengurung kedua kembaran.

"Tunggu sebentar, Kim Dokja!"

Yoo Jonghyuk menjadi gila semakin lama dia menabrak. Kedua kembaran masih diam sambil memperhatikan perjuangan mereka dengan ekspresi rumit.

"Aku... Akan menyelamatkanmu, dan kau harus kembali!"

Raungan Yoo Jonghyuk mengguncang yang lain. Han Sooyoung tercengang dengan mulut menganga. Jung Heewon mengangguk setuju lalu berteriak, "Aku akan mengurungmu dengan benar setelah kau kembali!!!"

"Ahjussi!"

"Dokja-hyung!"

Shin Yoosung dan Lee Gilyoung yang memiliki keterampilan tombak dan pedang menusuk dengan teriakan.

Itu akan menyenangkan jika suara mereka bisa didengar. Namun, kedua kembaran tidak mendengarnya dan hanya saling melirik.

Yang Hitam berbisik.

"Hyung pasti sudah menemukannya dan menyeretnya pergi. Ini sudah waktunya."

[Ya.]

Yang Putih menjawab dengan lesu.

"Kau bisa mengirim pesan terakhirmu lewat salah satu Empat Raja Surgawimu, kan. Ucapkan perpisahan untuk mereka."

[Dinding Tidak Dikenal mengangguk dengan sedih]

[Dinding Keempat setuju]

[Dinding yang Membagi Baik dan Jahat memintamu untuk segera memutuskan]

[Dinding Lingkaran Reinkarnasi mengucapkan selamat tinggal padamu]

Pesan-pesan itu muncul di kepalanya. Dia memejamkan matanya mengambil napas dalam-dalam lalu dengan wajah putih pucat dia menggunakan komunikasi <Dinding Tidak Dikenal>.

***