webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 14 : Bagaimana Jika Ways Of Survival Tidak Pernah Ada? (2)

Time Fall, jembatan yang mengarah ke pandangan dunia yang berbeda, menghubungkan setiap dunia mimpi yang diberi kehidupan. Namun, pada saat yang sama menjadi pembatas antara dunia. Hanya Impian Paling Kuno di tiap dunia yang bisa melewati batasannya.

Dan sarana yang digunakan diciptakan oleh Tower Of Nightmares. Dari salah satu pandangan dunia, sebuah Dark Hole terbentuk, entitas tanpa tubuh keluar darinya kemudian mulai berubah menjadi karakter dan membangun tubuhnya sendiri.

Dia Monarch Jaehwan, salah satu dari Juri Pusat Pohon Ilusi yang melayani God Of Stories.

Ketika dia baru saja keluar dari Dark Hole dan memeriksa dunia mimpinya sebagai Impian Paling Kuno, dia mendeteksi kedatangan sesuatu atau apapun itu yang seharusnya tidak ada dalam pandangan dunianya. Monarch Jaehwan memiliki firasat aneh bahwa ada sesuatu yang dia kenali setelah melihat sarana penembus batas Time Fall.

Itu adalah Gerbong Kereta bawah tanah dengan nomor 3708 tertulis. Monarch Jaehwan mendapat pencerahan. Dia memicu gangguan untuk menyelidiki pemilik sarana penembus batas itu yang bisa berkeliaran ke pandangan dunia yang lain.

Lalu, dia tercengang.

"Apa kau <Big Brother>?"

Dia tanpa sadar bertanya pada pemilik sarana itu yang entah kenapa membuatnya merasa akrab. Dia hanya tahu satu entitas yang memiliki rasa keakraban dengannya.

Situasi ini terbukti sangat sulit untuk dipahami.

"Aku bertanya apakah kau <Big Brother> atau bukan?"

".... Tidak, tunggu sebentar. Akulah yang bertanya  di sini. Siapa kau? Dan apa ini <Big Brother>?"

Monarch Jaehwan tidak suka pada respon seperti itu, jadi dia menyimpulkan menurut kepercayaannya.

"Sepertinya kau bukan <Big Brother>. Tapi, bagaimana kau bisa melewati Time Fall dan masuk ke sini? Selain itu, kereta apa ini? Kereta bawah tanah ... Apakah ini salah satu jenis yang dibuat Tower Of Nightmares? Bagaimana cara kerjanya?"

Dia melihat interior gerbong kereta bawah itu dengan rasa penasaran, lalu dia menggunakan pendeteksi sebagai salah satu Juri, selain sesama Juri, tak ada kekuatan yang bisa menghalanginya.

Itu terbukti, dia merasakan pemilik gerbong itu memiliki suatu penghalang yang membuatnya semakin jengkel karena rasa keakraban.

Itu tidak mungkin, atau....

Monarch Jaehwan menyangkal pemikirannya, dia memutuskan untuk melenyapkan entitas yang berani sewenang-wenang datang ke pandangan dunianya. Dengan pedang hitam lebih gelap dari kegelapan Abyss, dia hampir menghancurkan gerbong itu.

Namun, entitas di depannya melawan dengan cerita-cerita aneh yang memiliki ego sendiri.

"Apa kau regresor?"

Monarch Jaehwan bertanya-tanya apakah dugaannya benar. Sayangnya, entitas itu tak menjawab. Sekali lagi, dia menyimpulkan sendiri jawabannya.

"Kau adalah seseorang yang tidak menerima kenyataan. Jadi, musnah!"

Ciiiiiik!!!!

—Sialan.

Monarch Jaehwan terlempar keluar dari gerbong sebelum bisa menebas entitas itu. Dia bersumpah akan mencarinya dan melenyapkannya tanpa sisa ketika dia dideportasi kembali ke Dark Hole.

***

{{Monarch Jaehwan, apakah kau ingin lulus dari tes untuk menjadi Juri senior?}}

Monarch Jaehwan membungkuk dengan sikap ksatria di depan simbol God Of Stories. Sebuah buku besar yang melayangkan untaian kata-kata setiap kali terbuka.

"Iya, Yang Mulia. Apa yang harus saya lakukan?"

Buku besar berwarna ungu itu membuka kembali dan kata-kata yang secara alami dipahami oleh Monarch Jaehwan tersampaikan.

{{Temukan Juri kecil itu}}

Monarch Jaehwan tercengang. Tidak mungkin dia tidak tahu siapa yang dimaksud. Itu adalah Juri yang bersama seseorang yang dia sebut <Big Brother>. Juri itu menghilang bersama dengan <Big Brother> nya. Monarch Jaehwan merasa dendam.

"Apakah saya harus menelusuri setiap Time Fall? Tidak adakah petunjuk?"

Buku besar tidak membuka lagi, dan api hitam di ruangan itu padam, Monarch Jaehwan mengerti bahwa God Of Stories tak mau menjawabnya. Maka, dia pergi untuk berkeliling ke semua Time Fall tanpa sarana karena dia dideportasi gara-gara pengacau yang sembarangan masuk ke pandangan dunianya.

Dia harus menjalani penyiksaan setiap kali melewati Time Fall, satu per satu, sampai akhirnya, dia kehilangan emosi positif dan menjadi Butcher, tukang daging yang akan memotong siapapun tanpa ampun kecuali jika akan merugikan dirinya sendiri, dia akan menahan diri.

Satu hal yang selalu dia ingat yaitu <Big Brother> nya yang mengkhianatinya.

***

Monarch Jaehwan yang merubah penampilannya menjadi cantik seperti bangsawan vampir menyeringai licik di depan orang yang dia cari, sungguh sangat lama baginya dan dia sudah setengah gila saat ini.

Wajah kecil di depannya menunjukkan ekspresi tercengang dan menggerakkan mulutnya seolah bergumam. Monarch Jaehwan tahu itu adalah pesan tanpa suara ke orang tertentu. Dia menebaknya.

Bocah dengan mantel putih melebarkan matanya dengan sedikit gemetar tubuh. Monarch Jaehwan ingin mencekiknya saat ini juga, tapi sebelum itu dia harus menghancurkan rencana orang di depannya dengan sadis.

Monarch Jaehwan ingin dia mengetahui apa yang telah dilaluinya sampai sekarang, konsep waktu relatif yang membuatnya kehilangan akal karena dia abadi. Ketika menyelidiki suatu Time Fall sebagai Juri, dia hanya menghabiskan waktu sedikit. Namun, saat dia kembali ke Pusat Pohon Ilusi, dia sudah menghabiskan terlalu banyak waktu.

<Big Brother> nya pergi pada saat dia menjalankan misi, itu adalah pengkhianatan terang-terangan. Akhirnya, Monarch Jaehwan merasakan pencapaian dari pencarian tak terhitung jumlahnya.

[Kau....]

Bocah dengan mantel hitam menerobos kepungan kelompok Han Sooyoung dan berdiri di depan Yang Putih.

Monarch Jaehwan melepaskan emosinya di permukaan.

"Ohu, aku bisa menangkap dua burung dengan satu batu, <Big Brother>."

Mata merahnya berkilat-kilat dengan kebahagiaan.

Pada saat itu—

Puok!

Duak!

"Kuakkkkk!"

Dia menyingkirkan variabel pengganggu lalu membentuk penghalang transparan yang di dalamnya hanya berisi dirinya dan dua targetnya.

"Pergilah. Tolong, kenapa kau bisa ada di sini?"

Bocah mantel hitam merentangkan tangannya untuk melindungi Yang Putih. Yang terakhir memiliki ekspresi hancur di wajahnya dan menggigit bibir tipisnya sampai berdarah.

Variabel pengganggu yang Monarch Jaehwan singkirkan bangkit kembali seperti kecoak. Yoo Jonghyuk berusaha menghancurkan penghalang dengan membabi buta, Han Sooyoung mengeluarkan banyak Avatarnya untuk mengikis penghalang itu dengan api hitam yang masif. Sisa kelompok yang terluka parah masih sanggup untuk menyerang.

Mereka berteriak, tapi suara mereka takkan bisa didengar orang di dalam penghalang.

"Sial, kenapa Secretive Plotter belum datang?! Dia tidak boleh terlambat."

Han Sooyoung mengutuk saat darah terus mengalir dari mulut dan hidungnya. Yoo Jonghyuk tak menanggapi, perhatiannya saat ini tertuju ke bocah mantel putih. Dia merasakan ketakutan, itu adalah jenis ketakutan yang berbeda dari menghadapi makhluk kuat. Itu adalah rasa takut kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Teman pertamanya.

"Huah, Ahjussi!!!!"

Shin Yoosung berusaha membuka gerbang monster, sayangnya dia tak bisa. Entah karena ini dunia tanpa skenario atau karena tak ada monster yang bisa dia panggil.

Lee Gilyoung memiliki nasib yang sama dengannya. Namun, mereka berdua menggunakan keterampilan lain.

Tak peduli sekeras apapun mereka menabrak, menggores, mengikis, dan semuanya. Penghalang transparan tetap ada. Di kejauhan, mereka bisa melihatnya. Pria berambut perak itu mencekik Yang Putih dan menggantungnya seperti boneka. Sementara, Yang Hitam ditahan oleh rantai emas yang muncul dari tangan kiri pria itu.

"Tidak!"

"Kim Dokja!!!"

Mereka melihatnya, ekspresi kesakitan bocah itu, seolah dia akan segera hancur. Pria berambut perak tertawa menyegarkan, dia adalah Butcher sejati.

Tangisan mereka takkan berpengaruh pada apa yang terjadi, itu sia-sia. Mereka menyesal dan kecewa karena tidak mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan seseorang yang selalu menyelamatkan mereka. Ini keputusasaan sejati.

Duk!

Ciiiiiiik!!!!!

Clang!!!!!

Kilatan cahaya melesat dari Aula Besar di langit. Penghalang itu langsung hancur.

Di langit seorang Malaikat Agung memancarkan cahaya menyilaukan.

***