webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 12 : Menurutmu Kenapa Dunia Ini Fiksi? (2)

—Aku memenangkan kompetisi, epilog akan berbayar.

Kalimat itu tiba-tiba muncul di kepalaku. Selanjutnya lebih mengejutkan.

—Itu adalah kompetisi tidak dikenal.

Lalu, yang terjadi setelah itu adalah kisahku sebagai Kim Dokja.

—Tiga Cara Untuk Bertahan Hidup di Dunia yang Hancur.txt

Dengan bantuan dari salinan novel yang menjadi obat bagi Kim Dokja, aku berhasil melalui berbagai skenario yang nyaris tidak terselesaikan. Siapa yang mengirimiku teks salinan itu?

Lalu, aku mendapatkan jawabannya.

—Aku memenangkan kompetisi, jadi aku dapat meminta hadiah, kan?

—Aku ingin menjadi salah satu karakter di dalamnya.

—Aku menyesal dengan epilognya, jadi aku akan mengubahnya.

—Aku akan kembali setelah semua 'karakter' bahagia.

—Akhir tidak selalu bahagia? Aku mengerti, maka aku akan menanggung ketidakbahagiaan itu.

—Empat Raja Surgawiku akan ikut.

Apakah itu aku? Suara itu bukan suaraku. Namun, satu hal yang pasti aku mendapatkan kebenaran yang seharusnya kuketahui. Dinding Keempat menyambutku, dia adalah pelayan setia, salah satu dari Empat Raja Surgawi.

Perasaanku menjadi kosong saat ini, perpustakaan ini adalah tempat favoritku, keabadian di tempat ini dan keinginan untuk melihat epilognya.

Pada saat ini, emosi kuno menyeruak, kebencian pada warna putih karena warna itu menunjukkan kekosongan. Kecintaan pada warna hitam yang menunjukkan kegelapan dan ketangguhan. Lalu, genre hidup yang selalu kubandingkan.

Apakah itu realisme dan fantasy? Aku tertawa dalam hati.

God Of Stories mengutukku dan memberiku hadiah. Inikah hadiahnya?

Kemenangan kompetisi adalah jebakan sejak awal, 'dia' pasti memburu 'Kim Dokja' sekarang.

"Baik, sudah dimulai ya."

Saatnya untuk mencapai kualitas tertinggi dari karya ini. Aku akan menyelipkan ulasan terakhir.

***

Ttang! Ttang! Ttang!

Setelah menghilangkan makhluk itu, aku berhadapan dengan karakter favoritku. Mungkin menyenangkan untuk dipukul sekali olehnya.

"Kenapa kau kembali jika akhirnya seperti ini?!"

Rasa bersalah menghampiri, ya aku tidak bisa mengatakan alasannya meskipun aku mau. Dia adalah karakter, apakah mungkin menjadikannya individu?

Pencerahan datang, aku membiarkan serangannya mengenaiku, tapi dia malah memukul sabit tanpa melukai tubuhku. Ada apa dengan sunfish ini?

Hah, benar. Dia sudah berubah, rasanya aneh bahwa karakter bisa lepas dari pengaturannya. Akan tetapi, itu dimungkinkan seperti peristiwa regresi ke-1863-nya.

[Aku memenangkan kompetisi]

Setelah mengucapkan itu, aku terdorong untuk menyelesaikan kata-kata selanjutnya dan mengabaikan reaksi pihak lain.

[Itu adalah kompetisi tidak dikenal]

Tentu saja, dia takkan mengerti. Aku akan kembali setelah semua karakter bahagia, jadi seharusnya aku sudah kembali jika 'dia' tidak datang.

Misi terakhir sebelum kembali adalah menarik 'dia' untuk keluar dari kisah ini.

Kim Dokja, karena aku bukan dia sejak awal, maka mereka pasti tidak akan peduli. Untuk sesaat, aku merasa kesepian, seandainya saja ada satu dari mereka yang benar-benar menerimaku.....

Aku mungkin akan terharu sampai menangis.

Sekarang bukan waktunya untuk emosi semacam itu, aku memindahkan mereka dengan aman ke dunia itu. Tempat tanpa skenario, dunia Kim Dokja yang asli.

Namun, dua orang yang penting tidak mengikuti skenario sehingga rencana harus diubah. Yoo Sangah bukan karakter dari karya ini pada awalnya karena tidak ada pengaturan karakter untuknya. Sementara, Yoo Jonghyuk adalah protagonis, dia karakter utama, itu penting untuk membuatnya tetap hidup atau karya ini akan dibakar.

Lalu, rasi bintang yang masih hidup dan Ibu..... Aku memastikan mereka baik-baik saja.

Ini adalah pertarungan sesama author.

Jadi, kuputuskan untuk mengirim mereka berdua ke sana. Karakter utama dibutuhkan.

***

"Ahh... Ini, Yoo Jonghyuk-ssi."

Yoo Sangah yang pertama membuka matanya terperanjat setelah mengetahui di mana mereka saat ini.

Gedung-gedung bertingkat bisa terlihat dari kejauhan dan air mancur di belakang mereka mengeluarkan suara gemericik yang menenangkan.

Yoo Jonghyuk terbaring di samping Yoo Sangah, saat dia membuka mata, bisa terlihat bahwa dia baru saja mengalami kejutan mental yang kuat.

Syok itu tidak segera hilang dan masih terus menetap, lampu-lampu yang menerangi sekitar di malam pekat dengan awan hitam berkedip-kedip menambah keanehan dari situasi mereka saat ini.

Wajah tampan yang terpahat dengan baik itu untuk pertama kalinya menampilkan ekspresi kesakitan sejak permulaan regresi. Dia yang menahan semua emosinya dengan fasad dingin menjadi hancur.

Yoo Sangah yang menatapnya tak berkutik, yang terakhir memejamkan mata lalu membukanya lagi untuk melihat ke langit yang gelap gulita tanpa bintang. Awan hitam yang melingkupi daerah itu mulai menjatuhkan tetesan-tetesan air, semakin cepat dan semakin banyak lalu berubah menjadi seperti banjir.

Mereka berdua terlalu bingung untuk mengatasinya, air yang membasahi mereka setidaknya sedikit mendinginkan pikiran.

Yoo Sangah berdiri dari posisi duduknya, dia memejamkan mata dan mengarah ke langit.

"Jonghyuk-ssi, bagaimana kau tahu bahwa Secretive Plotter ada di tempat anak itu?"

Pertanyaan Yoo Sangah menyadarkan Yoo Jonghyuk dari kerusakan mental.

"Itu mimpi."

"Mimpi?"

"Tampaknya dia berbagi ingatan denganku."

"Begitu, lalu sekarang apa?"

"Kita akan menuju ke tempat Kim Dokja."

"Dokja-ssi bukan Dokja-ssi? Kalau saja itu hanya permainan kata."

Yoo Sangah menelan kata-kata selanjutnya lalu menatap Yoo Jonghyuk dengan ekspresi tertarik.

"Apa?"

Yang ditatap mengerutkan kening.

Hujan menjadi semakin deras menyebabkan mereka bersuara semakin keras. Gemuruh Guntur juga mengganggu.

Tanpa kata, mereka berjalan menembus hujan menuju tempat berteduh terdekat, mereka akhirnya mengetahui lokasi pasti tempat ini. Taman dekat museum dimana Yoo Sangah memperoleh Ganpyeongeui, cakram bintang.

"Ini adalah area skenario...."

Yoo Sangah bernostalgia. Dia berusaha mengalihkan pikiran dari Kim Dokja. Yoo Jonghyuk setuju dengan niatnya.

"Ya, benar."

Namun, Kim Dokja akan selalu terlintas di pikiran mereka, apapun cerita yang mereka sebutkan.

Jadi, menghentikan pembicaraan adalah hal terbaik.

"Karakter, begitu...."

Yoo Sangah mendengar gumaman Yoo Jonghyuk yang hancur.

"Apa baginya kita hanya karakter?"

Yang terakhir terus bergumam tanpa mengharapkan balasan.

"Mungkin, mungkin tidak begitu."

Jawaban itu membungkamnya.

***