webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Others
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 11 : Dunia Tanpa Skenario (2)

"Kartu emas terbaik!"

Kim Namwoon berseru dengan ceria sambil memperlihatkan kartu emas yang mereka gunakan untuk berbelanja.

"Gundam itu bagus, aku sekarang mengerti kenapa diriku di dunia itu menjadi gundam, kuhahah."

"Diam."

Puok!

"Kuk!"

Lee Jihye yang tak tahan pada sifat chunni-nya menendang kakinya.

"Ngomong-ngomong, Master tidak begitu kesal meski dia ditipu oleh anak kecil."

Uriel menanggapi.

"Plotter itu aneh. Mungkin dia memiliki perasaan paling kuat untuk anak itu karena hubungan sponsor."

Lee Hyunsung yang membawa barang-barang bertanya.

"Bagaimana dia menjadi sponsor, dia masih kecil."

Uriel tak menjawab, dia juga tidak tahu pasti. Ada suatu rahasia yang disembunyikan anak itu atau mungkin Kim Dokja di dunia itu. Uriel mulai memikirkan Kim Dokja di dunia itu yang memiliki keinginan melihat akhir dunia.

"Apakah dia menemukan kesimpulannya?"

"Siapa?"

Gumaman Uriel didengar oleh Lee Jihye yang berada di sampingnya.

"Kim Dokja."

"Ah, pria itu. Master bilang dia pasti menggantikan peran anak itu."

"Ya, mungkin."

"Kenapa kau terlihat gelisah, Uriel? Ini tidak seperti dirimu."

"Tidak apa, hanya kekhawatiran sesaat."

"Hnm?"

Kim Namwoon yang berjalan di depan kelompok berhenti.

"Ada apa?"

Lee Jihye bertanya dengan heran.

"Apa kalian tidak merasakannya?"

Suara Kim Namwoon menjadi dingin, dia memasukkan kartu emasnya ke pakaiannya lalu menatap lurus ke depan dengan tajam.

"Ya, itu..."

Uriel melangkah ke depan, berdiri di samping Kim Namwoon, jalanan yang mereka lewati cukup ramai, dekat Toserba dan jalan raya. Itu akan mengerikan jika mereka berkelahi di sini. Akan ada banyak korban tak bersalah.

Meskipun mereka tak tanggung-tanggung membunuh orang-orang, tapi mereka memiliki hati, orang-orang di dunia tanpa skenario seharusnya tidak terlibat.

"Ayo menuju ke tempat sepi."

Yang lain setuju pada ajakan Uriel.

***

Han Sooyoung menatap kosong di tengah kerumunan orang yang lalu lalang.

Kelompoknya memiliki ekspresi yang sama.

"Sial! Apa ini? Ini Seoul?"

Mereka akrab dengan pemandangan sekitar, Gwanghwamun.

"Kita dikirim ke sini?!"

Jung Heewon meledak marah.

"Apa ini dunia tanpa skenario?"

Pernyataan Shin Yoosung memicu riak kepanikan.

"Lalu kompensasinya.... "

Lee Jihye linglung seperti orang yang habis dipukul di bagian belakang kepala.

"Ini penipuan lengkap. Hei, apa yang dilakukan Dinding sialanmu itu?"

Han Sooyoung menanyai Jang Hayoung yang terdiam semenjak mereka tiba di sini. Yang terakhir sepertinya masih syok karena dikhianati oleh eksistensi yang paling dia percayai.

"Jadi inikah dunia kalian sebelum kehancuran?"

Breaking The Sky Sword Saint melihat sekeliling dengan terpana. Sementara Kyrgios di bahunya tak peduli pada hal itu, yang terakhir lebih peduli pada keselamatan muridnya.

"Bagaimana kita kembali?"

Pertanyaan Kyrgios semakin membuat mereka kebingungan.

"Apa tujuan Dokja-ssi membawa kita ke sini?"

Itu menakutkan untuk memikirkannya. Kekejaman dan rasa pengkhianatan melebur mereka. Kelompok itu sudah memiliki kehidupan yang cukup bahagia di dunia sebelumnya, tapi sekarang mereka dikirim ke tempat ini.

Mungkin mereka takkan tahu alasannya sampai akhir....

***

"Keluarlah jika kau ingin bertarung di sini!"

Di sebuah gang yang sepi, kelompok Uriel berkumpul. Uriel memprovokasi eksistensi yang mengikuti mereka.

Plok! Plok! Plok!

Pria berambut perak dengan hoodie coklat muncul sambil bertepuk tangan, dia tampak terhibur.

"Kalian berhasil melewati pintu itu? Hebat!! Aku harus meremukkannya dulu sebelum bisa lewat."

Pria berambut perak menunjukkan ketertarikan pada mereka.

Lee Jihye bersiaga dengan pedang yang selalu dia bawa.

"Siapa kau?!"

Kim Namwoon berdiri di sisinya siap melepas perban yang melilit kedua tangannya.

"Oh, tenanglah, kalian bukan targetku,"ucap pria berambut perak itu dengan seringai.

Lee Hyunsung maju ke depan untuk melindungi kelompoknya.

"Katakan siapa kau?!"

Lee Hyunsung dengan tubuh besarnya memancarkan aura permusuhan.

"Baik, kalian ingin tahu? Aku sudah menjelajahi alam semesta ini untuk menemukan targetku, dan akhirnya aku menemukannya."

Uriel mengerutkan keningnya pada penjelasan pria itu.

"Itu bukan yang kami tanyakan."

Pria itu mengangkat bahunya tak peduli.

"Hanya itu yang bisa kukatakan pada kalian, pertemuan selanjutnya aku harap kita bukan musuh."

Pria itu berbalik pergi sambil melambaikan tangannya.

"Dia! Siapa dia?! Kita harus memberitahu Master."

Lee Jihye memandang punggung orang itu dengan heran.

"Ya, Plotter mungkin tahu dia siapa. Ayo kembali."

Uriel mengangguk setuju, mereka meninggalkan tempat itu dengan sedikit kekhawatiran.

***

Di atap sebuah gedung dekat dengan gang yang menjadi tempat pertemuan mereka, pria berambut perak itu menatap punggung mereka dengan ekspresi dingin.

Kemudian, dia mengalihkan perhatiannya ke arah berlawanan dari kelompok itu. Seringai kecil muncul di wajahnya yang cantik.

"Kenapa kau membuat begitu banyak kekacauan~"

Dia bersenandung lalu melompat dari gedung setinggi sepuluh meter itu tanpa terluka.

***