webnovel

Chapter -011-

Plak..

Toma yang saat ini sedang berada diruang ganti khusus anggota club basket Kitsunema, tersentak aget saat seseorang menepuk pundaknya cukup keras.

"Hei, Toma-kun! Siapa murid perempuan berkacamata yang kau dan Shu-kun bawa kesini? Aku baru pertama kali melihatnya." Tanya seorang murid laki-laki bertubuh tinggi dan berkulit sedikit gelap kepada Toma.

Toma yang melihat siapa pelaku yang sudah memukul bahunya pun berdecak kesal.

"Tori-senpai, kurangilah kebiasaan mu yang selalu menepuk bahu siapapun dengan sekuat tenaga. Bagaimana jika orang yang bahunya kau tepuk ternyata sedang mengalami cedera?" Ujar Toma dengan sedikit sini membuat murid laki-laki bertubuh tinggi yang di panggil Tori itu mengulaskan senyum lima jari diwajahnya.

Plak.. Plak.. Plak.. Plak..

"Hahahaha! Aku sengaja melakukan ini karena aku tahu kalian yang ku kenal didalam club basket ini tidak memiliki cidera di bahu sama sekali. Maka dari itu aku akan terus melakukannya sebagai sebuah kenangan untuk kalian semua!" Sahut Tori sambil tergelak dan menepuk-nepuk bahu Toma berkali-kali.

Toma yang bahunya kembali di tepuk berkali-kali oleh Tori pun hanya bisa menghela nafas panjang. Ya untungnya dirinya dan anggota club basket Kitsunema tidak ada yang memiliki cidera bahu. Tapi jika Tori terus-terus melakukan hal seperti ini, yang ada para anggota club Kitsunema akan mengalami cidera bahu ringan.

Tori yang mengingat tujuannya masuk kedalam ruang ganti menghampiri Toma pun langsung menghentikan pergerakan tangannya untuk menepuk bahu Toma.

"Ah ya Toma-kun, kau belum menjawab pertanyaan ku mengenai murid perempuan berkacamata yang kau dan Shu-kun ajak kesini. Siapa dia? Apa dia ingin mendaftar sebagai anggota tambahan di club kita?" Tanya Tori beruntun yang di balas dehaman panjang oleh Toma sambil menggelengkan kepalanya.

"Bukan, dia bukan ingin mendaftar sebagai anggota di club basket kita, senpai."

Tori menaikan sebelah alisnya. "Lalu untuk apa kalian mengajaknya kesini? Atau jangan-jangan mereka salah satu gebetan dari kalian berdua??"

Toma balas menaikan sebelah alisnya menatap Tori tidak percaya. "Tentu saja bukan! Untuk apa kami mengencani perempuan jutek dan galak sepertinya? Dia itu sahabat dari Tetsuya Yuki. Kau pasti mengenalnya bukan, siapa Tetsuya Yuki itu."

Kedua bola mata Tori langsung membulat terkejut mendengar Toma menyebut nama Tetsuya Yuki. Siapa yang tidak mengenal nama itu? Nama yang sejak tiga tahun lalu selalu memenuhi majalah olahraga bersama dengan seluruh anggota club basket nya yang lain yang bernama Washida club. Meski dirinya sendiri belum pernah bertanding langsung dengan Washida Club, namun dengan melihat liputan langsung permainan club basket itu, dirinya bisa merasakan betapa hebatnya permainan mereka.

Namun yang membuat dirinya dan seluruh orang terkejut bukan main adalah saat Washida Club menyatakan jika mereka akan meneruskan pendidikan disekolah yang berbeda. Belum selesai keterkejutan akan berita itu, selang beberapa hari kemudian Tetsuya Yuki memberikan pernyataan yang lebih mengejutkan lagi, pemuda itu menyatakan jika akan pensiun dan berhenti untuk bermain basket. Padahal saat itu ada rumor yang mengatakan jika dirinya akan menjadi kandidat dalam tim nasional basket jepang. Jadi semua orang yang mendengar berita tersebut pun sangat menyayangkan atas apa yang dipilih oleh Tetsuya Yuki, sang playmaker dengan nomor punggung 00.

"Lalu apa yang dilakukan nya disini? Bukankah Tetsuya Yuki tidak mendaftar ke sekolah ini?" Tanya Tori sambil mengerutkan dahinya dalam.

Toma yang mendengar pertanyaan Tori ikut mengertkan dahinya dalam, dirinya tidak menyangka dengan pertanyaan yang di berikan oleh Tori kepadanya.

"Senpai! Kau selama ini sedang berada dimana huh? Kau sama sekali tidak mengetahui berita jika Tetsuya Yuki mendaftar disekolah ini?? Bahkan minggu lalu dirinya sudah resmi menjadi murid SMA Natsu!"

Tori terdiam sesaat di tempatnya setelah mendengar perkataan Toma, dirinya masih mencerna secara perlahan apa yang baru saja dirinya dengar.

Sedangkan itu Toma yang melihat Tori masih terdiam ditempatnya setelah dirinya mengatakan jika Yuki bersekolah di SMA Natsu pun kembali menghela nafas panjang. Seterkejut itu kah seniornya ini mendengar berita jika Tetsuya Yuki menjadi murid disekolah mereka ini?

Brak!

Toma berjengit terkejut bukan main saat tiba-tiba saja Tori memukul pintu loker yang berada tepat disebelahnya. Belum lagi kini Tori tengah menatapnya dengan kedua bola mata yang membulat terkejut.

"T-tori-senpai?" Panggil Toma sedikit merasa takut karena di tatapan terlalu fokus oleh Tori.

"Toma-kun, apa kau yakin Tetsuya Yuki benar-benar menjadi murid di sekolah ini?"

Dengan pelan dan sedikit ragu, Toma menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan Tori yang dilayangkan kepada dirinya.

Brak!

Toma kembali berjengit kaget saat untuk kedua kalinya Tori memukul pintu loker disebelahnya.

"Sial! Jika aku tahu sejak awal Tetsuya Yuki mendaftar kesekolah ini, aku pasti sudah memohon kepadanya untuk masuk kedalam club basket kita!" Ucap Tori dengan nada berdesis.

Toma yang baru saja ingin kembali membuka suara langsung mengurungkan niatnya saat Tori kembali menatap dirinya.

"Kenapa kau baru memberitahu ku serang Toma-kun?!"

Toma mengedipkan kedua matanya beberapa kali secara refleks.

"Aku kira kau sudah tahu seperti yang lainnya senpai. Makanya aku tidak memberi tahu mu."

Dengusan kasar Tori hembuskan, dirinya tidak menyangka akan melewatkan berita besar seperti ini.

"Lalu apa Eita-kun juga sudah mengetahui hal ini?"

Dengan cepat Toma menganggukan kepalanya. "Eita-senpai sudah mengetahuinya setelah melihat list mahasiswa baru yang berhasil lulus masuk ke sekolah ini."

Tori mengepalkan sebelah tangannya kuat.

"Eita-kun! Dirinya mengetahui betapa aku mengagumi Tetsuya Yuki, dan bisa-bisanya dirinya tidak memberitahukan ku akan berita penting ini?! Benar-benar kapten itu!" Ucap Tori dengan nada geram dan langsung berjalan keluar dari ruang ganti begitu saja.

Toma yang melihat Tori sudah pergi keluar dari ruang ganti pun langsung menghela nafas lega.

"Hah, hampir saja! Ku pikir aku akan pingsan ditempat melihat Tori-senpai yang sedang marah." Desah Toma merasa lega.

Namun seketika dirinya langsung berdiri mematung setelag mengulang kembali apa yang dirinya katakan tadi.

"Gawat! Jika Tori-san sedang marah, maka kemungkinan hari in tidak akan ada latihan basket! Aku harus segera menghentikannya!" Ucap Toma panik dan langsung berlari keluar dari ruang ganti untuk menyusul Tori.

Sedangkan itu di pinggir lapangan basket indoor, kedua mata Aida terus memperhatikan satu persatu para murid yang tengah bermain basket.

Aida sedikit menghela nafas lega karena dirinya sama sekali tidak mendapati soso Yuki tengah bermain basket disana.

"Hah, syukurlah aku tidak melihat dirinya bermain basket." Desah Aida sambil memejamkan kedua matanya. Namun seketika juga Aida langsung membuka kedua matanya, Dirinya kembali berfikir, jika di gedung lapangan basket indoor keberadaan Yuki tidak dirinya temukan, lalu dimana lagi laki-laki itu berada?

Brak!

Aida yang baru saja ingin beranjak keluar dari gedung lapangan basket indoor langsung mengurungkan niatnya saat dirinya tiba-tiba saja mendengar suara dobrakan pintu cukup kencang.

Aida pun menolehkan kepalanya untuk melihat dimana suara dobrakan pintu itu berasal. Aida dapat melihat bukan hanya dirinya saja yang sedang mencari asal suara dobrakan pintu itu, para murid yang tadinya sedang bermain basket pun kini langsung berhenti semuanya.

Ceklek..

Kini tatapan mata Aida dan para murid club basket teralihkan menjadi dua sumber, yang satu sumber suara dobrakan pintu dan yang satunya lagi sumber suara pintu yang terbuka lebih manusiawi.

Kedua bola mata Aida membulat terkejut saat dirinya menemukan sosok Yuki dari asal suara pintu yang terbuka lebih manusiawi. Baru saja Aida ingin memanggil nama Yuki, namun dirinya kalah cepat dari suara seruan laki-laki yang terdengar sedang menyimpan amarah.

"Eita-kun! Beraninya kau berhianat pada ku!"