webnovel

Chapter -010-

Eita yang baru saja mempersilahkan Yuki untuk masuk kedalam ruang meeting club basket langsung menawarkan minuman apa yang diinginkan oleh Yuki saat ini. Karena sejujurnya saat ini dirinya merasa sedikit gugup bertemu kembali dengan Yuki, setelah dua tahun dirinya lulus dari sekola menengah pertama khusus atlet dan suda mereka tidak bertemu lagi sampai sebelum hari ini terjadi.

"Kau ingin meminum apa Yuki-kun? Apa kau masih menyukasi minuman sari jeruk sama seperti dulu?" Tanya Eita sambil terkekeh berjalan menuju kulkas mini yang berada disudut ruang meeting club basket.

Yuki yang sedari tadi memperhatikan kemana gerak-gerik Eita pergi pun berdeham sebentar.

"Ya, aku masih tetap menyukai minuman itu senpai." Jawab Yuki yang dibalas dengan anggukan kepala ole Eita.

"Syukurlah, kebetulan salah satu anggota terpercaya ku disini juga memiliki minuman kesukaan sama seperti dirimu." Ujar Eita santai, sambil berjalan menghampiri meja meeting setelah mengambil satu botol minuman sari jeruk dan satu botol minuman ion.

Yuki hanya merespon perkataan Eita dengan dehaman pelan dan tatapan matanya masih tetap memperhatikan gera-gerik pergerakan Eita sampai seniornya itu duduk tepat di seberang nya.

"Eita-senpai, apa cidera pundak sebelah kanan mu sudah pulih sepenuhnya?" Tanya Yuki yang hampir saja membuat Eita tersedak minuman ion nya.

"Ah, Yuki-kun. Kau benar-benar tetap tidak berubah sejak dulu, selalu bertanya secara tiba-tiba dan tanpa basa-basi." Sahut Eita sambil terkekeh mencoba untuk mengurangi perasaan terkejut yang saat ini tengah dirinya rasakan.

Yuki hanya memilih tetap terdiam mendengar perkataan Eita. Sedangkan itu Eita yang melihat Yuki sama sekali tidak merespon perkataannya pun langsung menghela nafas pasrah dan mengurukan sebelah tangannya untuk memegang pundak sebelah kanannya.

"Pulih? Belum sepenuhnya. Untungnya aku masih bisa menggunakan lengan ini untuk bermain basket sampai detik ini. Jika tidak terkena benturan cukup keras, maka tidak akan ada masalah sampai kedepannya." Ujar Eita menjawab pertanyaan Yuki.

Dehaman pelan pun keluar dari bibir Yuki. "Hmm, jika pundakmu terkena benturan keras sekali saja, maka kau akan di hadapakan dengan pilihan yang benar-benar sangat kau dan semua pemain basket benci."

Eita terkekeh sumbang mendengar perkataan dan juga melihat bagaimana ekspresi wajah yang terpasang di wajah Yuki saat mengatakan perkataan yang berisi kebenaran. Kebenaran yang akan dirinya hadapi suatu hari nanti diarena pertandingan basket.

"Kau sendiri, bagaimana dengan keadaan mu saat ini, Yuki-kun?" Tanya Eita kembali kepada Yuki.

Yuki yang diberikan pertanyaan kembali oleh Eita hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

"Seperti yang senpai lihat saat ini. Aku dalam keadaan baik-baik saja."

Seulas senyum geli teretak diwajah Eita dan dirinya pun langsung memilih untuk menggoda Yuki.

"Jika kau dalam keadaan baik-baik saja, mengapa kau memilih untuk pensiun dan tidak memilih untuk mendaftar masuk sebagai anggota club basket hum?"

Yuki menaikan sebelah alisnya lalu memili untuk melirikan matanya kearah lain sambil menjawab pertanyaan yang di berikan oleh Eita kepadanya.

"Aku hanya sedang merasa jenuh dengan basket dan ingin mencari pengalaman didalam club aktivitas lain."

Eita yang melihat Yuki memberikan jawaban tanpa melihat kearah dirinya pun mengulum senyum geli.

"Benarkah kau sedang merasa bosan? Lalu aktivitas apa yang saat ini sedang menarik perhatian mu eh?"

Yuki memilih untuk memejamkan kedua matanya sambil menghela nafas panjang dan mengalih tatapannya kembali kepada Eita.

"Ya dan aku saat ini tertarik untuk memperdalam keahlian ku dalam memasak. Maka dari itu aku memilih mendaftar masuk kedalam club aktivitas memasak."

Eita yang mendengar jawaban Yuki tidak dapat menahan gelak tawanya lagi, belum lagi dirinya yang melihat ekspersi tercetak diwajah Yuki saat ini. Ekpresi wajah malu yang sekeras mungkin Yuki buat agar tetap terlihat datar.

"Hahahahaa, astaga. Kau benar-benar akan menjadi tersangka pembunuh ku, karena kau selalu saja bisa membuat ku tertawa lepas seperti ini dengan sikap mu Yuki-kun." Keluh Eita sambil memegangi perutnya dan mengulurkan jari telunjuknya untuk menghapus genangan air mata di sudut matanya.

Sedangkan itu Yuki yang melihat Eita tertawa begitu lepas di hadapannya saat ini hanya tetap memasang ekspresi datar. Karena dirinya sudah dapat menebak reaksi apa yang akan di tunjukan oleh orang-orang disekitarnya mengenai opsi yang dirinya pilih saat ini.

"Senpai, berhentlah tertawa. Kedatangan ku kesini karena ada hal penting yang ingin ku bahas bersama mu." Ucap Yuki dengan nada sedikit ketus melihat Eita yang masih saja tergelak, belum terlihat tanda jika seniornya itu akan berhenti tertawa.

Mendengar perkataan ketus Yuki bukannya membuat Eita langsung menghentikan tawanya, melainkan Eita justru semakin tergelak. Bahkan kini Eita mengulurkan tangannya untuk memukul permukaan meja meeting.

Brak.. Brak.. Brak..

Yuki yang melihat kelakuan Eita memilih untuk tetap diam di tempatnya, menatap kearah seniornya itu dengan tatapan datar sambil melakukan perhitungan di dalam hati, seperti apa yang biasa dirinya dan anggota club washida lakukan jika menunggu Eita yang sedang tertawa lepas untuk berhenti.

'Satu, dua, tiga, empat, lima.' Hitung Yuki didalam hati dengan tatapan yang masih mengarah kepada Eita.

Yuki dapat melihat Eita sedikit memelankan suara gelak tawanya.

'Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh.' Lanjut Yuki yang masih menghitung di dalam hati.

Kini Yuki dapat melihat Eita sudah dapat sedikit menstabilkan deru nafasnya yang memburu setelah tertawa lepas tadi.

'Sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas dan lima belas.'

"Haaahh… Sudah lama sekali aku tidak tertawa lepas seperti ini." Keluh Eita yang sepenuhnya sudah berhenti tertawa lepas dan deru nafasnya pun sudah tidak terlalu memburu seperti tadi.

"Baik, durasi waktu yang senpai butuhkan dalam menghentikan gelak tawa masih tetap sama selama lima belas detik." Ujar Yuki dengan nada tenang dan di respon dengan helaan nafas panjang oleh Eita.

"Maaf, maaf. Aku hanya merasa tidak habis pikir saja dari banyaknya club aktivitas selain olahraga di sekolah ini, kau lebih memilih untuk mendaftar sebagai anggota club memasak." Sahut Eita sambil mengibas-ngibaskan sebelah tangannya.

"Meski ku akui, memang diantara kita semua anggota Washida Club, hanya dirimu saja lah yang dapat memasak makanan dengan cita rasa lebih manusiawi. Bahkan Ai-chan yang perempuan saja kalah dengan keahlian dirimu." Lanjut Eita yang di respon dengan dengusan sebal oleh Yuki.

"Senpai…" Panggil Yuki dengan menekan nada panggilannya.

Eita yang mendengar Yuki sudah menekankan nada suaranya pun langsung memejamkan kedua matanya lalu kembali mengibas-ngibaskan sebelah tangannya.

"Baiklah-baiklah, aku akan mendengarkan apa yang ingin kau bicarakan kepadaku Yu-kun."

Helaan nafas lega Yuki hembuskan saat melihat Eita kita sepenuhnya sudah menaru fokus kepada dirinya dan dirinya pun langsung mengatakan hal yang ingin dirinya katakan kepada Yuki mengenai rumor yang beredar tentang dirinya dan Kitsunema club, club basket SMA Natsu.