webnovel

Pertemuan Tak Terduga

Beberapa hari telah berlalu dalam sekejap mata, aku kembali ke keseharianku yang biasanya. Rasanya menjadi cukup aneh setelah bertemu dengan orang itu.

Keseharian yang menyebalkan dengan banyak masalah didalamnya. Aku cukup beruntung mendapatkan tim yang cukup baik, jika tidak kehidupan menyebalkan ditambah masalah menyebalkan yang dikali dengan rekan setim yang menyebalkan akan memperparah keseharianku. Setidaknya inilah hal yang aku syukuri.

"Sepertinya aku ingin makan sesuatu yang enak lagi."

Tanpa sadar aku bergumam, yah aku memang orang yang sangat pelit dan kikir jika membiacarakn tentang uang, aku ingin menghematnya sebisa mungkin walau sebenarnya perilaku itu membuat diriku sendiri tersakiti.

Baiklah Verrel buatlah dirimu untuk menghilangkan sifat pelitmu itu. Itu adalah janji, jangan mengingkarinya, seorang lelaki sejati harus memegang janjinya.

Untuk itu, setidaknya aku tidak boleh pelit pada diriku sendiri. Sifat altruisme dan egoisme yang berada dalam diriku itu sebenarnya setara atau mungkin sedikit condong menuju altruisme dalam beberapa keadaan. Namun seperti kata seseorang, kau harus membahagiakan dirimu sendiri sebelum membahagiakan orang lain.

Aku berada di depan sebuah menara yang tinggi, ini adalah gedung yang memiliki banyak hal didalamnya, yah seperti pusat perbelanjaan, namun jauh lebih komplit dalam beberapa hal.

Aku berjalan-jalan sebentar, kemudian singgah menuju salah satu tempat makan yang sering dibicarakan di media sosial. Itu tempat yang cukup terbuka, namun sebuah aroma yang sedap muncul seketika pada saat aku mendekati tempat itu.

Sepertinya memang sebaik yang diberitakan dan juga kebetulan sekali tempatnya masih sepi dikarenakan masih pagi, yah aku cukup beruntung untuk ini.

Aku pun memesan beberapa makanan yang sering dibicarakan di media sosial, Aku membeli beberapa varian makanan ayam, ikan dan juga daging dan membawa semuanya ke mejaku.

Aku merasakan tatapan heran ketika aku sedang membawa makananku yang menumpuk. Namun sepertinya setelah mereka melihat wajahku, mereka tak lagi bingung tentang hal itu.

Bukannya aku sombong, aku memang cukup dikenal karena aku adalah salah satu pemuda yang berbakat walau aku ditolak menjadi murid dari salah satu 8 petinggi. Namun itu cukup rahasia karena itu akan mengotori namaku dan juga orang itu karena alasannya menolakku yang terkesan jahat? entahlah, aku bingung bagaimana menggambarkannya, namun yang pasti itu alasan yang buruk untuk menolakku.

Tapi aku sama sekali tak memikirkannya lagi setelah melihat apa yang terjadi pada muridnya. Sangat sibuk karena jadwal yang padat, sepertinya aku beruntung karena ditolak olehnya.

Aku menaruh makanan yang banyak itu di salah satu meja kecil yang digunakan untuk dua orang. Aku pun duduk, mengambil salah satu mangkuk yang ada di nampan yang mana itu adalah hidangan mie, aku pun menyeruput mie tersebut dengan lahap, rasanya benar-benar nikmat daripada mie instan dan juga makanan cepat saji yang murah.

Aku sudah membayar semua makanan ini, ketika aku melihat total harganya, itu cukup menyakitkan ketika mengetahui harganya sekitar 1% penghasilan ku sebulan, tapi tetap saja itu memang cukup normal, aku menjadi tak heran ketika orang-orang mengataiku pelit. Walau mendengarnya cukup menyebalkan.

"Apakah kau sudah menjadi manusia yang baik dan tidak pelit?"

Lagi-lagi suara yang menyebalkan, kenapa lagi dan lagi aku terus bertemu dengan gadis ini? namun untuk kejadian sebelumnya sepertinya Ia memang mencariku, namun apa-apaan ini? aku sedang ingin makan.

"A kenapa aku bertemu denganmu terus hah?"

"Mana aku tahu, mungkin ini hanyalah sebuah takdir acak yang membuat kita bertemu."

Seperti biasa Ia menanggapi dengan datar, aku masih penasaran apakah ia memiliki emosi atau tidak. Ia beberapa kali melontarkan candaan, namun aku benar-benar tidak tahu itu benar-benar lucu atau tidak, orang ini memang sulit dibaca.

"Yang benar saja, jujurlah apa yang sebenarnya kau dan yang terkuat rencanakan sebenarnya."

"Tidak ada kok, kau terlalu percaya diri pada keyakinanmu itu, menjijikan sekali."

"O-oi kau ini..."

Tidak, dia benar mungkin hanya akulah yang terlalu waspada dan curiga, tapi siapapun yang mengalaminya pasti akan merasakan apa yang kupikirkan saat ini.

Aku kembali menatap wajahnya, Ia benar-benar menggunakan topeng bahkan saat makan, kenapa dia betah sekali dengan hal itu? tidaklah itu cukup menyebalkan? Aku ingin bertanya, namun bisa saja itu berkaitan dengan trauma atau semacamnya, aku pun segera melanjutkan makanku dengan tenang.

Sesudah aku menyelesaikan makananku, aku segera menumpuk kembali piring dan mangkok itu pada nampan dan segera berdiri untuk membayar makanan di kasir.

Aku melihat kesamping dan melihat A juga sudah selesai, aku segera berjalan dengan cepat, aku merasa tidak tenang ketika berada di dekatnya. Walau sepertinya aku memang terlalu curiga.

Aku pun berbalik dan menuju arah kasir, namun bajuku terasa seperti sedikit ditarik. Lenyaplah sudah harapanku untuk kabur dari orang ini, entah apa yang Ia inginkan.

"Hei, anu...aku lupa membawa uang, bisa kau membayarkannya?"

"Hah?"

Apakah aku salah mendengar, tidak itu nyata, mengapa seperti ini sih. Astaga, apa-apaan gadis ini, terlebih lagi aku masih harus waspada pada dirinya dan gurunya.

"Apa maksudmu?"

"Kau kan mencoba untuk menjadi orang yang tidak pelit dan mencoba untuk menjadi orang yang dermawan bukan?"

"Tidak, aku tak perlu menjadi orang dermawan, tapi sebelum itu, bagaimana kau mengetahui hal seperti itu."

"Aku bisa membaca pikiran."

"Tai."

Aku segera mengumpat ketika mendengar apa yang Ia ucapkan, jadi apa Ia tahu apa yang selama ini kuucapkan?

"Aku tahu kok, kau mencurigai ku dan guruku, kau penasaran mengapa aku menggunakan topeng namun tek ingin menyinggung hal itu karena kau taku ini berkaitan dengan sesuatu yang berbau trauma, kau yang ingin kabur dariku karena mencurigaiku, dan juga kejadian beberapa hari yang lalu, aku mengetahui semuanya kok."

Ia mengatakan semuanya sambil berbisik, bahkan Ia setidaknya masih Berhati-hati dalam mengungkapkan kekuatannya.

"Sebenarnya apa tujuanmu?"

"Aku tak memiliki tujuan apapun, aku hanya tidak membawa uang, kau boleh memeriksanya nanti."

"Memeriksa apanya sialan, baiklah akan kubayar saja makananmu itu."

Entah kenapa aku juga ikut berbisik, tapi kami berdua menjadi bahan pembicaraan orang-orang sepertinya. Aku pun menghela napas dengan berat danbayar semua makanannya, untunglah harganya cukup rendah karena pesanan miliknya sedikit, setidaknya jika dibandingkan dengan milikku.

Aku ingin pulang saja, lagipula aku sudah melakukan apa yang kumau hari ini. Namun sekali lagi bajuku serasa seperti ditarik.

Aku pun menatap matanya yang tanpa ekspresi itu, aku tidak menyukai gadis ini, namun aku masih tak bisa membenci dirinya sayang sekali.

"Ada apa lagi?"

"Ayo ikut aku, kau pasti tertarik dengan hal yang menguntungkan untukmu bukan?"

"Tidak, aku sudah lelah hari ini, Terima kasih."

Aku pun meninggalkannya tanpa menghadap kearahnya, aku ingin pulang. Biarlah apa yang Ia pikirkan.

"Tidakkah kau tertarik untuk meningkatkan jumlah mana milikmu?"

Aku berhenti, jantungku berdegup kencang, aku mendengar sebuah perkataan, sebuah kata-kata yang memancing diriku untuk mengikutinya.

"Ya, aku tertarik."