webnovel

Prolog 1 : Kelahiran

Suara angin yang berhembus dimalam hari . Gagak yang berkicau dan langit yang gelap gulita dimalam itu lahirlah diriku . 9 tahun yang lalu tahun 756  aku lahir dikeluarga berkecukupan , memiliki ladang dan tanah perkebunan sebagai sumber penghasilan keluargaku ini . Didunia yang dimana penduduknya semua memiliki sihir mulai dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi bukanlah tolak ukur bahwa kau kuat atau tidak , tetapi bagaimana kamu memanfaatkan sihir yang kamu peroleh adalah hal yang membuatmu disegani serta dihormati didunia ini .  Contohnya ayahku , dia berumur 24 th Bernama Haerun dia hanyalah rakyat biasa yang memiliki Sihir penguatan atau bisa dikatakan sejenis sihir dimana dia mampu membuat seluruh benda yang ia kenakan menjadi lebih keras maupun tajam , dia juga mampu membuat tubuhnya sekeras batu bila di perlukan . Ibuku bernama Erva berumur 25 th sedikit lebih tua dari ayah , ia sendiri memiliki sihir cahaya dan air , dua elemen yang sangat baik untuk perkebunan kami ( kuharap aku bisa mewarisi sihir tersebut ) serta dia mampu mengeluarkan air yang dapat membanjiri rumah ini bila ia mau . Sementara aku adalah anak pertama yang bernama Razak , aku belum tau saat itu memiliki bakat seperti apa . tapi ibuku bilang aku adalah anak yang jarang menangis . Mungkin itu adalah bakat seorang bayi yang langka menurutku . 

 Keluargaku tinggal di kerajaan Sudiang . Wilayah yang terletak di ujung pulau dan jauh dari ibu kota ini memilik sawah nan luas di wilayahnya . Walau wilayahnya yang kecil tetapi memiliki curah hujan yang stabil serta tempat yang tidak pernah dilanda musibah adalah suatu hal yang spesial.

Aku dibesarkan dengan penuh kasih sayang mungkin karena aku anak pertama , warga di sekitarku juga ramah . Terkadang ayahku berpatroli bersama para tetangga lainnya untuk mengamankan atau mengantisipasi penyusupan yang dilakukan hewan buas ,serta iblis atau mahluk asing yang mungkin menculik ternak bahkan anak kecil diwilayah ini.  

  Diumurku yang ke 5 tahun , ayahku membawaku ketempat suci ( gereja yang memiliki lonceng di menaranya ) untuk melihat bakat apa serta persentase kekuatan yang kumiliki . Pendeta yang ada di tempat tersebut segera menghampiri kami yang duduk di kursi ruang tunggu dengan membawa sebuah kertas bertuliskan sebuah tulisan kuno yang konon hanya keluarga pendeta yang mampu membaca tulisan tersebut . mereka melukai ibu jariku dengan sayatan pisau kecil hingga mengeluarkan darah dan menempelkannya ke kertas tersebut , yang membuat kertas tersebut bercahaya . Setelah menempel kertas itu pendeta menyuruh kami menunggu beberapa saat untuk mengetahui hasilnya , hasilnya adalah aku dominan mewarisi kekuatan ayah dan sedikit memiliki bakat cahaya dan air , yaitu 85% sihir penguatan,  dan 10% sihir air serta 5% sihir cahaya . maksud dari persentase ini adalah tingkat penyesuaian tubuh terhadap sihir yang diperoleh . Semakin tinggi persentasenya , semakin mudah pula untuk melatihnya. bila persentase adalah 5 persen maka mustahil untuk dapat mengeluarkan potensi sihir itu sendiri. yah aku hampir putus asa mendengarnya . jumlah manaku pun sama seperti manusia normal . jadi aku tidak boleh terlalu banyak mengeluarkan sihir yang mustahil tersebut karena mana akan terkuras lebih banyak .mana sama dengan energi bila kita hampir kehabisan mana rasanya seperti tidak makan dan minum selama 12 jam bahkan bisa lebih buruk dari itu . 

  Bertahun - tahun aku berlatih pedang , mengendalikan kekuatan sihir dan menemani ayahku keladang sampai aku berumur 7 tahun . ibuku sendiri yang mengajarkanku cara membaca buku sihir yang ia gunakan dan sesekali aku mencoba mempelajari salah satu sihir yang ada didalamnya . 1 sihir saja yang kukeluarkan membuatku hampir pingsan semenjak itu aku hanya mempelajari dan menekuni 1 manyra sihir cahaya yang menurutku efektif mengusir hama diladang , yaitu sihir penerang aku sering menyebutnya sebagai 'shining' yang berarti bersinar terang , bahkan aku sendiri sampai terkena beberapa kali sihirku sendiri . sementara sihir air yang kukuasai adalah mengubahnya menjadi butiran es kecil atau mengubah genangan menjadi es . walau sederhana tapi aku sudah usaha semaksimal mungkin melatih sihir ini . 

  Saat aku beranjak usia 8 tahun , keanehan demi keanehan terjadi . dimulai saat air sungai yang terkadang tiba - tiba sedingin es walau cuaca sedang panas terik . bahkan burung - burung terbang sedikit lebih rendah dan bergerombolan keluar dari wilayah ini . keanehan ini terjadi berminggu - minggu sebelum terdengar desas desus bahwa raja iblis akhirnya menunjukkan taringnya setelah  kurang lebih 100 tahun tertidur di singgasana . Anehnya tetanggaku tidak ada yang panik dan selalu berkata " tidak ada yang perlu ditakutkan sebab mahluk dunia lain senantiasa melindungi kita" . Entah aku harus bernafas lega atau tidak , tapi aku tidak memahami situasi apa yang sedang terjadi .

 Malam hari tiba , dimana kami semua tertidur lelap suatu mahluk berjubah penuh berwarna hitam dengan sesuatu di lengannya seperti apakah itu senjata berbentuk celurit yang panjang ataukah kuku yang tajam berdiri tepat diatas menara lonceng alarm yang terlihat hanyalah sorot mata yang merah menyala . dia melolong layaknya serigala menandakan suatu yang besar akan terjadi  . tiba - tiba hujan batu besar yang berapi - api terbang menghantam wilayah kami . Aku memperkirakan ratusan ribu orang meninggal seketika atas kejadian ini , sementara aku terbangun dan melihat ayahku yang menahan puing - puing rumah yang roboh , dia melihat kearahku dan tersenyum sambil berkata " tidurlah kembali nak , semuanya baik - baik saja disini " . setelah ayahku berkata seperti itu ibuku menggendongku serta membacakan mantra halusinasi yang membuatku pusing hingga hampir pingsan . Dia membawaku keluar dari rumahku yang sudah hancur penuh akan kobaran api . ibuku membawaku masuk kedalam hutan yang belum terkena api dan membaringkanku disana . Dengan setengah sadar aku melihatnya kembali masuk dan ingin menolong ayahku .  aku ingin berdiri dan segera menyusulnya dengan sekuat tanaga, tak lama pria dengan pakaian aneh menghampiriku , rambutnya yang berwarna merah layaknya darah itu berkata dan menenangkanku " tenanglah bocah , aku sudah tiba disini " . Aku melihat sosoknya yang tinggi dengan pakaian serba hitam menutup dirinya , walau tidak jelas dia siapa , aku berharap dengan lubuk hati terdalam kepada dia " tolong selamatkan mereka " ucapku lemah dengan keadaan menangis dan akhirnya tak sadarkan diri . Aku tidak tau apa yang terjadi setelahnya tapi kumohon tuhan , dewa , atau siapapun engkau kuharap saat aku terbangun semuanya selamat .

Prolog 1 selesai .