webnovel

Dunia Keabadian

Sebuah dunia yang dipenuhi dengan bahaya, ini adalah dunia yang ku tinggali. Dunia dimana manusia yang memiliki kekuatan magis disebut sebagai "Kultivator," Dunia yang sempurna namun berbahaya, dunia yang dipenuhi dengan keindahan dan kemalangan, kehancuran dan kehampaan. Beberapa indah, beberapa lainnya tidak... Xin Meng, seorang anak yang mempunyai paras yang tampan dengan kecerdasan yang tinggi. Dia sangat tertarik dengan keabadian, dan setelah membaca buku-buku cerita yang menceritakan para kultivator di luar sana, dirinya memutuskan untuk memulai perjalanannya mencapai keabadian. "Saya, Xin Meng. Di masa depan nanti, saya pastikan saya akan mencapai keabadian!"

Akumah_Pemula · Eastern
Not enough ratings
2 Chs

Sampai Jumpa, Adikku.

Ini adalah dunia yang dimana orang-orang hidup dengan memegang prinsip; yang kuat memakan yang lemah.

Dunia dimana kekacauan itu ada, rasa sakit, iri dan dengki itu ada. Ini adalah dunia yang lengkap dan indah, begitu juga dunia yang keras dan menyakitkan.

Di Dunia ini, ada banyak sekali orang dengan kekuatan dan fisik yang kuat. Orang-orang itu adalah para kultivator, seseorang yang berlatih taoisme dan berjalan menuju keabadian.

Dan, saat ini. Nampak sebuah Desa yang cukup kecil. Desa itu bernama Desa Shen Mi, Desa yang terletak di bawah Gunung Queding di dekat Sungai Jiao Yi, di wilayah timur yang terpencil.

Di Desa itu, terlihat seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di sebuah Pohon berdaun hijau kecoklatan. "Cerita ini sangat menarik, ini mungkin adalah cerita terbaik yang pernah kubaca selama 4 Tahun ini." ucapnya sambil membaca buku. Nama lelaki itu adalah Xin Meng, seorang lelaki berusia 19 Tahun dengan paras yang tampan.

Dia mempunyai pupil mata berwarna hitam kecoklatan, dan mempunyai rambut pendek dengan warna hitam, dan mempunyai sifat yang berkesan dingin.

"Hah..." dia menghela nafas dalam-dalam. Setelah itu dia melihat langit yang biru dan luas, dia memandinginya dengan tatapan kosong. Ia lalu teringat dengan orang tuanya yang sering bersamanya saat masih kecil, sekarang orang tuanya sudah tidak ada lagi di dunia ini.

8 Tahun yang lalu, terjadi peperangan yang sangat besar dan mengerikan. Peperangan itu adalah peperangan antara kekaisaran Jun dan kekaisaran Qin, karena perang itu, orang tua Xin Meng, harus gugur di medan perang.

Hal itu membuat Xin Meng benar-benar sedih dan tidak dapat melupakannya. Hari itu, Xin Meng beserta warga desa menguburkan mayat orang tuanya, di hari itu juga, sifat Xin Meng yang ceria perlahan-lahan menghilang.

Xin Meng mempunyai seorang adik bernama Xin Yao, dia adalah gadis kecil berusia 8 Tahun, dan mempunyai sifat yang ceria dan juga cerdas. Sama seperti Xin Meng, dia juga adalah anak yang cerdas, tapi Xin Meng lebih cerdas daripada adiknya.

"Kakak!" seru seorang gadis kecil dengan wajah yang ceria.

Gadis kecil itu adalah adiknya, yaitu Xin Yao, seorang gadis kecil berumur 8 Tahun yang mempunyai kecerdasan yang tinggi. Dia juga memiliki sifat yang periang dan ceria.

Xin Yao memiliki rambut panjang berwarna coklat, dengan pupil mata berwarna biru yang cerah nan indah, dia seperti seorang dewi karena wajahnya begitu cantik, bahkan lebih cantik daripada wajah gadis-gadis yang ada di desanya.

Xin Meng yang mendengar seruan gadis itu lalu menengok ke arahnya dengan cepat. Dia lalu berkata, "Kemarilah."

Gadis itu lalu tersenyum dan menjawabnya. "Ya!"

Dia segera berlari ke arah Xin Meng, dan langsung duduk di sampingnya. Dia lalu bertanya, "Kakak, buku apa yang sedang kamu baca? Apakah buku ini sama dengan buku yang kakak baca sebelumnya?"

Xin Meng tersenyum tipis. "Ya, ini adalah buku yang bercerita tentang seseorang yang mencapai keabadian dengan cara yang mengerikan dan juga sadis. Gadis kecil sepertimu tidak boleh membaca buku yang mengandung hal-hal mengerikan seperti ini, apakah kamu mengerti?"

Xin Yao tercengang, dan menjawabnya sambil menganggukan kepalanya. "Ya, aku mengerti!"

Xin Meng lalu tertawa kecil. Walaupun sifatnya terlihat dingin di mata orang lain, namun di mata adiknya Xin Meng merupakan kakak dengan sifat yang ceria dan gembira. Ia sama sekali tidak pernah menunjukkan rasa sedih ataupun putus asa.

"Baiklah, karena aku telah selesai membaca buku ini, mari kita kembali ke rumah. Dan aku akan membuatkanmu makanan yang enak, bagaimana?" tanya Xin Meng dengan senyuman tipis.

"Ya! Aku ingin makanan yang enak dan menyehatkan!" jawab Xin Yao dengan senyuman yang manis.

"Haha, kalau begitu ayo." ucap Xin Meng sambil tertawa kecil.

Mereka lalu kembali ke rumahnya, saat mereka ingin menuju ke rumahnya, beberapa warga desa melihatnya dengan sinis, beberapa lainnya tidak.

Dan, setelah cukup lama berjalan, akhirnya Xin Meng dan adiknya sampai ke rumahnya, atau lebih tepatnya rumah sang Penatua Agung Desa.

Tok, tok, tok.

Xin Meng mengetuk pintu rumah sang Penatua.

Kreek...

Suara pintu mulai terbuka secara perlahan-lahan, dan muncul seorang pria tua dengan janggut panjang berwarna putih. Dia adalah sang Penatua Agung, Ming Wuyi.

"Oh? Apakah kalian sudah menyelesaikan pekerjaan kalian? Kalau sudah, masuklah." ucap Ming Wuyi dengan suara yang rendah.

"Baik, kakek." jawab Xin Meng dan adiknya.

Hari itu, sudah larut malam. Adiknya, Xin Yao, telah tertidur. Di halaman luar rumah Ming Wuyi, sang Penatua Agung Desa, terlihat Xin Meng yang sedang menatap bulan yang indah nan terang.

Xin Meng menghela nafas dalam-dalam. "Sepertinya malam ini akan menjadi malam terakhirku di desa ini," gumamnya dengan tatapan kosong.

Saat itu juga, beberapa warga di desa itu mulai keluar dari dalam rumahnya, bersama dengan Penatua Agung Desa. Mereka dari belakang melihat Xin Meng berdiri tegak, tanpa bergerak.

Salah seorang pria tua, bertanya kepadanya. "Xin Meng, apakah kamu benar-benar akan pergi dari desa ini?"

Dan, salah seorang wanita muda, ikut bertanya kepadanya. "Xin Meng, jika kamu benar-benar ingin pergi, sebaiknya kau mengucapkan selamat tinggal kepada adikmu terlebih dahulu."

Pria tua yang sebelumnya menyela. "Itu benar, Xin Meng, jika kamu benar-benar akan pergi, berikan ucapan selamat tinggalmu kepadanya."

Xin Meng menengok melihat mereka, ia melihat wajah mereka nampak khawatir terhadapnya. Seakan-akan mereka tidak ingin Xin Meng pergi dari desa itu.

Xin Meng tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Bibi You, Paman Nie, aku tidak akan mengucapkan salam selamat tinggal kepadanya. Jika aku mengucapkannya, maka adikku pasti akan menangis histeris dan tidak akan membiarkanku pergi..." lalu ia lanjutkan. "Maka dari itu, aku tidak akan mengucapkan kalimat "selamat tinggal" kepadanya."

Orang-orang yang mendengarnya langsung terkejut melihatnya berkata seperti itu. Mereka langsung tahu kalau; Xin Meng tidak ingin adiknya khawatir terhadapnya.

Sang Penatua Agung, Ming Wuyi, bertanya kepadanya sambil menahan sedih. "Xin Meng, apakah kamu bisa berjanji kepada kami, kalau suatu hari nanti kamu pasti akan kembali kesini?"

Xin Meng menghembuskan nafas dan tersenyum, ia lalu menjawabnya. "Tentu saja, aku pasti akan kembali ke sini, karena ini adalah tempat kelahiranku, tempat dimana aku tinggal dan tempat dimana aku bertemu dengan kalian."

Mereka semua yang mendengar jawaban Xin Meng lalu menangis. Mereka benar-benar terharu dengan jawaban Xin Meng, begitu juga dengan Sang Penatua Agung, Ming Wuyi yang memasang senyuman dengan air mata yang perlahan mengalir keluar.

Xin Meng tersenyum halus. "Kalau begitu, aku akan pergi sekarang. Tolong jaga Xin Yao sebaik mungkin, Bibi You Paman Nie, Kakek Yi... Aku mohon, tolong jangan buat dia khawatir. Dan bilang saja kalau aku sedang pergi ke suatu tempat."

Meng Wuyi lalu menjawabnya. "Pasti, pasti akan kami jaga Xiao Yao sebaik mungkin! Jadi jangan khawatir terhadap adikmu, pergilah, Xin Meng! Buatlah impianmu tercapai, dan buatlah dunia tahu siapa dirimu yang sebenarnya!"

"Ya, pasti!" ucap Xin Meng dengan nada yang keras.

Malam itu, Xin Meng, menetapkan tekadnya dengan erat untuk mencapai keabadian. Di malam itu juga, adalah awal mula kelahiran seseorang yang akan dikenal oleh dunia!