webnovel

Dijebak Menikah Tuan Muda

Berawal dari ciuman tak sengaja yang terjadi di antara Evan dan Luci, kedua orang itu akhirnya terlibat dalam kerja sama kontrak. Evan yang belum bisa melupakan masa lalunya mau tak mau harus segera memiliki kekasih agar bisa terhindar dari perjodohan. Akan tetapi di tengah perjanjian kontraknya dengan Luci, Evan terlanjur jatuh cinta pada Luci. Sifat arogan dan dominan miliknya membuat Luci sering merasa terpojok, dan fakta yang lain adalah Luci tidak mencintai Evan. Luci telah jatuh cinta pada seseorang di masa lalunya. Kenyataan bahwa dia harus bersabar demi kontraknya dengan Evan berakhir telah membuatnya sesak. Di ujung kontrak, Luci telah dijebak menikah dengan Evan. Lalu bagaimana dengan lelaki yang berada di dalam hati Luci? Bisakah mereka bersatu?

Suny_Edelia · Teen
Not enough ratings
470 Chs

Dia Sudah Bahagia, Aku Harus Melupakannya

"Cepatlah menikah dan lupakan Kak Daniel, jika Kakak memang masih ingin berhubungan baik denganku!" Hans melengos ketika mengatakannya. Mata anak itu berkaca-kaca tapi dia adalah seorang anak lelaki yang kuat dan tidak cengeng.

Luci memandang nanar kepada Hans. Gadis itu seperti kehilangan lututnya untuk berdiri padahal saat itu Luci tengah duduk di atas kursi.

"Kau tau benar aku sangat mencintai Daniel, Hans." Suara Luci bergetar saat berbicara. Air matanya sudah tumpah kemana-mana. Wajahnya yang ayu telah berubah menjadi kelabu karena kekecewaan dan kesedihan yang dirasakannya saat ini.

"Kalau begitu pergilah dan jangan temui aku lagi! Pergi dan hiduplah bersama kenangan Kak Daniel!" usir Hans yang masih enggan untuk menoleh kepada Luci. Anak lelaki itu sedang menguatkan hatinya sendiri agar menjadi seorang lelaki yang tegas dalam mengambil keputusan.

"Melupakan Daniel adalah hal yang paling mustahil. Tapi kau juga memintaku untuk menikahi lelaki lain? Apa kau tau bahwa kau sedang menyakitiku saat ini?" bisik Luci dengan sesenggukan.

Deg! Dada Hans mencelos. Apakah dia terdengar begitu jahat? Tapi kejahatan itu Hans lakukan demi kepentingan Luci sendiri.

"Apa ini benar-benar kemauanmu atau ada seseorang yang mengajarimu untuk berbicara begitu?" tanya Luci. Gadis itu menyipitkan matanya untuk mendeteksi setiap gerak-gerik mencurigakan dari Hans.

Anak lelaki yang terbaring dia atas ranjang itu lalu menelan ludahnya sendiri dengan berat.

'Apa kami ketahuan? Apa Kak Luci tau bahwa aku memiliki perjanjian dengan Paman Diamond?' batin Hans dengan banyak keresahan yang sudah memenuhi dadanya.

"Ap – apa maksud Kakak? Kakak pikir aku anak kecil yang bisa dipengaruhi?" Hans pura-pura berdecih sangat kesal. Bahkan sandiwara Hans terlihat lebih meyakinkan daripada sandiwara Luci saat melancarkan misi.

"Siapa tau kan? Kau bahkan menyuruhku pergi karena mendengar perbincangan Tedy dan Kak Amy." Luci menghela napasnya panjang.

Gadis itu sudah memikirkan hal yang tidak-tidak saat ini. Apalagi ketika melihat Hans tiba-tiba menyuruhnya untuk melupakan Daniel dan pergi menikahi lelaki lain. Ini adalah permintaan Hans yang tidak pernah terbesit di pikiran Luci sebelum-sebelumnya.

"Apa Tante Arum datang padamu pagi ini? Dia yang memintamu untuk mengatakan semua ini?" Luci hampir ambruk dari kursinya. Gadis itu hampir menjatuhkan wajahnya di atas ranjang di mana Hans dirawat.

"Tidak! Tentu saja tidak!" Hans pun bernapas dengan sangat lega. Ternyata Luci tidak mencurigai tentang Spider sama sekali.

"Dengar, Kak Lu! Aku hidup melalui bayang-bayang orang yang telah mati. Ibu membenciku karena dendam atas kematian Kak Daniel. Dan kau merawatku karena merasa bersalah atas kematian Kak Daniel.

"Bisakah satu di antara kalian memperlakukanku karena memang inilah aku, tanpa perlu menyangkut pautkan diriku dengan Kak Daniel? Apakah hidupku hanya sebatas penebus dari kematian Kak Daniel? Apa aku memiliki hidup semurah itu?" Sekarang Hans berani menatap Luci dengan terang-terangan. Anak lelaki itu tidak akan gentar sama sekali. Bahkan dia akan terus maju demi membuat Luci keluar dari lubang iblis ini.

'Ibu, maaf aku sudah durhaka padamu dengan cara membebaskan Kak Luci dari jeratan tanganmu. Tapi kurasa kau memang sudah keterlaluan akhir-akhir ini,' bisik Hans di dalam hati.

"Apa? Apa kau…. Astaga, tidak! Aku tidak pernah menganggapmu menjadi penebus, Hans." Luci mengurlurkan tangannya untuk mengelus wajah pucat Hans. Tapi buru-buru Hans menepisnya dengan kasar. Bahkan anak lelaki itu masih memberikan sebuah ekspresi ketus dan marah.

"Jika memang begitu maka turuti saja kemauanku! Segera lupakan Kak Daniel dan menikahlah dengan orang lain! Jika memang Kakak menolak permintaanku, pintu keluar ada di sebelah sana!" Hans menunjukkan pintu keluar dengan menggunakan tangan pucatnya itu. Hans benar-benar anak yang gigih dan tidak pernah mau menyerah.

Tubuh Luci bergetar hebat. Jantungnya berdegup sangat kencang. Dadanya bergemuruh seperti terkena badai yang mengamuk. Gadis itu tenggelam bersama kenangannya yang pilu sekaligus penuh bahagia bersama Daniel. Dia terisak.

"Kak Daniel sudah meninggalkanmu, Kak. Apa kau tidak ingin berbuat hal yang sama dengannya? Kak Daniel lebih memilih kehidupan lain yang bahagia di mana dia bisa berjalan dan bermain basket lagi. Apa kau akan merusak kebahagiaannya dengan bersikap seperti ini?" Suara hans mulai melirih saat ini. Setetes air mata mengalir dari mata kecilnya.

Luci pun menghentikan tangisannya. Matanya membelalak demi memikirkan apa yang barusan Hans katakan. Kata-kata Hans seperti sebuah pukulan yang mampu menyadarkannya dan membuat kabut di otak Luci menyingkir sehingga matahari bisa menyinari kepala gadis itu. Luci sadar bahwa keterpurukan yang selalu dia pertahankan selama ini hanya akan membuat Daniel merasa sedih di alam sana.

'Bukankah aku ingin membuat Daniel bangga padaku? Jika aku terus terpuruk dan sedih mungkin dia akan kecewa padaku,' pikir Luci.

Memang berat memulai sebuah hidup baru dengan meninggalkan kenangan lama. Apalagi kenangan lama itu begitu membekas di hati seseorang. Tapi hidup memang terus berjalan, dan tidak ada gunanya untuk berdiri dan mengamati masa lalu terus-terusan.

"Baiklah, kau memang benar, Hans. Daniel memang sudah bahagia sekarang. Dia bisa berlari sepuasnya tanpa merasakan sakit. Aku mengingat betapa dia ingin berjalan kembali, dan sekarang dia sudah mendapatkan keinginannya. Harusnya aku ikut berbahagia karena itu." Luci mengukirkan senyumannya di bibirnya yang lembut dan manis itu.

"Jadi?" Hans tak kuasa menyunggingkan bibirnya dengan senang. Bahkan giginya pun meringis dan terlihat berderet dengan rapi.

"Jadi aku akan segera melupakannya untuk menikah dengan orang lain. Tapi semua butuh waktu kan?" Luci menarik napas panjang. Senyumannya belum juga luntur.

Hans pun tak kuasa menarik tubuh Luci untuk masuk ke dalam dekapan lembutnya. Sudah lama Hans tidak bisa mengungkapkan rasa syukur yang dimiliknya. Ini adalah hari yang membahagiakan walaupun Hans masih belum mendapat kesembuhan.

Sementara itu tiba-tiba saja pintu berderit terbuka. Menyusulah kemunculan seseorang di sela pintu itu. Orang tersebut tak lain adalah Spider. Lelaki itu tadi sempat ke luar untuk pergi ke kantornya demi menerima telepon.

Setelah semua permasalahan selesai Spider pun kembali ke kamar di mana Hans dirawat. Spider ingin bertemu dengan Luci. Selain itu Spider juga ingin membicarakan tentang perjanjian antara dirinya dengan Hans.

Namun ketika lelaki itu baru saja masuk dan mendongak, betapa terkejutnya Spider ketika melihat Luci malah jatuh ke dalam pelukan lelaki lain, yakni Hans.

"Hey, apa-apaan kalian ini?" teriak Spider tanpa sabaran. Lelaki itu pun segera melesat pergi dan menarik tubuh Luci dari pelukan Hasn.

Setelah Luci bisa terlepas dari pelukan anak kecil itu, Spider pun melotot dan memperlihatkan tatapan permusuhan kepada Hans. Di sisi lain Hans menyeringai karena merasa senang.

"Apa ini? Apa ini, Ider? Kenapa kau menarikku?" Luci meronta dari dalam dekapan erat Spider yang masih belum mau melepaskannya.

Tapi Spider masih belum menjawab. Lelaki itu sedang melakukan sebuah peperangan telepati dengan Hans saat ini.

"IDER!" teriak Luci karena merasakan dadanya semakin sesak setelah Spider semakin mengeratkan pelukannya di tubuhnya. Spider pun kaget karena mendengar bentakan Luci.

"A – ada apa, Bee?" tanya Spider. Matanya yang lucu dan imut itu memandang ke bawah, kepada Luci yang masih berada di dalam pelukannya.

"Kenapa kau menarikku dan memelukku?" kesal Luci dengan tangannya yang masih berusaha mendorong untuk menjauhkan dada Spider yang menempel di tubuhnya.

Spider pun gelagapan sendiri. "Aku – aku – awh, awh, kepalaku! Awh!" Spider pun pura-pura memegangi kepalanya lagi. Sepertinya hanya itu senjata ampuh yang dimiliki saat ini.

"Itu tidak akan berhasil," decih Hans dengan pelan.

Tapi betapa terkejutnya Hans saat melihat Luci justru begitu khawatir dengan keadaan Spider.

"Sakit lagi? Kepalamu sakit lagi? Sebelah mana? Katakan padaku!" racau Luci sembari memeriksa wajah Spider yang menunduk kesakitan.

"Emmm, se – sebelah sini. Tolong diusap!" Spider pun mendekatkan kepalanya dan bersikap manja.

Melihat kelakukan kekanakan dari Spider, Hans pun membuat suara orang muntah kembali, /"Hoeek!"

Tapi sayangnya suara itu tidak terdengar oleh Luci. Saar ini gadis itu terlalu fokus dengan Spider yang meringik.

Tapi di balin akting meringik dan kesakitan itu Spider diam-diam melirik kepada Hans. Kemudian ketua klan mafia The Diamond itu pun diam-diam menjulurkan lidahnya kepada Hans.

"Awas kau, Paman Bucin!" gemeratak Hans.

***