webnovel

Dijebak Menikah Tuan Muda

Berawal dari ciuman tak sengaja yang terjadi di antara Evan dan Luci, kedua orang itu akhirnya terlibat dalam kerja sama kontrak. Evan yang belum bisa melupakan masa lalunya mau tak mau harus segera memiliki kekasih agar bisa terhindar dari perjodohan. Akan tetapi di tengah perjanjian kontraknya dengan Luci, Evan terlanjur jatuh cinta pada Luci. Sifat arogan dan dominan miliknya membuat Luci sering merasa terpojok, dan fakta yang lain adalah Luci tidak mencintai Evan. Luci telah jatuh cinta pada seseorang di masa lalunya. Kenyataan bahwa dia harus bersabar demi kontraknya dengan Evan berakhir telah membuatnya sesak. Di ujung kontrak, Luci telah dijebak menikah dengan Evan. Lalu bagaimana dengan lelaki yang berada di dalam hati Luci? Bisakah mereka bersatu?

Suny_Edelia · Teen
Not enough ratings
470 Chs

Dia Melewati Masa Yang Sangat Berat

"Aku cinta kamu, Bee." Spider lagi-lagi berkata begitu. Setiap Spider mendapat sesuap makanan dari tangan Luci maka dia akan mengatakan bahwa dia mencintai Luci.

Luci tidak merasa ada yang salah di sini. Bagi Luci keluarga memang saling mencintai kan? Jadi Luci hanya tersenyum simpul setiap kali Spider menyatakan cintanya kepada Luci. Itu bukan apa-apa bagi Luci.

"Makanlah yang benar.! Jangan bercanda ketika sedang makan!" Luci mengingatkan kepada Spider karena lelaki itu tidak bisa berhenti tersenyum ketika mengunyah.

Ketika makan seseorang harus mengunyah makanannya dengan baik. Dengan begitu makanan tersebut juga akan tercerna dengan baik. Jika makanan tercerna dengan baik kesehatan seseorang juga akan baik.

"Aku tau – aku tau." Spider menyenggol bahu Luci dengan manja. Lelaki itu lagi-lagi tidak bisa berhenti tersenyum.

'Lihatlah istri cerewetku ini,' pikir Spider tanpa bisa menghentikan senyumannya.

"Lihat! Lihat! Sudah kubilang makanlah dengan benar dan jangan bercanda! Kenapa kamu masih senyum-senyum begitu?" Luci mulai merengut karena merasa gagal mendisiplinkan Spider.

Merasa diomeli istrinya lagi Spider pun mengangguk patuh dan menurut tanpa banyak protes.

"Baik, aku mendengarkan kok. Tolong pastanya! Aku sangat suka pasta." Spider membuka mulutnya sendiri. Selang beberapa detik Luci pun sudah menyendokkan pasta itu ke dalam mulut Spider.

Sekarang semua makanan sudah dihabiskan oleh Spider, kecuali spaghetti yang Spider persiapkan untuk Luci.

"Sudah, sudah cukup. Tolong obatnya." Spider membuka mulutnya lagi dengan manja.

"Tapi masih ada satu makanan yang tersisa." Luci kebingungan.

"Itu untukmu. Karena kamu merawatku dengan baik saat ini, maka aku juga akan merawatmu dengan baik." Spider meraih piring spaghetti itu. Lalu dengan pelan lelaki itu pun menyendokkan makanan tersebut. Spider menyodorkan sendok berisi spaghetti kepada Luci.

"Ayo buka mulutmu!" perintah Spider dengan halus.

Baru saat itulah Luci merasa ada seseuatu yang aneh. Spider bilang tangannya terlalu sakit untuk menyantap makanan sendiri sehingga meminta bantuan Luci untuk menyuapinya. Tapi kenapa sekarang justru Spider ingin menyuapi Luci?

"Bukannya tanganmu masih sakit?" kernyit Luci sembari memperhatikan kedua tangan Spider yang ditempeli hansaplast itu.

Spider pun salah tingkah sendiri. Bahkan lelaki itu tidak berani untuk menatap langsung pada mata Luci.

"Itu … itu karena aku masih cukup kuat jika hanya menyuapi satu piring makanan. Tapi kamu lihat kan aku tadi makan banyak? Apa kamu tidak ikhlas menolongku?" Spider pura-pura marah dan bersungut-sungut lagi. Bahkan lelaki itu pun membuang muka.

"Tidak, tentu tidak. Baiklah ayo suapi aku!" Luci akhirnya mengalah kembali.

'Seingatku Ider dulu adalah anak yang dewasa. Tapi kenapa sekarang dia manja dan sering ngambek begini?' batin Luci.

Keduanya pun akur kembali. Spider menyupai penuh perhatian kepada Luci. Beberapa kali Spider sengaja menyentuh bibir Luci dengan alasan ada bekas saus di bibir gadis itu. Padahal itu hanya alasan Spider saja agar bisa menyentuh 'miliknya' itu. Ya, bibir Luci adalah milik Spider, hanya miliknya.

Tak lama kemudian Luci telah selesai disuapi. Dan Spider juga telah selesai meminum obat miliknya. Obat tersebut adalah salah satu multivitamin. Tapi untunglah Luci tidak menanyakan apa-apa soal obat itu.

"Nah, sekarang aku harus pulang karena aku masih memiliki beberapa urusan. Kau tidak apa-apa kan kutinggal?" tanya Luci kepada Spider.

Spider memasang wajah kecutnya lagi. Walau Spider tidak ingin berpisah dengan Luci tapi lelaki itu harus menahan dirinya untuk itu. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bersikap egois dan 'mengurung' Luci bersamanya setiap saat.

"Baiklah, tidak apa-apa, kau boleh pulang. Tapi ingat kau masih membawa kemejaku. Jadi kapan-kapan aku harus mampir ke flat-mu untuk mengambilnya," ujar Spider cepat-cepat seolah takut jika Luci keburu pergi.

"Iya, aku ingat kok. Ya sudah aku pergi dulu." Luci bangkit untuk melambai kepada Spider. Tapi sebelum itu Luci sempat memberi pelukan singkat kepada Hans.

Sejujurnya Spider juga ingin dipeluk tapi karena Luci terlanjur pergi akhirnya Spider merengut dengan menelan kekecewaan saja.

Setelah Luci benar-benar pergi Spider bersikap dingin kembali. Ada aura kutub utara dan kutub selatan yang menjadi satu kala itu. Sengan tegap Spider mendekat pada ranjang Hans.

"Bagaimana Anak Kecil? Apa kau sudah melakukan tugasmu hari ini?" tanya Spider dengan angkuh. Dagunya mendongak dan wajahnya sangat mengerikan. Spider telah berubah menjadi sosok asing kembali. Suaranya berat dan solid, menyatu menjadi satu dan membeku.

Tapi sayangnya intimidasi itu tidak mempan bagi Hans, apalagi anak itu sudah mengetahui betapa tergila-gilanya Spider kepada Luci.

"Aku sudah memintanya untuk melupakan almarhum kakakku. Aku juga sudah memintanya untuk berkencan dan menikah." Hans berkata dengan datar.

Sikap datar dan dingin milik Spider pun seketika lenyap seperti tertelan oleh sungai yang meleleh karena matahari yang tiba-tiba menjadi sangat panas di kutub utara dan selatan itu.

"Lalu apa yang Bee katakan?" Spider menjadi sangat antusias sekarang.

"Dia setuju. Dia mau menurutiku. Jadi bersiaplah untuk segera masuk ke dalam hatinya sebelum seseorang mendahuluimu, Paman!"

Mendengar itu Spider pun melompat dan meninju udara karena saking girangnya. Sikapnya terlihat seperti seorang lelaki yang diterima pinangannya oleh sang pujaan hati.

"Tapi sebelum itu Paman harus mengenal Kak Luci lebih dalam dulu." Hans menyela kembali di tengah aksi melompat dan meninju udara milik Spider.

"Hah, kau pikir aku tidak tau soal Bee? Kami sudah bersama dalam waktu yang lama di masa kecil." Spider begitu percaya diri.

"Itu tidak cukup. Selama kalian tidak bersama dia sudah melewati masa-masa berat. Jadi baiknya kau mendengarkanku dulu sebelum kau bertindak gegabah dan nantinya malah membuat luka hatinya menjadi semakin lebar." Hans masih berkata dengan datar.

Spider merenungkan saran Hans, dan lelaki itu menganggukkan kepala tanda setuju.

"Baik, aku akan mendengarmu. Jadi apa yang sudah Bee lalui selama aku tidak bersamanya?" tanya Spider.

"Banyak," jawab Hans. "Yang kutahu Kak Luci hidup di sebuah yayasan. Tapi di yayasan itu anak-anak yang berada di dalamnya tidak memungkinkan untuk diadopsi seseorang. Jadi yayasan itu berfokus untuk membesarkan anak-anak sampai mereka lulus sekolah. Dan setelahnya mereka dilepaskan untuk hidup mandiri," lanjut Hans.

"Yeah, aku pernah mendengar tentang yayasan yang seperti itu," gumam Spider dengan wajah menyimak penuh.

"Setelah Kak Luci keluar dari yayasan itu kehidupannya mulai hancur. Tidak ada yang mau menerimanya di masyarakat. Pekerjaan yang didapatkannya hanya kecil dan bergaji rendah. Dia memiliki kisah asmara yang tidak bagus juga. Mantan-mantannya hanya memanfaatkan tubuhnya Kak Luci."

Setiap Spider mendengar cerita Hans maka akan semakin meledak amarah lelaki itu. Spider tidak terima jika Luci diperlakukan dengan tidak baik oleh seseorang.

"Tapi tenang, Kak Luci masih bisa menjaga kerhormatannya sendiri. Sekalinya dia mendapat pacar yang baik maka keluarga pacaranya yang tidak bisa menerima Kak Luci. Itu sama saja kan? Sampai akhirnya dia bertemu dengan almarhum kakakku."

Spider memajukan tubuhnya agar bisa menyimak lebih baik lagi.

"Mereka adalah pasangan yang sangat romantis. Almarhum kakakku itu orangnya sangat baik, dan semua keluargaku juga menyukai Kak Luci. Sampai pada satu ketika kakakku mengalami kecelakaan sampai kakinya diamputasi." Hans menarik napas panjang.

"Saat itu kondisinya belum terlalu baik. Tapi kakakku begitu mencintai Kak Luci. Kemana pun Kak Luci pergi maka kakakku akan mengikutinya selagi bisa.

"Saat itu Kak Luci sedang memangkas ranting di belakang rumah kami demi membantu ibu tiriku. Dan kakakku masih berada dalam kondisi yang buruk karena baru keluar dari rumah sakit. Aku tidak tau pastinya seperti apa, tapi aku mendengar Kak Luci menjerit.

"Aku dan ibu bergegas mendekat pada sumber suara. Dan kami melihat kakakku berlumurah darah dengan celurit yang menancap di perutnya. Sementara kami tau celurit itu yang tadi dibawa oleh Kak Luci untuk memangkas ranting-ranting. Dan saat itu Kak Luci tengah memegang celurit di perut almarhum kakakku."

***