webnovel

Dijebak Menikah Tuan Muda

Berawal dari ciuman tak sengaja yang terjadi di antara Evan dan Luci, kedua orang itu akhirnya terlibat dalam kerja sama kontrak. Evan yang belum bisa melupakan masa lalunya mau tak mau harus segera memiliki kekasih agar bisa terhindar dari perjodohan. Akan tetapi di tengah perjanjian kontraknya dengan Luci, Evan terlanjur jatuh cinta pada Luci. Sifat arogan dan dominan miliknya membuat Luci sering merasa terpojok, dan fakta yang lain adalah Luci tidak mencintai Evan. Luci telah jatuh cinta pada seseorang di masa lalunya. Kenyataan bahwa dia harus bersabar demi kontraknya dengan Evan berakhir telah membuatnya sesak. Di ujung kontrak, Luci telah dijebak menikah dengan Evan. Lalu bagaimana dengan lelaki yang berada di dalam hati Luci? Bisakah mereka bersatu?

Suny_Edelia · Teen
Not enough ratings
470 Chs

Apa Kalian Sudah Melakukan 'Itu'?

"Sungguh, Nyonya. Tuan Evan sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis akhir-akhir ini. Tapi karena masih terlalu dini jadi Tuan Evan belum berani memberitahukannya kepada Anda." Tuan John masih menunduk.

Sekarang Nyonya Besar menyingkir dari meja Evan. Bahkan sandal kayu miliknya sudah dipakai lagi olehnya, walau hanya sebelah saja.

"Apa benar itu?" ketus Nyonya Besar kepada Evan yang masih bersembunyi di bawah kolong meja.

Dengan gemetaran dan masih dalam keadaan lemah karena kurang tidur, Evan pun keluar dengan takut-takut.

"Be – benar, Nek," angguk Evan. Jas lelaki itu sudah berantakan tidak karuan, juga rambut tebalnya yang acak-acakan. Dan jangan lupa wajah Evan yang sudah seperti zombie.

"Apa hubungan kalian tidak sedang baik sampai kau berantakan begini?" tebak Nyonya Besar. Tapi wajahnya masih memancar dengan galak. Seolah wanita tua itu bisa menelan Evan hidup-hidup.

"Benar, Nyonya. Akhir-akhir ini Tuan Evan …"

"Aku tidak bertanya padamu. Dan berhenti untuk melindungi setiap kesalahan yang diperbuat oleh anak ini! Dia harus menjadi dewasa dengan cepat." Nyonya Besar memandang penuh amarah kepada Tuan John. Seketika Tuan John menunduk dan tidak berani untuk berbicara lagi.

"Ayo, bicara!" perintah Nyonya Besar kepada Evan. Ujung jemari kaki wanita tua itu dia senggolkan kepada Evan yang masih berjongkok di bawahnya. Tapi saat ini Evan tidak lagi berjongkok di bawah meja melainkan hanya di lantai saja.

"Itu … kami memiliki hubungan yang agak rumit." Evan pun menggaruk tangannya sendiri dengan resah. Jika berhadapan dengan orang lain Evan akan semena-mena, tapi tidak dengan Nyonya Besar. Semua orang pun tau bahwa yang bisa menaklukan kegilaan Evan hanyalah neneknya sendiri.

"Bangun dan mari bicara!" Nyonya Besar menyambar sebelah sandal kayu miliknya yang sudah terpental sampai ke pojok ruangan. Wanita itu kemudian pergi ke arah sofa dan duduk di sana.

"John, kau keluar!" tegas Nyonya Besar tanpa sedikit pun menoleh kepada lelaki itu.

Tuan John pun menurut dan pergi dari ruangan itu.

Di sisi lain Evan pun mendekat dengan takut-takut. Tak lupa dia merapikan jas miliknya dan juga rambutnya yang berantakan. Neneknya sama sekali tidak menyukai ketidak teraturan. Jadi Evan harus selalu rapi setiap saat.

"Duduk dan ceritakan siapa kekasihmu!" perintah Nyonya Besar dengan angkuh. Blus warna pink miliknya sekarang bertengger di bawah lipatan tangannya yang keriput. Sementara kakinya disilangkan dengan penuh gaya.

"Dia hanya gadis biasa kok. Dia tidak memiliki hal istimewa di mata nenek. Aku yakin itu." Evan sedikit ragu saat membicarakan tentang Luci. Apalagi kedua belah pihak (Evan dan Luci) belum mendiskusikan sama sekali tentang misi ini.

Maksudnya apakah mereka perlu membuat sebuah penyamaran untuk Luci atau tidak. Tapi nyatanya Evan sudah terlebih dahulu memutuskan untuk menceritakan Luci apa adanya.

"Kenapa kau berbicara begitu?" Nyonya Besar masih memberikan wajah yang serius dan galak. Jika galak seperti itu dia akan sangat mirip dengan cucunya, Evan, ketika sedang membuat masalah.

"Nenek kan suka gadis yang berpendidikan, rapi, dan sopan. Pa – pacarku ini tidak memiliki kriteria itu." Evan berdeham dan menelan ludahnya dengan susah payah.

"Kenapa kau menyukainya?"

Evan terdiam dan berpikir. Harusnya pertanyaan ini mudah bagi Evan karena lelaki itu hanya perlu berbohong saja. Tapi nyatanya tidak. Evan merasa bahwa dia harus bersikap serius kali ini.

Lalu lelaki itu pun memandang jauh. Karena memang kondisinya yang mengantuk itu Evan tak sadar jika dia sedang duduk bersama neneknya. Sekarang Evan sudah terjun ke dunia lamunan bak mimpi miliknya.

Di depan Evan, sudah berdiri Luci dengan kaos oblongnya. Luci begitu cantik dan indah saat itu. Gadis tersebut pun mendekat dan mengecup bibir Evan singkat. Tanpa sadar Evan pun bergumam,"Bibirnya manis."

"APA?" heboh Nyonya Besar dengan mata membelalak besar. Keriput di matanya bahkan sampai tetarik karena saking besar matanya membelalak.

Evan yang baru tersadar dari mimpi sekaligus lamunannya pun menutup mulutnya cepat-cepat. Lelaki itu lalu mengutuk dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga omongannya.

"Nek, ma – maksudku – maksudku."

"Kau sudah berciuman dengannya?" tanya Nyonya Besar hampir tak percaya.

"Yeah, dan pelukan di atas ranjang juga. Eh!" Lagi-lagi Evan menutup mulut bodohnya dengan kedua tangannya sendiri.

'Bodoh! Evan bodoh! Kenapa kau tidak bisa menjaga mulutmu saat mengantuk hah?' racau Evan di dalam hati.

Nyonya Besar pun menyeringai dengan bahagia. Pasalnya selama ini wanita tua itu menyangka bahwa rumor tentang cucunya itu benar, yakni Evan yang menyukai sesame jenis. Oleh karena itu Nyonya Besar segera mengadakan perjodohan demi membangkitkan sisi jantan dari cucunya itu.

Tapi siapa yang menyangka kalau cucunya sudah mendahului start?

"Ehem, apa kalian sudah melakukan 'itu'?" tanya Nyonya Besar dengan memasang wajah menggoda.

Evan mengernyit karena tidak paham apa yang dimaksud oleh neneknya. Bagi Evan berhadapan dengan Neneknya itu lebih rumit jika dibandingkan harus berhadapan dengan hati para gadis yang tidak pernah mau jujur dan terbuka tentang perasaan mereka.

Neneknya itu sering memiliki niat lain dari setiap kata-katanya. Karena itulah Evan selalu saja gagal menebak maksud dari wanita tua itu.

"Itu? Itu apa?" Evan menggaruk kepalanya sebentar.

"Ck, jangan pura-pura polos!" sentil Nyonya Besar kepada Evan. Tapi karena melihat cucunya masih memasang wajah bengong dan tidak paham apa-apa akhirnya Nyonya Besar pun menjelaskan dengan lebih gamblang.

"Ranjang! Apa kalian sudah berhubungan ranjang? Hah, kau ini cucu siapa sebenarnya? Begitu saja tidak tau?" Nyonya Besar bersungut-sungut.

'Jangan salahkan aku! Nenek saja yang sering membuat orang bingung. Jadi wajar saja aku bingung saat ini,' batin Evan dengan cemberut.

"Bagaimana? Kau sudah melakukannya dengan dia atau belum?" tanya Nyonya Besar lagi dengan blak-blakan.

"Belum lah! Dia selalu saja menolakku." Evan melengos dengan kejujuran yang nyata.

"Apa? Cucuku Evan Robert Hudan ditolak gadis? Hahahaha! Pantas saja kau sampai berantakan begini." Nyonya besar malah terbahak tidak karuan.

Selama ini para gadis dan wanita selalu mengejar Evan karena Evan adalah pewaris tunggal dari perusahaan Hudan Grup. Belum lagi wajah Evan yang rupawan. Jika bukan sifatnya yang seperti iblis mungkin Evan tidak memiliki kekurangan.

Dan bukankah ini sebuah berita paling menghebohkan dunia bahwa Evan ditolak oleh seorang gadis padahal biasanya Evanlah yang selalu menolak gadis? Begitu pikir Nyonya Besar.

"Teruskan saja menertawakanku!" dengus Evan dengan wajah marah dan ditekuk.

"Hahaha, baiklah baiklah. Lihatlah cucuku yang sedang patah hati ini. Sekarang coba jelaskan pada nenek kenapa kau sampai bisa ditolak?" tanya Nyonya Besar.

Evan bingung untuk menjelaskannya. Sebenarnya itu bukan penolakan pernyataan cinta, tapi Luci sempat ingin membatalkan perjanjian mereka berdua. Dan bagi Evan itu sudah termasuk sebuah penolakan. Bahkan Evan hampir frustasi jika mengingat itu.

"Intinya dia ingin jauh-jauh dariku." Evan tidak menjelaskan semuanya secara gamblang. Wajahnya juga masih cemberut seperti anak kecil.

"Pasti kau yang agresif kan? Iya kan?" Nyonya Besar menebak asal. Tapi setelah melihat cucunya semakin melengos barulah wanita itu tau bahwa tebakannya tepat mengenai sasaran.

"Hah, baiklah-baiklah, Cucuku Yang Sedang Jatuh Cinta. Nenekmu ini akan membantumu. Nenek hanya memberimu waktu tiga hari. Jadi tiga hari ke depan kau harus membawanya menemui Nenek. Aku akan membuatnya menerimamu." Nyonya Besar memasang sebuah senyum penuh tekad.

Evan pun mendongak tak percaya. Ada kebahagiaan di dalam hatinya. Tapi lelaki itu masih belum paham kenapa dia begitu bahagia

"Tapi perjodohannya bagimana?" tanya Evan penuh harap.

"Perjodohan ini belum disetujui kedua belah pihak. Jadi kau masih bisa mundur. Jika memang dia adalah gadis yang tepat untukmu maka kau bisa mendapatkannya," tutup Nyonya Besar.

***

Hallo, Readers! Akhir-akhir ini kondisi kesehatan Author menurun. Untuk sementara update novel DMTM belum bisa stabil. Semoga kalian maklum. Doakan kesehatan Author biar bisa cepat pulih ya?

Suny_Edeliacreators' thoughts