webnovel

Dia Ternyata Takdirku

Pernahkah kalian membayangkan jika orang yang selalu ada denganmu adalah takdir hidupmu? Sangat mengejutkan dan terkadang tak masuk di akal jika dipikir dengan logika. Namun kejadian ini bisa di bilang dengan takdir yang sedang di alami gadis belia nan rupawan. Gadis ini bernama Rachel dengan usianya yang baru menginjak 17 tahun. Dimana masa puber pada seorang gadis sedang bergejolak. Ia tak menyadari jika teman dekatnya yang selalu menemaninya selama 10 tahun ini adalah takdir cintanya. Seorang pria bernama Johan yang berumur 18 tahun, satu tahun lebih tua dari Rachel, tetapi mereka besar dan tumbuh bersama karena kedua orang tua mereka saling mengenal. Lalu bagaimanakah perjalan cinta Rachel hingga akhirnya jatuh kedalam pelukan Johan?

Rachel_Oktafiani · Teen
Not enough ratings
10 Chs

Chapter 06

22 Februari 2020, 07.00 WITA

Hari yang cerah di temani dengan pancaran sinar matahari yang mengintip di jendela kamar hotel kami bersama suara deburan ombak yang sangat lembut membuatku terbangun dari tidur nyenyakku semalam. Saat aku membuka mataku dan melihat ke kiri, aku melihat Johan yang sedang tidur kala itu. Ia terlihat tidur sangat pulas. Ya. Kami sangat kelelahan sekali, karena baru semalam kami dapat beristirahat dan tiba di hotel. Banyak hotel yang full book saat kami merencanakan honey moon, sehingga kami memutuskan untuk dapat memasuki hotel malam hari agar sebelumnya kami dapat berkeliling terlebih dahulu.

"Hmmm... ternyata Johan kalau tidur manis juga ya?". Gumamku pelan sambil tersenyum dan tak berhenti memandang wajahnya kala itu.

Tak kusangka aku akhirnya menikah dengannya. Dari beberapa cowok yang pernah menjadi pasanganku sebelum aku menikah, tak ada cowok yang dapat mengerti pribadiku seutuhnya selain Johan. Yaahhh... mungkin sudah takdir Tuhan ia diperuntukkan ku dan aku untuknya. Jika aku harus mengingat kembali masa laluku sebelum menikah, dan ditanya apakah aku menyesal dengan hubunganku dengan yang sebelumnya, Aku jawab "Tidak!". Aku berpikir baha masa laluku itu sangat berharga untukku sebagai pembelajaranku di saat ini dan aku sangat beruntung sekali menikah dengan Johan. Semua harapan dan anganku dulu ketika akan menikah dengan pasangan hidupku terjawab sudah saat ini. Aku tak tahu bagaimana jika aku menikah bukan dengan Johan. Apakah hidupku akan sebahagia seperti sekarang atau tidak.

Aku mengusap rambutnya dengan lembut dan mencium kening dan hidungnya ketika ia masih terlelap. Ia bagaikan kado terindah yang Tuhan berikan untukku selama sisa hidupku. Aku tak dapat membayangkan bagaimana jika kita memiliki anak dan saling mencintai hingga tua. Aku mencium keningnya, hidungnya, tangannya dan bibirnya, hingga ia terbangun dari tidurnya dan di saat ia membuka matanya, ia memandangku dengan tatapan yang sangat dalam. Ia tersenyum lalu membalas ciumanku pagi itu.

"Pagi sayang..". Sapanya setelah menciumku, lalu ia memeluku erat seakan tak ingin melepaskanku dari pelukannya dan tak ingin aku jauh darinya.

"Makasih ya sudah mau bersabar dan menemaniku selama ini hingga akhirnya aku menjadi milikmu seutuhnya". Bisikku di telinganya saat ia masih memelukku.

Ia semakin memelukku seakan aku masuk ke dalam tubuhnya yang besar. Rasa hangat berada di pelukannya membuatku tenang dan damai berada di sisinya hingg arasanya ingin kembali tidur dan enggan beranjak bangun dari kasur.

"Ayo bangun, lalu kita sarapan di restonya. Aku sudah lapar nih!". Ucapku lembut sembari mencoba membua tangannya yang memelukku dengan erat.

"Ehhmmm.. sebentar lagi yan sayang.. aku masih mau seperti ini sebentaaaarrr saja. Aku juga sudah lapar kok. Kemarin kita sudah berkeliling danmenghabiskan tenaga kita sampai lupa untuk makan malam dengan benar". Ucapnya yang telah benar-benar sadar dari bangun tidurnya.

"Hmmm.. oke.. tapi jangan tidur lagi lho ya! Karena kaya gini kelamaan bisa buat aku tidur pulas lagi ntar! Hahahahaha...". Ucapku.

"Yayayaya.. yuk bangun yuk.. cuci muka sama sikat gigi dulu terus kita ke resto hotel ya..". Ucapnya sambil membuka pelukannya dan ia beranjak dari tempat tidur.

Akupun mengikutinya beranjak dari tempat tidur, lalu membuka jendela kamar hotel yang terhubung langsung dengan pantai. Sangat indah pemandangan kamar yang aku tempati saat ini. Pemandangan pantai dengan pasir putih yang indah dan menawan. Deburan ombak yang bersaut sautan seakan memanggil untuk menghampirinya dan menikmati dinginnya air laut pagi dan lembutnya pasir putih di sana. Aku terpana melihat sinar matahari yang baru saja terbit, seakan menyapa dunia dan menerangi langit yang gelap menjadi terang. Burung-burung laut saling bernyanyi dan bersaut-sautan memulai aktivitasnya, terbang di langit yang biru dan luas, mencari ikan yang berenang di permukaan laut. Aku bergegas dan bersiap-siap untuk pergi sarapan bersama Johan yang saat itu ia sudah siap. Dengan menggunakan piyama tidurnya dengan rambut yang masih sedikit acak-acakan dan tak lupa dengan handphone yang selalu ia bawa, ia menungguku di teras kamar kami. Aku memoleskan sedikit bedak tabur di wajahku dan sedikit lip tin berwarna peach agar tak terlihat muka bantal saat makan di resto hotel.

"Jo, yuk aku sudah siap!". Teriakku sambil mengambil cadigan di dalam koper dan mengenakannya.

Kami menyusuri lorong yang cukup panjang untuk dapat keluar menuju resto hotel. Lima menit kami berjalan di dalam lorong kamar, hingga kami keluar dan menikmati pemandangan hotel yang sangat indah dan estetik. Terdapat banyak pohon kelapa dan palem di kiri kanan hotel dan beberapa bungan kamboja dan juga bunga Lili yang tumbuh di setiap pinggiran taman hotel. Sangat asri dan sejuk di setiap sudut hotel, sehingga memanjakan pemandanganku yang terlalu lelah dengan aktivitas di ibu kota yang padat akan kendaraan. Kami menyusuri jalan setapak yang telah di sediakan dan mengikuti tanda di setiap jalan menuju resto hotel. Lumayan jauh jaraknya dari kamar kami menuju resto hotel. Namun siapa sangka, dengan jarak yang jauh tersebut tak di sangka restonya berada di dekat pantai dan kolam renang. Dengan nuansa khas pantai di bali yang di hiasi mini bar dan cafe serta payung-payung yang lebar sebagai tempat untuk bersantap. Memang ada harga yang harus di bayar untuk dapat sampai menuju tempat makan, tetapi meskipun jarak yang jauh aku tetap merasa puas dan senang. Aku dan Johan segera memilih tempat duduk yang berada di bagian depan, sembari menikmati pemandangan pantai yang indah di kala pagi hari. Tak lama kami duduk, seorang waiters menghampiri kami dan memberikan satu buku menu. Kami memesan sandwich bacon serta salad sayur dan di temani dengan segelas air mineral untukku dan segelas hot americano untuk Johan.

"Apa kita nggak perlu tambah air mineral lagi? Yakin kamu cuman minum kopi hitam pagi-pagi? Kamu kan nggak bisa minum kopi? Nanti perutmu sakit lho!". Ujarku.

"Hah? Nggak apa kok.. lagi pengen minum kopi aja hari ini. Kalau perut sakit ya tinggal ke toilet. Hahahaha..". Ucapnya sambil tertawa.

" Ya udah.. terserah kamu aja kalau gitu".

Sembari menunggu makanan kami datang, di tepi pantai tiba-tiba berkumpul 5 orang pria dan wanita yang mengenakan pakaian berwarna putih. Mereka membentuk lingkaran dan melakukan saling memberi hormat pada satu sama lainnya. Mereka mulai melakukan gerakan-gerakan kecil, sedangkan salah satu orang berlari memasang lagu.

"Eh Jo, itu mereka mau latihan apa sih? Karate? Atau apa? Kok pake lagu segala?". Tanyaku.

"Ohhhh... mereka sedang latihan capoeira. Yahh.. semacam latihan bela diri gitu.. Kenapa? Kamu juga mau ikutan?". Tanya Johan.

"Hah? Nggak lah.. kamu aja! Kan kamu juga bisa bela diri". Timpalku.

"Ya beda dong sayang.. itu bela diri dari Brazil sedangkan aku kan bela diri Taekwondo".

"Aahhh.. makanya lagu-lagu yang mereka putar juga lagu Brazil ya? Yayayaya.. aku paham".

"Hahahahaha..".

"Ihhh apa sih? Apanya yang lucu coba?". Tanyaku dengan sedikit kesal karena Johan menertawakanku.

"Nggak apa.. cuman lucu aja kamunya.. jadi keliatan tambah manis. Hehehehe.." ujar Johan sambil mencium keningku.

"Permisi.. ini pesanannya sudah siap.. dua sandwich bacon, satu salad sayur, satu mineral water, dan satu hot americano". Ucap seorang waiters yang mengantar pesanan kami.

"Iya benar bli". Ucap Johan membenarkan pesanan kami.

"Oke, terimakasih. Selamat makan. Jika ada perlu langsung ke meja bar aja ya pak".

"Baik". Ucap Johan mengakhiri percakapan dengan waiters, lalu ia menyantap sandwich bacon yang terdapat di hadapannya.

"Sandwichnya enak ya Jo! Kapan-kapan kalau di rumah coba bikin kaya gini yuk!". Ucapku. Memang benar sandiwich yang kami santap memang lezat, rotinya saja sudah pakai roti gandum yang berkualitas, di tambah sayur selada dan tomat yang segar, bacon asap yang sangat gurih, lalu terdapat telur setengah matang di tengah-tengahnya. Jika di gigit kuning telurnya, langsung meleleh dan sangat gurih sekali. Nggak ada bau amis sama sekali pada telurnya. Dan tak lupa tersapat keju chedar serta saus rahasia yang membuat sandwichnya semakin lezat dan lumer di mulut. Kami benar-benar menikmati sarapan kami saat itu hingga tak menyadari jika matahari semakin naik. Segera kami menyelesaikan sarapan kami dan segera beranjak dari resto hotel untuk kembali ke kamar kami dan bersiap-siap untuk berkeliling di daerah hotel kami, yaitu daerah Ubud.