webnovel

Can I just give up?

Di sisi lain, xiao mei sedang duduk di balkon apartemennya sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit. Tatapannya menerawang jauh, fikirannya masih berada di Shicuan dimana kakaknya atau ayah dari anak-anaknya tengah melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya.

"Nak kamu harus kuat yah... maafin mama yang tidak bisa menghadirkan sosok ayah untuk kalian, maafin mama…." tangis xiao mei akhirnya pecah, rasa sakit didadanya terasa sangat menyesakkan. Rasanya dunianya hancur, dengan pikiran yang berkecamuk perlahan xiao mei melangkah gontai menuju kamar mandi sambil membawa pisau buah yang barusan dia gunakan untuk mengupas apel untuk cemilan sorenya.

Xiao mei duduk di dalam bathup sambil mengisi bathup dengan air dingin, denga terisak dia mengucapkan kalimat yang menyayat hati. "Nak kita pergi sama-sama yuk, mama tidak yakin bisa merahasiakan tentang kalian dari ayah kalian jika nanti kita bertemu dengannya suatu saat nanti, mami takut jika ayah kalian akan memisahkan kita. Mami tidak bisa membayangkannya"

Dengan itu xiao mei mengiris pergelangan tangannya cukup dalam, dan membiarkan dirinya perlahan tenggelam dengan darah yang mengalir dari pergelangan tangannya.

haikuan yang memilih pernerbangan tercepat pagi itu . tidak bisa di pungkiri jika dia sangat khawatir dengan xiao mei, entah kenapa perasaanya sangat gelisah.

Haikuan sampai di Kanada saat waktu sudah malam, dia langsung memesan taksi agar mengantarnya menuju apartemen Xiao mei. perjalanan dari bandara hingga apartemen Xiao mei memerlukan waktu 1 jam perjalanan, Haikuan merasa waktu berjalan dengan sangat lambat.

"pak tolong lebih cepat pak, saya khawatir dengan adik saya" ujar haikuan pada sang sopir.

"baik tuan" tanpa banyak bicara sopir itu melajukan taksinya dengan kecepatan tinggi.

akhirnya Haikuan sampai di depan unit apartemen Xiao mei itu, dia menekan bel beberapa kali namun masih tidak ada yang membukakan pintu. Perasaan gelisahnya semakin meningkat ketika dia berusaha untuk menghubungi Xiao mei itu namun tidak kunjung di jawab, akhirnya dia berusaha untuk mengingat password apartemen gadis itu guna mengecek jika semuanya dalam kondisi baik-baik saja.

Ketika pintu terbuka hanya suara dari air yang mengalir dari arah kamar mandi yang tedengar . dia bergegas menuju kamar mandi yang ternyata pintunya tidak tertutup, dan lebih terkejut lagi dia ketika dia sudah masuk kedalam kamar mandi. Disana terbaring xiao mei dengan lengan yang masih mengeluarkan darah segar.

Tubuh Xiao mei sudah sangat dingin, namun Haikuan masih bisa merasakan hembusan napas serta denyut nadi Xiao mei walau sangat lemah.

Wajah Xiao mei pucat, dengan bibir yang membiru.

Tanpa pikir panjang haikuan langsung memiindahkan tubuh Xiao mei ke kasur untuk dii selimuti agar hangat, lalu membawa xiaomei kerumah sakit terdekat.

Selama perjalanan ke rumah sakit, Haikuan tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dengan XIao mei.

"Mei mei, tolong bertahan sebentar. Tolong jangan tinggalkan kami seperti ini" Haikuan terus menggumamkan kalimat itu.

Begitu sampai di rumah sakit xiaomei langsung mendapatkan pertolongan, selama penanganan berlangsung haikuan menghubungi tuan wang.

"Ha..halo paman…" haikuan berusaha menormalkan deru napasnya yang masih memburu " xi…xiao mei paman, xiao mei masuk rumah sakit".

Terdengar bunyi benda jatuh dari seberang sana, lalu dengan suara bergetar tuan wang bertanya "bagaimana bisa kuan? Apa yang terjadi dengan Mei?"

"Tadi pas kuan sampe , xiaomei tidak kunjung membukakan pintu, untung kuan masih inget sandi pintu apartemen, makanya kuan masuk buat ngecek. Pas udah di dalem kuan gak liat xiaomei, tapi kuan dengar suara air dari pintu kamar mandi. Kuan pikir xiaomei lagi mandi, tapi pintu kamar mandi gak tertutup rapat gak kayak kebiasaan xiao mei. Makanya kuan cek kesana, dan udah liat xiao mei terkapar di bathup dengan tangan teriris pisau buah." jelas haikuan

Mendengar itu tuan wang memutuskan untuk pergi malam itu juga, "ya tuhan… kamu tolong jaga dia sampai paman datang, paman akan berangkat malam ini juga. Paman tutup teleponnya dulu ya."

"Baik paman" lalu panggilan pun terputus.

Bersamaan dengan itu pula dokter yang menangani xiao mei selesai, kuan yang melihatnya pun berjalan menghampiri sang dokter sambil bertanya kepada sang dokter " dok bagaimana keadaan adik saya?" 

Lalu sang dokter dengan tersenyum berkata " ibu dan bayinya baik-baik saja, hanya sekarang butuh sedikit istirahat dan pemulihan beruntung pasien dibawa tepat waktu, jika telat sedikit saja saya tidak bisa menjamin keselamatan keduanya"

Helaan napas lega terdengar dari haikuan "syukurlah, oh iya dok saya ingin adik saya dipindahkan ke ruangan VIP" ujar haikuan.

"Baiklah, mari menuju resepsionis untuk mengurus administrasinya. Setelah itu anda akan langsung di antar keruangan adik anda"

haikuan lalu mengikuti sang dokter.

Selesai dengan urusan administrasi Haikuan langsung menuju ruangan Xiao mei, hati Haikuan mencelos begitu melihat keadaan Xiao mei.

'Xiao mei, kenapa kamu harus memilih jalan yang seperti ini. Andai saja kamu mengatakan yang sejujurnya kepada Wang Yibo. Tapi melihat sikap Wang Yibo hari ini, aku memahami pilihan kamu saat ini' Ujar Haikuan dalam hati.

Xiao mei terbangun di pagi hari dengan kepala yang berat dan sedikit pusing, Xiao mei langsung tahu jika dia sedang berada di Rumah sakit hanya dengan melihat kearah langit-langit ruangan.

Xiao mei melihat Haikuan tertidur di sofa, dengan lemah Xiao mei memanggil Haikuan.

"Haikuan gege..."

Haikuan terbangun hanya dengan panggilan lembut itu, begitu melihat jika Xiao Mei sudah bangun Haikuan langsung menghampiri Xiao mei lalu duduk di kursi disamping ranjang.

"kamu udah bangun mei? Apa yang kamu rasain sekarang?"

"hanya pusing ge" jawab Xiao mei dengan lemah.

"ge... gimana pesta pernikahan Wang Yibo gege? apakah Yibo ge bahagia?"

pertanyaan Xiao mei seolah meremat hati Haikuan, tenggorokannya seakan tercekat saat dia ingin berbicara.

"semuanya lancar, Yibo bahagia kok.. Kamu fokus dengan kondisi kamu saat ini saja ya" Ucap haikuan sambil mengelus rambut Xiao mei.

Xiao mei hanya menanggapi dengan senyuman.

Siang itu Xiao mei sudah bisa pulang, Haikuan awalnya menentang dengan ide itu namun melihat kegigihan Xiao mei akhirnya Haikuan hanya bisa pasrah.

tapi Haikuan menyesali keputusannya itu ketika mereka sudah berasa di apartemen, karena Xiao mei lebih banyak menghabiskan waktunya duduk sambil melamun di balkon.

Xiao mei melihat langit senja di balkon ditemani segelas susu yang sudah menemani dia sejak sejam yang lalu sama sekali belum tersentuh olehnya. lagi-lagi Xiao mei mulai berangan jika saja dia punya cukup keberanian untuk mengatakan yang sesungguhnya pada kakaknya, akankah semuanya berakhir sama?.

'Kenapa aku tidak bisa menyerah saja?'