webnovel

Di Balik Bayanganmu Yang Pudar

Seorang Pemuda dengan kehidupan yang membosankan mencoba untuk mencari makna kehidupan, namun tiba-tiba seorang perempuan yang tak lazim datang ke kehidupannya. "aku mati karena dosa seseorang" adalah kata yang gadis bergaun putih dan transparan itu. pemuda membosankan itu dengan terpaksa harus mencari tau siapa yang membunuh gadis itu dan apa motifnya. bisa kah pemuda membosankan itu mengungkap siapa 'orang berdosa' yang gadis itu maksud?.

Nuha_79 · Teen
Not enough ratings
3 Chs

Bab 2 Dandelion

"Sekarang sudah tidak apa apa kamu bisa membuka matamu" Ujar seseorang.

Pemuda itu perlahan membuka matanya, sejenak hanya terdengar hembusan angin, saking kaget dan terpesona nya Pemuda itu tak sanggup berkata apapun.

Berdiri didepan nya seorang gadis cantik, dengan rambut agak bergelombang panjang diterpa angin, wajahnya ayu berseri dengan senyum yang manis, gaunnya putih agak transparan, tubuhnya begitu putih dan sangat rapuh seperti dandelion.

"K-kau ...".

"Jadi kau ini apa?" Ujar pemuda itu datar kemudian memainkan ponselnya seperti tak terjadi apapun.

"Aku--"

"Aku tidak percaya dengan alien, hantu atau semacamnya, bagiku kau nampak seperti gadis gila yang kabur dari rumah nya" Tukas Pemuda itu.

"Jahat sekali! tapi kau sempat berpikir waah cantik sekali gadis itu! begitu kan?!" Gadis itu mencubit pipi pemuda itu.

"T-tidak sama sekali! adu-duh sakit sakit!lepas!" Erang pemuda itu. Gadis itu melepaskan cubitannya dan mengerucutkan bibirnya ngambek.

"Aku ini benar-benar hantu, bagaimana membuat mu percaya?" Ujar gadis itu, gaun putih nya bak dandelion yang berayun ayun.

"Jadi bagaimana sudah kau pikirkan siapa pelakunya?" Ujar seseorang tiba-tiba, Taka mendekati mereka.

"Itu-aku..aku bisa jelaskan jadi gadis ini adalah--" Pemuda itu terbata ingin menjelaskan hubungan nya dengan gadis yang mengaku hantu tadi sambil menunjuk sampingnya tempat gadis itu berdiri.

Taka mengernyitkan dahinya.

"Gadis? leluconnya nanti saja, cepat katakan hasil analisis mu" Tukas Taka sambil jongkok memeriksa tempat kejadian.

"Sudah kubilang aku hantu, dia tak akan bisa mendengar ataupun melihat ku kalau aku tak inginkan itu" Gadis itu berlarian memutari Taka seakan tanpa dosa, Pemuda itu hanya tercengang, Taka tampak benar-benar tidak bisa melihat gadis itu dan itu bukan sebuah prank karena jika iya ia pasti langsung tau.

"Baiklah baiklah aku percaya" Jawab pemuda itu.

"Percaya apa?" Taka menimpali sambil beranjak berdiri melihat tingkah aneh pemuda itu.

"I-itu aku percaya bahwa bahwa bahwa paman Taka adalah detektif yang teladan!" Ujar pemuda itu salah tingkah menyembunyikan kebohongan bahwa ia baru saja berbicara dengan hantu cantik.

"Ohh kau baru sadar?" Taka berdehem mencoba nampak keren.

Gadis itu menarik narik lengan Pemuda itu mengajaknya pergi dari tempat itu, Pemuda itu nampak kebingungan mencari alasan agar bisa menuruti mau gadis itu.

"Pak bolehkah aku pergi? perutku mules! besok aku akan kesini lagi bersama paman!" Pemuda itu memohon sambil pura-pura memeluk perutnya kesakitan.

"Baiklah ini juga sudah sore, mau aku antar?" Taka menepuk pundak pemuda itu.

"Oh tidak usah paman aku akan naik bus saja nanti aku mau cari WC umum, sampai nanti!" Pemuda itu menyeringai masam kemudian berlari pergi.

Taka hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah pemuda itu.

"kenapa dia?" Tanya Andy sambil memakan gorengan.

"Mules, dasar anak jaman sekarang".

***

Setelah berhasil melarikan diri pemuda itu duduk disebuah batu besar mengatur nafasnya yang memburu, ia tampak sangat lelah meski hanya berlari beberapa menit karena ia jarang berolahraga.

"setelah ini aku harus mulai berolahrag--" Pemuda itu segera mundur dengan wajah memerah setelah tiba-tiba gadis itu jongkok di depan nya dan wajah mereka sangat dekat.

"A-apa sih mau mu?!".

Gadis itu terkekeh kecil melihat tingkah pemuda itu yang malu malu,

"Kau nampak seperti pemuda jomblo yang tak pernah punya kekasih".

"A-aku memang tak pernah memiliknya" Gumam pemuda itu.

"Ehhhh? yang benar saja? hmm dilihat dari wajah, kau agak tampan, kulit putih wajah blasteran dan tinggi semampai pasti banyak gadis yang suka" Gadis itu melihat pemuda itu dengan seksama.

"A-aku hanya merasa itu tidak diperlukan, ...tidak lagi" Pemuda itu bergumam sendu.

"Sudah basa basinya! katakan mau mu".

"baiklah... jadi aku ingin kau membantuku mengungkapkan siapa yang membunuhku dan bagaimana aku mati" Ujar gadis itu sambil duduk diatas pagar penuh bunga bunga liar, rambut panjangnya diterpa angin tenggara lembut dan sinar mentari mulai merah tembaga.

"Ada beberapa hal yang tak aku mengerti" Pemuda berdiri.

"Hmm?".

"Pertama kenapa harus aku? masih banyak orang di dunia ini tapi kenapa harus aku?" Pemuda itu tak terima.

"mungkin hukuman Tuhan?kau tajam seperti pisau tapi tumpul karena terlalu banyak menganggur dan main game" Ujar gadis itu sambil tersenyum jahil.

"arkh! aku tak suka cara bicara mu yang ada benarnya" Pemuda itu menelan ludah,

"kalau aku tak mau?".

"Aku akan menghatuimu sepanjang hari" Gadis itu melihat pemuda itu yakin.

"Aku--tidak peduli" Tukas pemuda itu datar kemudian melangkah pulang.

***

Yang benar saja, gadis itu benar benar mengikuti pemuda itu pulang, menghantuinya sepanjang hari. Dan dalam seminggu ini..

"Huuuuu~hihihihi" Tawa jahil gadis itu dari luar jendela mengganggu tidur pemuda itu, pemuda itu membuka matanya yang merah kurang tidur tiba-tiba dengan kesal melempar tempat pensil ke luar jendela untuk membuat gadis itu diam.

"Meooong!!" tempat pensil itu nampaknya mengenai seekor kucing.

"Heii jahat sekali! tadi hampir mengenaiku!" teriak gadis itu dari luar, Pemuda itu hanya mendesah kesal kemudian menutup telinganya dengan bantal.

Hari berikutnya.

"Aaaaaa!!! apa yang lakukan disini?! keluaaaaaaaar!" Pekik pemuda itu saat gadis itu ternyata ada di pojok kamar mandi nya saat ia tengah telanjang bulat akan mandi.

Kemudian..

Pemuda itu dengan mata panda nya menatap ke layar monitor sembari memainkan jarinya lihai dengan tatapan datar, muak, memainkan sebuah game sedangkan gadis itu duduk dipangkuan nya tanpa rasa bersalah terus menerus berteriak girang setiap ia mengalahkan boss di permainan RPG itu. Namun pemuda itu masih tak menghiraukan nya.

Lagi...

SREET!! BUKK

"Aduuh!".

Pemuda itu jatuh terpeleset dan tersungkur di lantai, dilihatnya gadis itu tanpa rasa bersalah menumpahkan semua sabun pembersih di lantai dan membuat semua buku berserakan di lantai.

Dan lagi lagi..

Pemuda itu hanya diam berbaring di kasur sembari mata merah nya membuka lebar dan lingkar matanya nampak mulai menghitam dari biasanya, Gadis itu sambil bersenandung loncat loncat di atas kasurnya, Jam menunjukkan pukul 4 hampir pagi.

"Arhhhhhhhh!! Baiklah! akan ku ladeni!" Teriak pemuda itu frustasi.

"Yatta! akhirnya kau menyerah juga" Gadis itu meloncat girang.

"Sekarang izinkan aku tidur" Pemuda itu menyerah kemudian perlahan memejamkan matanya, tepat saat ia akan memejamkan mata terdengar Kokok ayam bersahutan dan perlahan sinar mentari mulai muncul.

"Sial" umpat pemuda itu, sedangkan gadis itu malah tertawa kecil.

***

Pemuda itu dengan terampil memotong motong kol, wortel dan seledri kemudian ia masukkan ke dalam wajan berisi banyak mie instan yang cukup untuk beberapa porsi, pemuda itu dengan mata panda nya serius menyiapkan sarapan, sedangkan gadis itu duduk santai di lantai lesehan sambil tangannya memainkan sendok di meja.

"Padahal kan kau tidak kerja, kenapa tidak balik tidur saja?" Tanya gadis itu.

"Aku tidak biasa tidur pagi, lagian ngantukku sudah hilang gara gara siapa?!! Ck" Decak pemuda itu kesal sembari menuangkan mie ke dalam dua mangkuk yang satu porsi besar yang satu porsi kecil. Gadis itu terkekeh tanpa rasa bersalah.

Pemuda itu segera meletakkan dua mangkuk tersebut di atas meja.

"Punyaku kok sedikit sekali? lihat punya mu sampai lumer di meja" protes gadis itu.

"Sudah berhenti mengeluh, sudah untung ku kasih makan! dan lagi baru kali ini aku melihat hantu makan mie" Ujar pemuda itu tak percaya, meniup mangkuk penuh mienya dan asap panas dari mangkuk mie dengan aromanya yang khas pun menguap memenuhi ruangan yang sempit itu.

"Jangan bandingkan aku dengan hantu lainnya! aku ini 'spesial' oh ya bicara soal hantu aku melihat hantu korban yang kau selidiki seminggu yang lalu saat kau bermain detektif detektifan" Tukas gadis itu sambil mengunyah mie dan tersenyum manis saat rasa enak dari mie instan tak sehat itu membuncah di mulutnya.

Pemuda itu kaget hingga menyemburkan kuah mi di mulutnya ke wajah gadis itu.

"Apa?! jadi kau bukan korban yang aku selidiki??" Pemuda itu berteriak tak percaya.

Dengan kesal gadis itu mengelap wajahnya yang basah kuyup akan kuah bau yang tersembur dari dalam mulut buaya.

"Dilihat dari manapun aku bukan dia kan? apa kau tidak melihat nya dengan seksama? aku lebih cantik".

"idih" Ujar pemuda jijik dengan kenarsisan gadis itu sambil mengambil koran yang ditinggalkan oleh Taka, kemudian melihat nya dengan seksama dan membandingkan dengan gadis di depannya.

"Benar juga beda" Pemuda itu membuang koran itu dengan sembarang sembari kembali menyantap sarapan nya lagi.

"Kan? lagipula hantu wanita itu adalah perwujudan anjing yang menyerangmu saat itu, untung ada aku menyelamatkan mu" Gadis itu menerangkan dan lagi pemuda itu menyemburkan kuah dari dalam mulutnya kaget ke wajah gadis itu.

"Oiiiii kau sengaja yaaaa!!!" keluh gadis itu kesal.

"dasar tak tau terima kasih" gadis itu cemberut kesal sambil mengelap wajahnya.

"M-maaf maaf namanya juga kaget, pfft anggap aja pembalasan dari yang kemarin kemarin, baiklah aku akan membantu mu mengungkap masa lalumu tapi kau harus membantu ku mengungkap beberapa misi ku juga" Pemuda itu terkekeh, gadis itu mengangguk setuju.

Beberapa menit kemudian mereka selesai menyantap sarapan mereka, Gadis itu dengan kalem duduk dipinggir jendela yang terbuka sembari memainkan bunga dandelion yang entah kapan dan bagaimana dia mendapatkan nya.

"Jadi kau benar benar lupa akan masa lalu mu dan bagaimana kau mati?" Pemuda itu berdiri dan bersandar di dinding sambil menyilangkan tangannya di dada, Gadis itu mengangguk.

"yang aku tahu, aku mati karena dosa seseorang" Ujar gadis itu menurunkan alisnya nampak sedih.

"Pertama tama, siapa namamu?".

"Aku..tak ingat..." Gumam gadis bergaun putih itu sendu.

"Baiklah bagaimana kalau aku memberimu nama?" Ujar pemuda itu sambil menggigit jarinya.

"Boleh boleh! tapi jangan yang aneh aneh ya!" Gadis itu nampak antusias. Pemuda itu nampak sedang berbikir keras mencari nama yang cocok untuk gadis itu, kemudian ia menatap gadis itu, gadis yang sudah tak hidup lagi, tubuhnya memang tidak begitu transparan tapi nampak sangat rapuh, kulitnya putih senada dengan gaunnya yang putih berenda, seperti dandelion liar, nampak sangat rapuh namun misterius, begitu indah namun liar.

"Dandelion" Ujar pemuda itu dan mata mereka bertemu, angin semilir masuk menerobos jendela membawa beberapa dedaunan kering gugur masuk ke dalam ruangan itu, menambah kesan suasana bak Opera sabun murahan.

Sejauh mana gadis itu akan mengubah kehidupan Pemuda itu yang kelabu? Apakah nasib akan membuka tirai tirai misteri itu segera? ataukah pertanyaaan pertanyaan itu hanya akan mengambang dan bertumpuk seperti buih di lautan?.

Bersambung.