webnovel

Dewi Nirwana

Di sebuah Kerajaan Marcapada, Ratu dari raja kerajaan, melahirkan seorang anak perempuan. Saat kelahirannya, fenomena alam banyak yang terjadi keanehan. Seolah menyambut kelahirannya itu dengan senang dan penuh sukacita. Awan berkumpul bersama burung-burung yang menari di atasnya istana kerajaan. Kelopak bunga dan daun beterbangan di seluruh kerajaan dengan senjuknya yang gemulai. Anak itu di beri nama Nirwana.

Olala_99 · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Bayi Malang (4)

"Apa kau gila? Untuk apa?" sergah Sonia.

"Memastikan benar atau tidaknya keputusanku."

Soraya merubah tubuhnya menjadi hewan Harimau Kumbang yang besar berkaki empat. Lalu dari punggungnya, dia mengeluarkan dua sayap berwarna putih dengan bulu yang lebat. Dia mengepakkan sayapnya mengibaskan angin dan terbang berjalan di udara ke atas Monster Badac.

"Meninggalkannya adalah keputusan yang tepat. Tidak perlu kau untuk memastikannya segala. Urusan nasib Bayi manusia itu bukanlah urusanmu." Cegah kata Sonia.

Dia mengejar Soraya dengan terbang cepat lalu duduk di atas kepalanya.

Keempat kaki Soraya menjepit mayat Monster badac, mencoba mengangkatnya dengan mengepakkan sayapnya yang lebar. Perlahan-lahan mayat itu terangkat terbang. Kemudian terbawa melayang di atas langit bersama Soraya dan Sonia.

"Uh..." Soraya berhasil membawanya terbang dengan sedikit merasa berat. "Bayi itu tentu adalah urusanku. Karena akulah yang telah menemukannya terlebih dahulu. Bencana ataukah hadiah, kita tidak pernah mengetahui, apa sebenarnya rencana ilahi ibu pertiwi. Jika memang ada yang menolongnya, maka aku akan membiarkannya. Tapi, jika tidak, kita harus menolongnya dan membawanya kembali ke alam dunianya... "

"Kenapa kau harus melakukan semua itu demi Bayi manusia Soraya? Bukankah kau juga adalah korban dari kebengisan bangsa manusia..."

"Aku tahu, kau dan aku mungkin masih mempunyai dendam dengan bangsa manusia. Kebencian kita sama. Itu adalah bekas luka yang tidak bisa padamkan. Tetapi, Bayi manusia, dia masih terlalu polos dan tidak tahu apa-apa. Seperti ibarat kata, orang buta tidak bisa disalahkan karena telah memecahkan barang. Karena dia tidak tahu dan tidak melihat, maka dia tidak bisa menjadi tempat untuk disalahkan. Dan Bayi manusia ini pun sama, dia bukanlah tempat untuk melampiaskan balas dendam kita."

"Terserah kau saja. Tapi aku sudah memperingatkanmu. Dia adalah sumber bencana. Sebab ketika dewasa, manusia adalah makhluk yang paling rakus di dunia. Sama seperti bangsa iblis yang lainnya. Bahkan, manusia bisa lebih kejam dari pada iblis,"

Soraya terbang dengan ketinggian di atas awan. Dia meluncur membelah angin dengan cepat. Kekuatan fisiknya begitu kokoh dan kekar dengan gumpalan saraf otot yang belukar mengurat di setiap sendinya. Matanya fokus menatap ke depan menerobos uap-uap awan yang lembut.

Saat ini dia sedang menuju mengarah ke Desa-nya. Namanya Desa Yala. Salah satu Desa yang di takuti di daerah Wilayah Siluman Kucing.

Butuh perjalanan satu hari baginya untuk bisa sampai ke Desa Yala meski dengan kecepatan penuh. Jarak Hutan yang tempat dia saat ini berburu dengan Desa Yala adalah sekitar 300 KM. Bagi makhluk Siluman biasa mungkin butuh waktu 3 hari baginya untuk sampai. Satu hari termasuk sudah melebihi batas wajar kekuatan makhluk Siluman biasa. Sebab, Soraya bisa secepat itu karena dia mempunyai sayap dan kekuatan bawaan sejak lahir.

Sayap adalah kekuatan Siluman dari garis keturunan leluhurnya. Konon, itu adalah anugerah hadiah dari Ibu Langit kepada ras Siluman yang tertentu. Sebab, tidak semua bangsa Siluman yang bisa memiliki sayap. Dalam bangsa Siluman Kucing, setidaknya ada satu lagi yang memiliki sayap. Yaitu, Singa. Dia juga bisa menumbuhkan sayap di punggungnya sejak lahir.

Sedangkan kekuatan bawaan adalah Energi Spiritual khusus yang telah ada sejak lahir. Namun itu perlu lagi untuk di olah, di tempa, di asah, untuk menjadi lebih kuat. Itu adalah salah satu bentuk keunikan dari berbagai Energi Spiritual yang ada di tubuh setiap makhluk. Dan Energi Spiritual, adalah energi kehidupan yang berasal dari dimensi dalam tubuh sendiri. Dia bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi bangsa Siluman, mereka menyebutnya kekuatan Bumi. Sebab itu adalah hadiah dan anugerah pemberian dari Ibu Bumi kepada setiap makhluk di muka Bumi.

Tak terasa, satu hari terlewat, Soraya telah sampai di Desa Yala. Dia melepaskan cengkramannya di Monster Badac untuk jatuh ke tanah. Beberapa Siluman yang melihat langsung bersorak sorai untuk kedatangannya.

"Mosi kembali! Mosi telah kembali! Dia berhasil membunuh Monster Badac. "

"Wooo. Itu Monster Badac."

"Tubuhnya lumayan besar sekali."

"Benar. Kakinya seperti Kuda, dan tubuhnya berbentuk Badak. Ini memang Monster Badac."

"Ya. Ini berita besar. Mosi telah kembali dari perjalanan berburunya di Hutan Jura!"

Soraya pun merubah tubuh sosoknya menjadi berkaki dua. Sayapnya masih mekar dengan bulu yang lebat membentang. Dia berdiri di atas Monster Badac, dengan mengepalkan tangannya ke atas.

Seluruh Siluman yang melihat bersorak gembira.

"Woooaaaa"

Seseorang Siluman yang berbentuk Kucing Hitam, Tubuh posturnya tinggi dan gagah, membawa dua pedang di pinggangnya, sekaligus memakai armor baja di badannya, mendatangi Soraya. Nama dia Braja. Dia adalah Wakil Pemimpin Desa Yala. Tangan kanan Soraya.

"Soraya! Malam ini kita akan pesta untuk keberhasilanmu di Hutan Jura." Teriaknya Braja yang lantang dengan keras.

Soraya melihat Braja dan tersenyum.

"Serahkan mayat Monster ini kepadaku," tambah Braja mengacungkan jempolnya ke Soraya.

Malam harinya, pesta pun di adakan. Tempatnya di Aula Utama. Tempat yang biasa di gunakan untuk rapat atau kumpul bersama dalam pesta. Tempat itu berbentuk seperti Pendopo, tanpa kursi, atau apapun, hanya lantai dengan bangunan atapnya yang megah.

Sebagian orang-orang menyiapkan alat memasak untuk masak bersama, dan lainnya membagikan minuman Sake dari Tong dan Drum. Lalu beberapa Siluman yang pandai menari, dia akan melakukan pertunjukkan di tengah-tengahnya Aula Utama. Semua orang yang berkumpul membentuk barisan melingkar. Di tengahnya adalah tempat panggung bebas bagi siapapun.

Dengan diterangi api obor. Pesta menjadi penuh Huru Hara. Tabuhan musik didendangkan hingga menyapu hening malam. Sebagian ada pula yang ikut berjoget bersama penari yang meliuk di tengah Aula Utama. Suasana begitu ramai dengan penuh kesenangan. Inilah pesta.

Soraya duduk bersama Braja menikmati Sake dan makanan sambil tertawa menceritakan tentang perjalanan berburunya Soraya. Sonia melahap Madu Pohon Tengu, kesukaannya. Itu adalah Madu yang berasal dari sari pati Buah Tengu. Rasanya manis. Dan bisa pula untuk dijadikan obat atau makanan penambah stamina.

"Perlombaan berburu di Wilayah Siluman Kucing, kini pasti kitalah yang menjadi Juaranya. Tak ku sangka kau berhasil membunuh salah satu hewan Mitos dalam cerita. Tanduk Monster Badac, di percaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit apapun. Tentu Desa Yala lah yang akan menjadi pemenangnya.. " Seru Braja merangkulkan salah satu tangannya ke pundak Soraya.

"Bagaimana dengan Desa yang lain? Apa mereka juga sudah berhasil kembali dari berburu." Tanya Soraya.

"Setahu informasiku, sudah ada dua yang kembali. Tapi kita belum mengetahui apa hasil buruannya. Yang jelas, butuh waktu satu bulan lagi, semua akan mengetahui siapa pemenangnya. Hasil lomba perburuan ini akan di umumkan, dan kita akan lihat saja, saat di Kota Sangra nanti. Aku sudah mengirimkan hasil buruanmu ke petugas Kota Sangra."

"Hasil dari perlombaan ini akan menentukan Wilayah Berburu setiap Desa. Ku harap, Monster Badac itu bisa memberikan hasil yang memuaskan." Jawab Soraya lirih dan menenggak Sakenya. Seolah dia berharap kemenangannya itu nyata.

"Jangan khawatir. Kau sudah berusaha dengan baik. Meski Monster Mitos itu banyak, tapi hanya sedikit yang berhasil memburunya untuk di bawa pulang. Kau harus bangga, saudaraku." Kata Braja. Menepuk dada Soraya dengan kepalan bulat.

"Apakah ada informasi lain tentang keadaan Klan Desa saat ini?"

"Semenjak kepergianmu selama dua bulan ini. Sepertinya Kuma sedang melakukan pergerakan diam-diam. Dia mungkin sedang merencanakan sesuatu kepadamu. Seperti yang kau tahu, dia masih tidak mau menerima kekalahannya. Sifatnya keras kepala. Dia bagai dua kutub yang bersebelahan denganmu. Selama dia tak membahayakan Desa Yala, aku takkan mempermasalahkannya. Perannya masih di butuhkan dalam pembangunan Desa Yala saat ini."

"Orang yang kalah belum tentu menyerah. Rupanya dia masih ingin melawanku. Aku tak gentar ataupun takut harus melawannya lagi." Kata Soraya percaya diri.

"Sebaiknya kau tak meremehkan dia Soraya. Karena dia saat ini, mungkin mendapat bantuan dari Origami. Ini hanyalah tebakanku saja." Bisik Braja pelan ke telinga Soraya.

Mendengar kata Origami. Gelas yang di pegang Soraya pecah karena tergenggam erat. Soraya menegang dan kaget.

"Origami berada di luar Wilayah Siluman Kucing. Kenapa kau bisa punya tebakan seperti itu?" Kata Soraya memiringkan kepalanya melihat Braja. "Selain itu, dia adalah Aib dari bangsa Siluman. Banyak para Siluman yang lain juga mengincarnya. Dia Buronan kelas tinggi."

Melihat ekspresi Soraya yang serius, buru-buru Braja menjelaskannya.

"Tenanglah, tenanglah, ini hanyalah tebakan spekulasi. Tidak ada bukti kuat. Cuman firasatku saja. Kalau pun itu benar, aku sudah pasti meringkus mereka jauh-jauh hari."

Soraya menghela nafas. Merenungkan sesuatu sambil menatap jauh ke kerumunan orang yang sedang berpesta ria. Menari dan mabuk dengan penuh kesenangan. Soraya perlahan-lahan merasakan, kesulitan sepertinya akan mendatanginya.

"Origami? Kuma?" Gumam kata Soraya mendengus lelah.