webnovel

Dewi Nirwana

Di sebuah Kerajaan Marcapada, Ratu dari raja kerajaan, melahirkan seorang anak perempuan. Saat kelahirannya, fenomena alam banyak yang terjadi keanehan. Seolah menyambut kelahirannya itu dengan senang dan penuh sukacita. Awan berkumpul bersama burung-burung yang menari di atasnya istana kerajaan. Kelopak bunga dan daun beterbangan di seluruh kerajaan dengan senjuknya yang gemulai. Anak itu di beri nama Nirwana.

Olala_99 · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Bayi Malang (3)

Dalam kepercayaan para bangsa Siluman. Di dunia ini ada dua jenis Ibu dalam satu nama yang mengatur seluruh Jagat Raya. Mereka adalah Ibu yang mengatur seluruh kehidupan dan kematian dalam menjaga keseimbangan dunia. Itu adalah Ibu Bumi dan Ibu Langit, yang bernama Pertiwi. Konon, untuk berkomunikasi dengan Ibu Pertiwi, itu bisa dilakukan lewat Pohon Sidra.

Ibu Bumi adalah ibu yang mengatur segala kehidupan di dunia. Dialah yang menciptakan seluruh semesta kehidupan dengan berbagai isinya. Dia bagai simbol tempatnya awal mula dari kehidupan dan hangatnya cahaya dari kehidupan. Semua makhluk hidup, tumbuhan, tanaman, laut, api, angin, semuanya adalah ciptaan Ibu Bumi.

Dia adalah Ibu yang selalu memelihara dan menjaga semua bentuk kehidupan dan ekosistemnya. Sebab, mulai yang paling terkecil atau pun yang besar, semua kehidupan di dunia berasal dari rahim Ibu Bumi. Dari kasih sayangnya lah, konon semua bentuk kehidupan itu di ciptakan.

Meski begitu, dia juga Ibu yang di takuti sebagai pembawa Bencana Alam. Siapapun yang dibencinya, seluruh lingkungan kehidupannya akan menjadi penuh petaka, tidak layak untuk di huni. Banjir, kekeringan, gempa, semua kehidupan alam akan memusuhinya. Tidak ada naungan lagi untuk tempat hidup baginya di seluruh dunia.

Sedangkan, Ibu langit adalah Ibu yang mengatur segala kematian di dunia. Dialah penegak keadilan kematian dan tempatnya untuk berkumpulnya kematian. Semua makhluk yang mati akan kembali berkumpul bersama kepadanya. Dialah Ibu penyeimbang dari Ibu Bumi yang terlalu tinggi dan besar kasih sayangnya. Sebab, Ibu langit dalam keadilan kematian, tak pandang bulu untuk memberikan Hukuman Langit kepada makhluk hidup maupun makhluk mati.

Dia bagai Ibu, sang ratu adil. Dialah yang mengawasi kehidupan masa lalu atau masa depan kepada seluruh makhluk hidup. Dia adalah penunjuk jalan dalam mencari kebahagian kehidupan. Tapi bagi siapapun yang dibencinya akan mendapatkan Hukuman Langit dalam dirinya. Itu namanya adalah Kutukan. Sebuah Karma yang di dapat semasa tindak-tanduknya ketika hidup di dunia, sebab semua tindakan makhluk hidup sejatinya akan kembali menempel kepada dirinya sendiri.

Kalau hidupnya baik, Karma dia pun berbenih baik, dan dia akan mendapatkan berkah kebaikan dari Ibu Langit. Tapi, kalau hidupnya buruk, maka Karma dia pun buruk, dan dia akan mendapatkan Kutukan dari Ibu Langit sampai tidak ada tempat lagi baginya setelah dunia kematian. Untuk itulah, Ibu Langit sangat ditakuti, tapi juga sangat di agungkan.

Semua tentang Aturan pedoman hidup dan Hukum Alam, dalam bangsa Siluman, telah di jelaskan dalam Kitab Ikrar. Isi Kitab itu tertulis dalam Batu Mustika Bumi. Dan di sana juga tertulis sebuah Perjanjian Lama, tentang hadiah dan Siksa, bagi siapapun yang menjalankannya atau pun yang melanggarnya.

Sonia mendapat ide solusi untuk Bayi anak manusia yang terlantar.

"Soraya, lebih baik kita tinggalkan bayi ini. Buat dia kembali seperti dalam keadaan semula, seperti sedia kala ketika kau menemukannya. Ini bukanlah tugas tanggung jawab yang harus kau emban. Ku yakin, Ibu Bumi pasti telah menyiapkan seseorang yang pantas untuk merawatnya. Dan mungkin, Ibu Bumi saat ini sedang merencanakan kehidupan untuk Bayi anak manusia ini. Jadi, sebaiknya janganlah kau mengganggu rencana Ibu Bumi..."Jelasnya.

Soraya diam membisu menatap kepolosan Bayi yang rasanya ingin sedang bermain dengannya. Dia seolah tidak takut dengan wujud bentuk Soraya yang ganas. Soraya merasa melihat kemurnian hati yang bersih dari Bayi itu. Tidak ada rasa takut, khawatir, cemas dalam hidupnya, yang ada, saat ini hanyalah bermain saja. Padahal, menurut Soraya, Bayi ini hidupnya sedang terancam bahaya. Menunggu kematian datang menjemputnya. Sebab Pulau Jala Patra ini penuh dengan Monster dan Siluman-Siluman yang jahat. Belum lagi ada bangsa Iblis.

"Dia terlalu polos untuk bisa hidup sendirian. Dia masih terlalu bersih dan putih seperti lembaran kertas baru. Dia tak mengenal apa-apa, selain rasa instingnya yang sederhana. Apakah kau tega meninggalkan dia sendirian?" Tanya Soraya menoleh ke kawan kecilnya yang terbang. "Kau adalah perempuan. Apakah kau tidak mempunyai sedikit sisi ke-Ibu-an dalam hatimu?"

Sonia sedikit memerah malu saat mendengar pertanyaan Soraya. Dia memanglah berjenis kelamin perempuan. Dan perempuan identik dengan sifat seperti Ibu Bumi. Yang selalu mengasihi dan mengayomi berbagai kehidupan.

"I-ini, demi nurani kebaikan. Kebaikan yang lebih baik dari kebaikan." Kata Sonia mencari alasan yang tepat sekenanya. "Ya, benar. Kebaikan yang sangat baik untuk Bayi itu sendiri atau pun untuk dirimu. Ini namanya kebijaksanaan Ibu dalam kehidupan."

Sonia tersenyum mendapatkan jawaban yang tepat untuk menyanggah Soraya. Sonia menyadari betul karakter sahabatnya ini. Soraya pasti tidak ingin meninggalkan Bayi ini sendirian karena rasa kasihan. Tapi dia juga tidak punya solusi bagaimana menyelesaikan masalah yang ada di depannya ini. Mungkin kalau nekat, Soraya sendirilah yang akan memutuskan untuk menjaga Bayi itu.

"Aku tak ingin kau terjebak dalam masalah besar karena sisi lemah lembutmu yang selalu kau berikan kepada siapapun. Masalah Bayi ini, termasuk masalah besar. Serius yang super serius. Bencana dan Malapetaka. Kau harus menakar dulu posisi, kekuatan, dan kapasitas dirimu sendiri sebelum untuk bertindak membuat keputusan. Tidak bisa asal cuma karena dorongan nurani saja, tapi butuh dukungan yang memadai, mampu, cukup untuk mengambil resiko dari Karma Ibu langit ini..." Tambah Sonia.

Soraya terbawa bimbang penuh keraguan. Apa yang dikatakan Sonia ada benarnya. Mungkin Ibu Bumi telah menyiapkan seseorang yang mampu untuk memikul tanggung jawab Bayi ini. Sebab, secara kadar hidup Soraya yang saat ini, dia sebenarnya telah mendapatkan banyak cobaan Karma yang banyak.

Sebagai pemimpin Desa, yang mempunyai berbagai enam Klan Ras Siluman yang bergabung, mengaturnya saja itu sudah menjadi beban fisik maupun moral baginya. Dia adalah panutan, pelindung, penjaga, pengayom, dalam barisan terdepan di Desanya. Jika di tambah dengan masalah Bayi, tentu ini akan membuat tambahan masalah bagi Desanya.

"Benar, ini demi kebaikan? Bukan karena akal bulus mu kan?" Soraya bertanya menyipitkan dengan mata curiga kepada Sonia. "Aku tidak takut dengan Hukuman Langit atau Bumi. Selama aku melakukan yang menurutku benar dan baik. Aku, Soraya, Harimau Kumbang, tidak akan pernah menyesali hidupnya. Aku menjaga Ajaran Kitab Ikrar sesuai yang ku yakini. Bahkan mesti, aku harus mati karena Karma Hukuman, aku tetap bangga dengan keyakinan yang ku pegang teguh ini..."

"Bodoh! Bodoh! Ketahuilah batasanmu. Jangan memaksakan keberuntunganmu. Kalau kau memang ingin punya Bayi, kau bisa menikahi Siluman yang paling cantik di Desa dan buatlah Bayi sesukamu sebanyak yang kau mau. Jangan bermain dadu dengan Bayi manusia ini. Sebab Hukum Ibu adalah mutlak. Jangan bermain-main dengan sesuatu yang telah di rencanakan oleh Ibu Pertiwi. Ini di luar Karma batasmu Soraya!" Sergah Sonia yang langsung memukul sisi dahi Soraya dengan tangannya bertubi-tubi. Pukulan itu tak berasa apa-apa bagi Soraya.

"Kenalilah dirimu lagi Soraya! Ibu Pertiwi tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi sesuai kapasitas Anaknya. Bayi ini, adalah di luar kapasitas kamu. Kau pasti sadar tentang itu. Dan jauh di kedalaman Hutan ini, tentu masih banyak makhluk yang mungkin bisa membawa kebaikan lebih baik bagi Bayi ini dari pada kamu..."

Soraya tidak mempunyai pilihan lagi. Sepertinya dia harus membuat keputusan saat ini. Entah benar atau tidaknya dengan rencana Ibu Pertiwi yang dikatakan Sonia. Atau solusi yang meninggalkan Bayi ini sendirian. Dia harus melihat kebenaran dengan mata keadilannya sendiri. Ini telah menyangkut kehidupan dan kematian yang melibatkannya.

Bangsa Siluman percaya, di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Setelah tragedi 300 tahun yang lalu, mereka semua mendapatkan kesadaran baru. Bahwa semua kehidupan dan kematian sudah di atur dan direncanakan sesuai Hukum Karmanya masing-masing. Bahkan Ibu Langit pun telah menetapkan Takdir Karma untuk setiap makhluk, tapi dia juga memberikan kesempatan setiap makhluk untuk merubah Karmanya sendiri.

Soraya mengerti dan paham akan situasinya saat ini. Meski saat ini dia merasa tidak adil dalam berpikir, setidaknya dia ingin benar dalam bertindak sesuai yang diyakininya. Soraya membuang jauh kebimbangannya karena ketidak jelasan pikiran hanya akan melahirkan keraguan baru yang tidak bisa dimengerti ketidakjelasan-nya. Semakin ingin mengerti dan paham untuk mencari solusi, maka semakin tambah rumit pula kehidupan ini, tanpa punya kesadaran bertindak untuk jawaban akan akar solusi masalahnya sendiri.

"Baiklah. Aku akan mengikuti caramu." Kata Soraya yang lalu berdiri dan mengambil Bayi tersebut. Kemudian dengan sedikit sentuhan dari telunjuk cakar kukunya, menyentuh tubuh bayi, seketika Bayi itu memejamkan mata dengan lembut dan tertidur pulas.

Sonia tersenyum mengangkat tangannya yang mungil dan terbang seliweran. Seolah masalah bencana Bayi itu telah berhasil terangkat menemukan solusinya. Soraya meletakkan Bayi itu kembali ke dalam Perahu kecil.

"Tapi, aku juga mempunyai syarat. Aku ingin memastikan sendiri Takdir siapa yang akan membawa Bayi ini." Tambah kata Soraya yang tampak tenang dengan nada penuh harapan.

Sekejap Sonia langsung tercengang dan berhenti terbang dengan gembira.

"Hah?!" Katanya.